Jika sungguh perasaan Wang Yibo kepada lelaki bernama Xiao Zhan itu menjadi pengaruh kinerjanya, tak menutup kemungkinan perasaannya-itu juga bisa membuat Wang Yibo tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka perusahaan bisa mengalami penurunan revenue ke depan.

Wang Xuemin akan terus memantau. Lagipula, Wang Yibo sudah dewasa, mau tidak mau lelaki itu harus bertanggung jawab atas segala konsekuensinya.

-

Rapat berakhir lebih malam dari perkiraan, tetapi Wang Yibo masih dalam suasana hati yang bagus. Bersama ayahnya keluar ruangan rapat, Wang Yibo tersenyum tipis sambil sesekali memandangi cincin di jarinya ketika dia dan ayahnya berjalan di koridor sepi hendak akan pulang.

"Xiao Zhan i love you, Xiao Zhan i love you," gumamnya pelan, tak sadar terdengar sampai ke telinga ayahnya.

Tepat saat mereka di lobi, Wang Yibo berhenti dan mengeluarkan ponsel untuk menelepon seseorang. Tak perlu bertanya siapa yang diteleponnya, Wang Xuemin sudah tahu.

"Papa pulang saja," ucap Wang Yibo mengibaskan tangannya.

Tuan Wang memutar bola matanya. Tanpa disuruh dia juga pasti akan pulang, ada ranjang empuk yang menantinya berbaring untuk mengistirahatkan diri. Lelaki paruh baya itu melanjutkan langkah menuju mobil BMW yang sudah menunggu bersama sopir pribadi.

Tuan Wang memasuki mobil. Saat dia menyandarkan punggung, dia melihat kepada putranya yang masih berdiri di depan meja resepsionis. Ada yang berbeda kali ini. Wang Yibo menatap layar ponselnya dengan senyum hambar.

Pasti tidak bisa bertemu Xiao Zhan malam ini. Wang Xuemin diam-diam tertawa pelan dan berkata kepada sopirnya, "Langsung pulang."

Mobil segera membawanya ke tempat tujuan. Dalam perjalanan, Wang Xuemin mengernyit saat ponselnya berdering. Dia dengan malas mengecek dan melihat panggilan dari asistennya.

"Ada apa?" tanyanya malas.

"Ada yang ingin bertemu dengan Anda," ucap suara seorang wanita di seberang.

"Apakah dia sudah membuat janji? Jika iya, katakan padanya, kalau dia akan bertemu denganku sesuai waktu yang sudah ditetapkan."

"Belum, Tuan. Tetapi, dia ingin bertemu dengan Anda, sekarang."

Wang Xuemin berdecak. "Siapa orang sok penting ini? Katakan padanya, harus ada janji untuk bertemu di tengah jadwalku yang padat. Dua bulan paling cepat, atau tidak ada pertemuan sama sekali," jelasnya tegas. Sepintas kekesalan tampak di wajahnya yang memperlihatkan tanda-tanda penuaan.

"Tuan Sean Xiao, Tuan. Dia bilang ingin bicara sebentar saja," beritahu asistennya. Dan saat itu juga, ekspresi kesal di wajah Wang Xuemin memudar.

"Baiklah," Tuan Wang menghela napas, "alamatkan padaku tempat pertemuannya."

Begitu diberitahu, sopir pribadi langsung berbelok menuju tempat tujuan baru.

***

Saat Tuan Wang memasuki restoran, seorang lelaki yang dia ketahui sebagai calon suami putranya sudah duduk di meja dengan menggenggam gelas anggur.

"Apa kabar, Tuan Wang Xuemin?" sapa Xiao Zhan sembari tersenyum ramah. Seorang pramusaji meletakkan sebotol anggur di meja.

"Baik. Kau sendiri?" Wang Xuemin sendiri mencoba berbasa-basi meski dia ingin sekali mengistirahatkan diri. Sudah pukul berapa ini? 21.15 pm. Di jam segini biasanya dia sudah di rumah, di atas kasur empuknya ke alam mimpi agar bisa bangun di pagi hari.

"Seperti yang Anda lihat," balas Xiao Zhan. "Maaf mengganggu waktu istirahat Anda."

"Tak apa." Wang Xuemin tersenyum. Tak begitu tertarik melihat daftar menu. "Aku yakin kau ingin bertemu denganku bukan karena hanya ingin membicarakan soal pernikahanmu dengan putraku."

FAKE MARRIAGE [ Complete ]Where stories live. Discover now