Setelah agak lama, Freen akhirnya selesai makan. Dia minum air putih dengan pelan, lalu meletakkannya kembali persis pada tempatnya. Freen mengambil napkin yang tersedia, dengan lembut dia bersihkan bibirnya dari sisa makanan.

Kali ini, Freen melihat nyonya Kim. Dia pun berkata, "Aku hanya ingin bertanya." Dia menjawab pertanyaan yang dokter itu sebelumnya. Tentang mengapa Rose dan Jisoo mengetahui ceritanya.

Nyonya Kim tertawa kecil, dia menjawab, "Sejak kapan kamu suka bertanya, Freen?" Benar, Freen tak pernah bertanya pada nyonya Kim tentang apapun itu, dia selalu mempunyai jawaban. Tapi, tidak tentang Jisoo atau pun Rose. Dia ingin tau. Nyonya Kim berkata lagi, "Juga, Kamu membohongi doktermu sendiri." Tiba-tiba nyonya Kim mengungkit cerita lama, sebenarnya dia ingin mengatakan ini sejak dulu, tapi Freen tak bisa dihubungi lagi. Dokter itu menatap Freen, tak ada rasa marah di sana, beliau seakan memberitahu kebenaran saja, atau mengingatkan Freen tentang itu.

Freen tak ingin membahas apapun tentang dirinya, namun tampaknya nyonya Kim belum ingin bertanya tentang apa pertanyaannya. Dia berkata, "Aku tidak berbohong." Freen ingat peristiwa itu, dia hanya membuang dan mengganti semua warna merah dalam wadah cat kecil itu dengan warna biru. Freen menghela napas lagi, dia berkata dengan pelan, "Aku tidak akan berbohong jika kamu tidak mengurungku selama itu." Dua tahun. Bagi Freen, Nyonya Kim tidak melakukan apapun selain mengawasinya dan memintanya untuk mengulang ingatan itu dengan aktivitas mengambar. Namun dia tau, itu semua karena dirinya tak pernah menjawab satu pun pertanyaan dari dokter tersebut, nyonya Kim mencari cara agar Freen berbicara tentang dirinya melalui tahap awal itu.

Nyonya Kim tampak terkejut dengan pernyataan Freen, mereka sebelumnya tak pernah mengobrol selama ini, beliau berkata, "Freen, aku tak pernah mengurungmu!" Artian mereka berbeda, Freen memiliki arti tersendiri dalam kata kurung itu.

Freen melihat nyonya Kim dan menjeda sejenak, ingatan tentang masa itu sungguh menambah beban yang dia miliki, setelah itu dia berkata dengan suara yang terdengar sakit, "Bagiku selama dua tahun itu rasanya lebih kejam dari penjara, Dokter Kim." Suaranya terdengar amat kecewa.

Nyonya Kim terpengaruh dengan perkataan Freen, alisnya mengernyit, dia tak menduga jika yang selama ini dia lakukan malah membuat Freen merasa seperti di kekang.

Perkataan Freen membuat pembicaraan terhenti cukup lama, nyonya Kim masih memikirkan apa yang harus dia katakan. Tapi, dia tak memiliki kata-kata yang cukup baik sekarang, sedangkan Freen masih melihat dokter senior itu di hadapannya, dia selalu seperti ini saat menilai orang lain, sama seperti saat kencan buta itu, Freen menilai orang dari pergerakan mata, bibir, bahkan seluruh otot muka, dia ingin tau seperti apa orang di depannya. Freen tak mengalihkan pandangannya, dia menilai dokter Kim sedang mencari kata-kata pembelaan, dan itu baginya sangat menyebalkan.

"Aku hanya ingin membantumu, Freen."

"Aku tidak merasa terbantu."

Dokter Kim merasa sedikit kecewa, karena dia sungguh ingin membantu anak temannya ini. Lalu Nyonya Kim menghela napas sebentar dan tiba-tiba dia berdiri dari kursi makan itu, dengan gerakan tubuhnya dia meminta Freen untuk mengikutinya.

Freen melihat Nyonya Kim berjalan, akhirnya dia mengikutinya. Dia tidak melihat sekitaran, dia tak memandang foto keluarga bahagia yang tercetak cukup besar itu. Freen hanya mengikuti langkah kaki nyonya Kim dengan kecepatan langkah yang sama. Dokter Kim menuju satu ruangan, tapi pintu itu tertutup dengan kunci gembok, beliau membukanya. Saat masuk ke ruangan itu, Freen sungguh terkejut, matanya tampak membesar dengan apa yang dia lihat, dia berkata, "Dokter?" Pertanyaan itu tersirat apa yang kamu lakukan dengan semua ini?

Freen memasuki ruangan yang amat luas, hampir setiap dinding putih itu di gantung lukisan yang dia buat, sangat banyak. Semuanya berwarna merah darah, Freen tak mempercayai apa yang dia saksikan sekarang. Dia pikir lukisan yang dia buat saat berada di Interlake dulu akan di bakar ataupun dibuang. Sebab, setelah dia membuat sesuatu, Nyonya Kim selalu membawa lukisan itu keluar rumah, seakan ingin membuangnya. Sekarang, dia tak menyangka kalau lukisan itu di perlihatkan seperti ini. Tunggu, Freen tak pernah menganggap apa yang dia buat sebagai lukisan, itu hanyalah gambar yang mengerikan.

DOT OF LIFE - FREENBECKYWhere stories live. Discover now