SM | Trente Deux

501 41 6
                                    

•°~Happy Reading~°•

Sebuah kotak di depan pintu kala gadis itu membukanya menarik perhatian. Setelah menutup pintu dengan langkah perlahan gadis itu mendekati kotak, ada rasa heran dalam hatinya.

"Kotak? Kenapa ada kotak di dalam sini?"

Suara pintu dibuka terdengar membuatnya teralih. "Sedang apa kau berdiri di situ, bukanya tidur?" ujar gadis lain padanya.

"Aku menemukan kotak di sini, ini punyamu?" tanyanya sambil menunjuk ke arah kotak.

Gadis yang ditanyai sedikit mengintip dan melihat sebuah kota. "Bukan milikku. Bukan punyamu?"

Gadis itu memutar bola matanya. "Kalau punyaku tidak mungkin aku bertanya pada kau," cetusnya.

"Ahaha ... maaf. Kau tidak mau membukanya?" Dia menghampiri kotak itu sambil menunjuknya.

"Buka saja, lagipula itu bukan punyaku."

Tangan gadis itu membuka tutup kotak. "Sialan!" Spontan dia menendang kotak tersebut hingga isinya berceceran di lantai.

"Kenapa?!" dengan panik dia menggampiri dan melihat sesuatu yang berceceran di lantai.

Terlihat dua ekor kelinci putih penuh darag akibat lehernya yang tergorok dan hampir putus.

"Aku ketahuan," ujar gadis di sebelahnya sambil memegang sebuah surat. "Tidak, tapi kita. Kita ketahuan!"

"Jangan bercanda Nix!" bentak gadis itu.

"Kau pikir siapa lagi yang menyebut mangsanya dengan sebutan kelinci kecil, Flora?"

Yap, kedua gadis itu adalah Nix dan Flora. Bagaimana bisa? Saat itu ... akan dijelaskan nanti.

"Aku pikir kita tidak boleh lagi berada di sini," ujar Nix menatap Flora serius.

"Lalu kita akan ke mana selain rumah kepala sekolah?" kata Flora panik.

Nix menggigit bibir. "Kita tidak bisa berada di tempat yang sama, mungkin kau harus mencari tempat persembunyian lain begitu juga dengan aku."

"Tapi Nix...."

"Aku akan mempersiapkan barang-barangku dan aku akan pergi malam ini, kau juga."

"Hei Nix, kau bercanda?!"

Nix membalikkan tubuhnya dan langsung dihadapkan oleh Flora yang menatapnya tajam. "Kau pikir aku bercanda sekarang? Dia tau kalau aku masih hidup begitu juga kau dan akan terus mengejar kita hingga dapat. Dia tau kau masih hidup, entah bagaimana caranya. Mungkin saat ini dia tau jika dipermainkan oleh kita, Scorpion bisa menjadi korban selanjutnya."

Flora bungkam, gadis itu membiarkan Nix membereskan barang penting yang akan dia bawa bersamanya.

Nix meraih hoodie hitam beserta topinya. "Aku pikir kau tau harus ke mana jika ketahuan olehnya. Aku pergi," tutur Nix sebelum keluar dari kamar.

"Nix!"

Nix menoleh pada Flora. "Jangan pernah matikan handphonemu!"

"Itu pasti," katanya sambil tersenyum. Setelahnya Flora membiarkan Nix pergi.

Gadis berambut hitam pendek bertopi hitam itu terus melangkahkan kakinya, namun dipertengahan jalan dia bertemu dengan anak angkat kepala sekolah.

"Kau mau ke mana, Nix? Apalagi malam-lama." Laki-laki dengan headphones yang menggantung di lehernya bertanya dengan heran.

"Ke suatu tempat, Taki. Oh ya, tolong jaga Flora."

Taki menatap heram pada gadis dengan iris indah itu. Jujur pada awal pertemuan mereka Taki kagum terhadap kedua mata Nix. Memilih tidak acuh Taki berjalan ke arah lift dan menekan tombol lantai tiga di mana kamarnya.

. . .

Udara dingin begitu menusuk tubuh Nix walau terbalut hoodie tebal. Tanganya melambai menahan taxi dari pinggir jalan.

"Kita ke alat ini ya, Pak." Nix menunjukkan sebuah kertas berisi alamat. Sang sopir mengangguk dan melajukan mobilnya.

Semabari menunggu sampai di tujuan gadis itu memilih mengirimkan pesan pada Alfeith lewat handphone yang satunya.

Hello? Apa masih ada orang di sini?

Ada

Nix sedikit kaget saat Alfeith dengan cepat membalas pesannya, bahkan belum ada sepuluh detik setelah mengirim.

Wow, kau menjawab dengan cepat, aku kaget!

Kau ada di mana sekarang?

Nix menyerit Alfeith menanyakan keberadaannya. Gadis itu menaikkan pandangannya melihat ke arah luar, begitu terkejutnya saat tidak lagi berada di kota. Jalan yang dilaluinya sekarang berada di tengah pepohonan.

Tapi Nix tidak mau menimbulkan kecurigaan, seakan jalan yang dilalui mereka adalah benar Nix kembali menundukkan kepalanya membalas pesan Alfeith.

Kalian melacak nomor ini heh? Tapi baguslah, kalian bisa menyelamatkan aku di saat seperti ini.

Jangan bercanda!

Oh ya, jika kalian merangkai semua petunjuk itu kalian akan menemukan siapa pelakunya. Sampai jumpa! Aku tida akan mematikan handphone agar kalian bisa menyelamatkanku!

"Kita akan sampai sebentar lagi Nona." Tiba-tiba mobil melaju dengan cepat.

Nix masih mencoba untuk tetap tenang, dia menoleh ke sana kemari mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk memberhentikan mobil ini.

Tanpa diduga matanya menangkap sebuah rantai berukuran 30 cm yang terselip berukuran sebesar jari telunjuknya. Senyum lebar Nix berikan pada pengemudi itu, dalam satu gerakan Nix melingkarnya pada leher si pengemudi dari belakang.

Si pengemudi tercekik dan mencoba memberontak dengan berusaha tetap menjalankan mobil. Nix tidak peduli mereka akan kecelakaan, dia terus menarik rantai itu agar menyekik si pengemudi.

Lelaki yang menjadi sopir itu mulai tak berdaya, tenaganya mulai hilang, bersamaan dengan mobil yang hilang kendali dan menabrak pohon.

Nix terbentur kencang, pecahan kaca mengenai wajahnya. Dengan sisa tenaga Nix keluar dari sana dan berjalan menjauh dari mobil yang sewaktu-waktu bisa meledak.

Namun bukan keberuntungannya. Seseorang berpakaian serba hitam dan bertopeng berdiri tak jauh darinya. Seseorang itu membuka topengnya dan terlihatlah seringai yang begitu menakutkan.

"See, kelinci kecil kita keluar dari persembunyian."

•°~TBC~°•

Rab, 12 Juli 2023

Scorpion MissionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang