27. The Demon of Battle

2.1K 140 1
                                    

"Baiklah. Aku tak ingin membuang waktuku. Kenyataannya, aku ingin segera menghabisimu. Anggap saja ini adalah pertarungan terakhir kita. Pertarungan antara hidup dan mati."

"Baiklah. Aku terima tantanganmu." Gracia tersenyum licik. Siapa tahu jika dibalik semua itu ada rencana tersendiri didalamnya. Gracia menggunakan jurus andalannnya untuk melawan Alex, dengan cepat Alex menangkis serangan demi serangan yang menghampirinya.

"Kau terus saja menangkisnya. Apa kau sekarang sudah bosan hidup?" Gracia berusaha mengeluarkan kekuatannya semaksimal mungkin, membuat Alex lengah karena dia tak mampu menahan semua serangan dari Gracia sendiri.
*****

"Baiklah. Kalau begitu, aku hanya tinggal memotong benda yang ada disakuku dengan pisau, lalu memasukkan kedalam mulut Ronald seperti ini. Setelah itu, aku mengambil remote dari kamarku tadi dan tinggal memencet tombol on. Lalu, kalian bisa lihat ini!" Ucap Coke menjelaskan.

"Wow. Muncul gambar!" Eiden tampak terkagum-kagum dengan gambar yang kini bertengger manis ditembok itu.

"Gambar apa itu! Aku bahkan tak mengerti." Hazel tampak bingung mengamati gambar tersebut.

"Biar aku jelaskan. Ini adalah gambar sekaligus informasi bahwa dia dibuat oleh sebuah mesin yang sama seperti mesin lainnya. Mesin ini menjelaskan bahwa dia memiliki tubuh yang kuat bahkan dia bisa memiliki kemampuan dalam menyembuhkan dirinya sendiri dalam keadaan dia sudah low alias sudah tak sanggup lagi bertahan. Tak hanya itu saja, sepertinya dia dibuat bisa menyerap semua kekuatan sihir rendah hingga level atas dengan kemauannya sendiri. Dan untuk saat ini semua kekuatan sihirnya itu muncul ketika dia menginginkannya yang artinya dia bisa dengan mudah mengendalikan semua kekuatan sihirnya tanpa kecuali."

"Jadi maksudmu untuk saat ini dia tidak berbahaya?" Tanya Hazel.

"Ya. Aku rasa begitu."

"Berarti meskipun yg membuatnya menyuruh-nyuruh ini itu kalau dia sudah bertekad dengan pemikirannya, itu artinya dia hanya mampu melakukan semuanya berdasarkan apa yang dia pikirkan tanpa harus selalu menuruti apa yang dikatakan oleh sang pembuatnya. Tukas Hazel sambil mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

"Tepat sekali."

"Wow! Aku tak menyangka ada orang yang bisa membuatnya sedemikian rupa seperti ini. Dia bahkan dibuat layaknya seperti manusia." Eiden kembali menyuarakan.

"Baiklah. Kalau begitu, kau tau siapa yang membuatnya?" Tanya Hazel penasaran.

"Nah itu yang aku tidak tahu karena disini tak ada informasi yang tertera siapa yang membuatnya." Jawab Coke yang hanya membuat Eiden tertawa.

"Hei! Kau ini bodoh atau apa sih. Mana ada pembuat bom menyertakan namanya! Sama seperti ini! Itu namanya bunuh diri. Kau tahu?" Eiden tak henti-hentinya memukul-mukul pundak Coke sambil tak melepaskan tawa dari bibirnya itu.

"Iya juga sih." Timpal Coke mengiyakan.

"Hmm... Maaf semuanya. Sebenarnya ada yang ingin aku katakan kepada kalian." Tatapan mata mereka tertuju kepada Mark semua tanpa kecuali.

"Apa yang ingin kau katakan?" Tanya Hazel.

"Sebenarnya dari tadi pagi hingga malam ini, Eline belum juga datang." Mark menjelaskan sambil menundukkan kepalanya.

"Kau bilang apa barusan? Eline belum kembali? Memangnya Eline kemana?"

"Begini, Zel sebenarnya tadi itu sewaktu kau pergi, tidak lama kemudian Eline pergi untuk membeli bahan untuk eksperimennya." Jelas Eiden.

"Lalu kalian mengizinkannya?"

"Itu karena dia bilang hanya sebentar didaerah seberangan sana." Timpal Angel.

Seven Angels Without WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang