Neneknya sungguh khawatir dengan semua yang dialami oleh Freen, nyonya Kim pun datang, dan mengatakan bahwa Freen mengalami PTSD.

(post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang bersifat traumatis atau sangat tidak menyenangkan.

Freen pun kembali ke rumah sakit, dia belum bisa keluar dengan kendaraan itu.

Hingga akhirnya, dia meminta nyonya Kim untuk menemaninya ke penjara sebagai walinya tanpa menggunakan mobil, saat itu nyonya Kim menggunakan motor. Freen pun akhirnya sampai dan membuat janji temu.

Freen dan nyonya Kim menunggu tersangka tersebut dengan dada yang bergetar, namun, saat seseorang masuk ke dalam ruangan kecil itu. Freen menggeleng dengan cepat tanpa henti, dia berkata, "Dia bukan pengemudi itu! Dia bukan tersangkanya!" Freen berteriak dengan kuat, dia tidak mengenali siapa yang hadir di depannya. Tersangka itu tampak terkejut, dia tak menyangka jika Freen bisa mengenali dia tersangka asli atau tidak. Tapi, lelaki itu hanya diam. Dia tampak terpaksa diam.

Freen membuat heboh penjara dengan teriakan histerisnya. Dia berkata pada Nyonya Kim, bahwa dia bukanlah tersangka sebenarnya, tapi apa, Nyonya Kim hanya melihatnya sedih, dia pikir Freen masih terpengaruh dengan trauma itu. Saat itu juga, Freen tidak mempercayai nyonya Kim, karena dokter ini tidak percaya dengan perkataannya.

Freen pun pulang ke rumah sakit, dia katakan semua itu pada neneknya, dia mengatakan hal yang sama, bahwa tersangka itu bukanlah pengemudi malam itu. Neneknya percaya perkataan Freen, karena dia tau kemampuan cucunya dalam mengingat. Tapi, itu tidak mudah. Kasus telah ditutup, bukti sebatas ingatan tidaklah cukup.

Mendengar itu semua, Freen yang ditemani Jisoo, mencari media, dia berkata tentang kecelakaan itu, dia mengatakan sebenarnya. Tapi, semua orang bahkan membuat berita tentang anak pasca trauma di koran, televisi dan bahkan di radio. Semua menyiarkan cerita tentang betapa sedihnya anak yang ditinggal orang tua. Berita tentang Freen menyebar luas, foto Freen memang tidak ditampilkan, namun apa yang dia katakan, hanya dilihat dari sisi pilunya saja. Mereka tidak sedikitpun percaya dengan perkataan Freen tentang tersangka itu, sebab lelaki yang dipenjara menyerahkan diri atas kecelakaan itu.

Freen pun akhirnya menyerah, dia duduk saja dan tak banyak bicara. Namun, saat dia mencoba untuk naik mobil itu lagi, ternyata semua itu terulang lagi. Freen belum bisa terbiasa dengan semua ingatan itu.

Kesehatan mental ini semula hanya diketahui oleh nyonya Kim dan nenek saja.
_________
_______
_____
___

"Jisoo, dari mana kamu tau kondisiku? Ibumu memberitahumu?" Tanya Freen.

Jisoo menggeleng, dia berkata, "Aku mencari tau sendiri. Aku melihat lukisan itu, semuanya. Dan.." Jisoo berkata lagi, " Aku bisa mengetahui rincinya saat sudah menjadi dokter, aku mendapatkan semua laporan saat kamu di Swiss."

"Dan Rose?"

Jisoo tampak merasa bersalah, "Ketika aku mempelajari tentangmu, Rose datang dan melihat namamu di sana. Dia membaca semuanya."

Freen menghela napas lagi.

"Freen, ingatan itu masih ada?" Tanya Jisoo, dia harap jawabannya tidak, tapi dia tau Freen tidak akan bisa melupakan sesuatu.

Freen mengangguk pelan, dia berkata lagi, "Tapi aku sudah terbiasa." Freen mengingat saat di Jerman, dia meminta neneknya untuk memberinya supir pribadi. Pada supir itu, dia berkata, biarkan aku teriak, biarkan aku pingsan, jangan katakan pada nenek, jangan bawa aku kerumah sakit. Freen mengalami masa sulit itu dalam waktu yang lama, dia menghadapi semuanya sendirian, dia tidak pernah kabur dari ingatan orang tuanya tewas mengenaskan. Akhirnya dia bisa duduk di kursi penumpang, tapi tak bisa menyetir, dia tak pernah mencobanya. Baginya, bisa diam di dalam mobil saja sudah cukup.

DOT OF LIFE - FREENBECKYWo Geschichten leben. Entdecke jetzt