3. Jero's Black Card 🥂

29.7K 884 13
                                    

Cerita ini sudah tamat di aplikasi karya Karsa dengan judul dan nama penulis yang sama.
Terima kasih🤍

Gween melangkahkan kaki dengan ringan menuju ruangan dimana adiknya kini dirawat. Ia baru saja pulang bekerja dan berinisiatif membelikan buah untuk Geisya dan nasi bungkus untuk makan malam dirinya juga sang mama.

Saat sampai, Gween melihat sang mama sedang duduk di samping berangkar rumah sakit sembari mengusap-usap ribut Geisya dengan penuh kasih.

"Ma, aku bawa makan malam buat kita," ujar Gween sambil mengangkat kantongan berwarna putih di tangannya.

"Aduh, Gween. Mama baru aja makan, tadi dipesenin adik kamu," sahut wanita paruh baya bernama Talia itu.

"Oh, gitu ya." Gween menggaruk pipinya yang tak gatal. Ia melirik jam dan saat ini masih pukul sembilan belas. Lalu mengapa sang Mama sudah makan lebih dulu padahal tahu bahwa Gween akan mampir ke sini setiap sore dan membawa makanan.

"Yaudah, aku makan dulu kalau gitu," imbuh wanita itu yang menarik sebuah kursi plastik lalu membuka bungkusan nasi yang tadi ia beli.

"Mmhh ... bau apa ini?" Geisya terbangun dengan wajah berkerut dan tangan menutupi hidung.

"Gween, kamu beli rendang?" tanya sang Mama.

"Iya, Ma," sahut Gween sambil mengangguk.

"Duuh, adik kamu kan nggak tahan baunya. Kamu makan di kantin aja dulu, kasian adik kamu."

Gween menutup bungkusan nasi padang yang dibelinya. "Oh, iya, Ma." Wanita itu berdiri kaku dan mengambil tas yang tadi di letakkannya di lantai.

"Lagian rakus banget sih, makan nasi padang malem-malem, rendang lagi. Lo gatau itu kalorinya berapa? Ada-ada aja!" gerutu Geisya yang kembali memejamkan mata.

Gween berdehem pelan dan menjauh dari sana, tapi sebelum ia sempat menutup pintu dengan rapat, wanita itu dapat mendengar omelan Geisya untuk kesekian kalinya.

Sejak dulu selalu begitu, sang mama selalu diam dengan perlakuan semena-mena Geisya pada Gween. Bahkan Talia sedikit membela atau hanya diam seribu bahasa saat hal itu terjadi di depan matanya.

Gween tak ingin jadi anak kurang ajar yang mengungkit kebaikannya. Tapi selama ini dirinya selalu berusaha menjadi anak dan kakak yang baik di keluarganya. Bahkan ia rela menjual diri demi mengobati sang adik yang bulan lalu sempat mengalami kritis.

Ya, sudah sebulan berlalu dari kejadian itu di mana Gween merasa bahwa dunianya berputar tiga ratus enam puluh derajat.

Namun setelahnya Gween berusaha untuk hidup normal walau terasa sulit karena kadang bayang-bayang itu sering datang mengganggunya.

Tak apa, walau respon Geisya biasa saja saat tahu bahwa biaya perawatannya adalah hasil jerih payah Gween yang dia tak mau tahu darimana asal usulnya. Bahkan yang memberitahu hal itupun Gween sendiri karena sang mama tak mau repot memberi tahu sebab takut membebani sang putri kesayangan.

"Selamat malam. Betul dengan saudari Gween Calista?" Dua orang polisi berdiri tegap di hadapan Gween saat perempuan itu bahkan belum sampai di pintu kantin rumah sakit.

"Ya. Benar saya sendiri. Ada apa, Pak?" tanya wanita itu heran, dengan dahi berkerut dalam. Seingatnya ia tak punya masalah apapun.

"Silakan ikut kami ke kantor. Anda akan kami periksa atas tuduhan pembobolan rekening nasabah bank atas nama Jero Axford."

"Apa?!" Gween memekik kaget. Mata wanita itu membulat sempurna pertanda ia benar-benar tak menyangka dengan apa yang diucapkan polisi di depannya.

"Silakan ikut kami, Bu," ucap Polisi di sebelahnya.

I Order You [RE-PUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang