"Lo baik-baik aja, Del?" tanya Muti khawatir. Bagaimana tidak, temannya ini sudah pucat setengah mati. Dan tak bergeming. Muti mengajak Edel untuk masuk ke kelasnya.
"Itu...gak mungkin karena kejadian kemarin kan, Mut?" tanya Edel yang bahkan tidak bisa di jawab oleh Muti sendiri.
___________________________________________________
Muti tidak menjawab pertanyaan itu. Ia lekas membawa temannya itu menuju kelas. Sesampainya di kelas, Edel masih diam. Ia masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tangisnya turun bukan karena sedih, tapi karena takutnya makin menjadi.
Muti memeluk Edel, menenangkannya. "Del, lo kenapa?" tanya Zila yang terlambat datang dan langsung duduk di samping mereka.
Muti beranjak dari duduknya, membawa Zila ke depan kelas untuk bicara berdua. "Lo tau kejadian barusan?" tanyanya.
Zila mengangguk "Soal siswa yang meninggal kan?" Muti mengangguk.
"Lo tau siapa mayat itu?" Muti bertanya kembali. Zila menggeleng. "Enggak, tadi gue dateng semuanya udah bersih. Dan gak boleh ada yang mendekat," jawab Zila.
Muti dengan ragu-ragu memberi tahu temannya itu "I-itu Aldo, Zil," ucap Muti memberi tahu Zila.
"HAH? ALDO? SERIUSAN?!" teriak Zila. Muti segera menutup mulut temannya ini.
Muti menjelaskan kembali pada Zila
"Iya, anak MIPA 1 yang tempo hari gangguin Edel," Zila mengangguk, lalu melirik Edel sebentar "Tapi, Edel ko keliatan takut banget ya Mut?" tanya Zila lagi
Muti menghela napasnya kasar. Menatap temannya yang menggigil ketakutan itu.
"Ini gak mudah buat dia, Zil. Lo sendiri tau kan siapa yang jadi tersangka dari kejadian ini?" Muti memastikan. Namun Zila menggeleng lagi
"Aduh, sumpah deh. Gue ketinggalan semua berita hari ini Mut," jelas Zila. Namun tak lama terpikirkan satu orang di benaknya.
"Jangan bilang... " ucap Zila ragu. Namun Muti langsung mengangguk, seolah paham siapa yang Zila maksud.
Zila menutup mulutnya tak percaya. "Rendra?! T-tapi gak mungkin. Mereka kan cuma berantem kemarin. Gak mungkin dia sampe bunuh Aldo, Mut," Zila protes pada Muti
"Gue denger tadi beberapa guru ngomong kalo semua bukti mengarah ke Rendra. Polisi bahkan nemuin sepatu dia dan bercak darah disana," jelas Muti
Zila masih tetap pada pendiriannya. "Gue gak percaya Mut," ucapnya tegas. Ia menghela napas nya kasar "Lagipula, kita masih SMA, gak mungkin dia berani buat ngelakuin hal sekeji itu Mut," tutur Zila lagi
Muti mengedikan bahunya. "Gue juga berharapnya bukan dia Zil," jawab Muti dengan nada pasrah.
Ia bergegas menuju kursi Edel kembali. "Gue nemenin Edel dulu," ucap Muti. Namun Zila menahannya
YOU ARE READING
Imperfect Love
Mystery / Thriller"Rasa dan Rahasia, adalah luka yang paling sempurna" - Author "Bukankah, isi kepala terlalu rumit jika berkaitan dengan luka dan rahasia?" -Edelweis Edelweis. Seorang perempuan cantik dan dengan hidup yang indah. Namun, apakah hidupnya benar-benar...