•°~Happy Reading~°•
5 jam sebelumnya...
"Dia sama seperti Ibunya, memuaskan pelanggan."
Tatapan gadis itu tak berubah dan tetap datar saat pandangan mesum terus terarah padanya. Bahkan pakaiannya tidak akan mengundang tatapan seperti itu tapi pada dasarnya lelaki memang seperti itu.
"Siapa namanya?"
"Aleaxa."
"Kau akan menjualnya berapa?" tanyanya sambil menjilat bibir bawahnya.
"1 milyar, dia masih perawan."
Aleaxa mendengar dengan setia tiap perkataan dua bajingan itu, tapi di sisi lain tanganya merogoh sebuah benda berbentuk runcing di bagian ujungnya dan tajam di sisi-sisinya.
Tanpa berlama-lama sebuah cek bertuliskan 1 milyar terletak di atas meja. "Sekarang berikan dia padaku!"
"Kalian pikir aku murahan? 1 milyar? Bahkan itu tidak setara dengan harga organ yang kujual!"
"Apa maksud...."
Crass! Darah berceceran di mana-mana saat benda tajam itu dilayangkan pada leher lelaki yang menjualnya.
Lelaki itu mengerang sambil memegang lehernya yang kini bercucuran darahnya.
"Kau lelaki bajingan dengan entengnya menjual diriku? Kenapa tidak jual dirimu sendiri, hah?" Gadis itu berjalan mendekat sambil menyeringai.
"Jangan mendekat!"
Sementara pria yang akan membelinya meringsut ketakutan. Tanganya gemetaran memegang handphone hendak menelepon bawahannya. Namun sebuah benda tajam lainnya melayang ke arahnya. Handphonenya terjatuh, matanya terbelalak, dan cairah berbau pesing keluar dari celananya.
"Jangan banyak berlagak jika masih ingin hidup!" Pria buncit itu mengangguk dengan kaku. Aleaxa beralih pada pria lainnya yang mencoba melarikan diri dengan merangkak.
"Mau ke mana kau, ha?!" Aleaxa menancapkan belati itu di betis pria itu hingga menjerit kesakitan.
"Aarrrgkh! Lepaskan! Sakit!"
Aleaxa mendekatkan kepalanya pada telinga pria itu. "Lepaskan? Bahkan saat aku mengatakan hal yang sama apa kau melepaskanku? Tidak! Jadi jangan harap!" geram Aleaxa.
"Aleaxa ... aku adalah Papamu, bagaimana bisa- aarrrkgh!"
Aleaxa menancapkan belati itu pada tangan kanan pria yang mengaku Papanya. "Tentu saja bisa! Kau sebagai orang melakukan hal keji terhadap anaknya, tapi anaknya tidak bisa melakukan yang sebaliknya? Kau pikir karena aku perempuan tidak melawanmu begitu? Bahkan kau saja yang seorang pria tidak akan selamat dari cengkeramanku!"
Aleaxa menusuk sebelah mata pria itu hingga berteriak kencang. Aleaxa menarik belatinya hingga darah muncrat ke mana-mana, gadis itu kembali menusuk mata yang sebelahnya.
Teriakan kesakitan semakin membuat ketakutan pria buncit yang terduduk gemetar di sudut ruangan, bahkan dia sudah dua kali terkencing di celana.
"Katakan selamat datang pada malaikat kematianmu! Anggap saja aku hanya membantu mempercepat ajal brengsek sepertimu!"
Aleaxa menendang tubuh pria itu hingga terlentang. Aleaxa berlutut di sisi tubuh pria itu, dalam satu kali tarikan kemeja yang dikenakan pria itu terbuka karena belati Aleaxa.
"Tolong ... jangan bunuh ... aku mohon..."
"Apa? Aku tidak mendengarkan apapaun!" katanya sambil mengiris telinga pria di bawahnya, diikuti yang di sebelahnya. Teriakan yang begitu membahana membuat Aleaxa senang dia menikmatinya.
"Ngomong-ngomong aku sudah bosan dengan gambar bunga, bagaimana jika polka-dot?" tawar Aleaca sambil mengukir sisi tubuh pria itu dengan belatinya.
"Ja-jangan! Aku minta maaf!"
Satu tamparan Aleaxa berikan. "Diam, kau berisik! Kau lebih baik menikmati ukiran karyaku pada tubuhmu!"
Satu tusukan Aleaxa berikan pada dada pria itu. "Polka-dot tidak akan cantik jika hanya satu, jadi..." Aleaxa tersenyum iblis sebelum menusuk berkali-kali tubuh pria itu.
Keadaan Aleaxa penuh akan darah, gaun putih yang dikenakan menjadi merah. Aleaxa menusuk setiap sisi tubuh pria itu tanpa menyisakan satupun. Teriakan kesakitan dan teriakan pengampunan terus menggema namun tidak diacuhkan oleh Aleaxa.
Aleaxa tertawa disela kegiatannya, dia sangat menikmati darah yang terciprat saat dia menarik belatinya. Namun tiba-tiba tawa Aleaxa berhenti menggema begitu juga dengan teriakan pria itu.
"Terlalu berisik!"
Pria buncit yang menyaksikan pemandangan itu ingin menghilang saja dari bumi. Aleaxa menancapkan belatinya tepat di mulut pria itu kala berteriak memohon ampun. Tubuhnya seakan mati rasa saat Alexa membawa dirinya berdiri hingga darah mengalir di tangan dan kakinya.
"Ah~ ini lebih baik," erang Aleaxa lega setelah membunuh pria yang adalah Papanya sendiri. "Dan selanjutnya adalah kau."
. . .
Dia pria berbadan besar berdiri di hadapan Aleaxa dengan gentar. Mereka ketakutan melihat tampilan horor Aleaxa.
"Kalian lihat wanita yang bersama pria di sana?" Mereka berdua menoleh dan melihat seorang wanita berambut panjang masuk ke dalam sebuah club bersama seorang pria.
"Aku bayar kalian 1 milyar dan perkosa wanita di sana hingga mati," cetus Aleaxa tanpa babibu lagi.
"Tapi itu...."
"Itu bukan penawaran tapi perintah!"
"Jika kami tidak mau?"
"Aku akan membunuh kalian berdua sama seperti orang yang sebelumnya." Seraya memperlihatkan rekaman cctv kala dia membunuh dua orang di hotel tadi.
Kedua pria itu bungkam seketika, mau tidak mau mereka harus melakukan. Lagipula perintah yang diberikan tidak ada kerugiannya, malah mereka menang banyak. Sudah merasakan kenikmatan dan dibayar 1 milyar lagi.
"Kami terima."
"Bagus. Selebihnya kalian tau harus apa bukan?" ucap Aleaxa sambil menyodorkan cek bertuliskan 1 milyar pada kedua pria berbadan besar itu.
"Kami tau Nona."
•°~TBC~°•
Rab, 26 Juli 2023

KAMU SEDANG MEMBACA
Scorpion Missions
Mystery / ThrillerOrganisasi Scorpion harus beralih tugas mencari dalang dibalik kematian seorang siswi Scorpius High School dan berlanjut pada pembunuhan berantai. "Tidak ada pembunuh yang sengaja meletakkan petunjuk, apalagi sampai memberitahukan siapa dirinya." Ke...