Episode 4 : Rumah Sakit

Start from the beginning
                                    

"Kemana? " tanya laki laki itu kala mobil telah meninggalkan parkiran rumah sakit.

Arabella menganalisis tempat di sekitarnya sebelum menunjuk jalan di depan. "Lurus. "

"Oke. "

.
.
.
.
.
.
.
.

"Makasih banyak buat hari ini, ati ati di jalan. " Arabella melambaikan tangannya ke arah Alrescha, laki laki yang baru ia kenal hari ini tapi telah membantunya terus menerus.

"Oke. " Alrescha menutup kaca mobil, menginjak pedal gas dan melaju pergi meninggalkan Arabella sendirian di depan gerbang rumah mewah yang dingin.

Mobil hitam yang terus diawasi perlahan menghilang bersama senyum yang tersungging dibibirnya. Ia berbalik, menatap gerbang besi dingin lalu menembus kebangunan mewah di dalamnya. Baru sampai penjaga gerbang menyadari keberadaan Arabella dan membukakan gerbang, gadis itu berjalan masuk dengan langkah yang lambat.

"Wuuu~ papa ini menyakitkan hiks. " suara tangisan yang manis saking manisnya membuat Arabella ingin muntah menyambutnya begitu dia memasuki bangunan yang katanya rumah.

"Tidak apa apa, itu akan segera sembuh. Kau bisa membeli semua yang kau inginkan besok jika kamu tidak menangis lagi, bagaimana? " bujuk sang ayah dengan sabar.

"Benarkah? " Angelia menatap Grady, ayahnya dengan mata sembab.

"Tentu saja!"

"Oke, " Angelia segera tersenyum cerah membuat Grady ikut tersenyum.

"Semoga saja itu tidak meninggalkan bekas. " ucap Vita, ibu Angelia membelai punggung tangan putih sang putri.

"Jika itu benar benar meninggalkan bekas aku akan menyiram wajah anak sialan itu dengan air mendidih! "

Arabella berjalan masuk mengabaikan kata kata sadis yang keluar dari bibir ayahnya.

Langkah kaki Arabella terdengar oleh keluarga yang begitu harmonis itu. Melihat Arabella, Angelia menciutkan diri di pelukan sang ayah karena takut sedangkan Grady sendiri menatap Arabella dengan kemarahan dan kebencian yang tak disembunyikan.

"Darimana saja kau?! Masih berani pulang begitu larut setelah apa yang kau lakukan pada Angel?! Kau benar benar ingin aku menghajarmu?! " bentak Grady.

"Pa.... Papa. " takut Angelia.

"Tidak apa apa, tidak apa apa. " Grady memeluk Angelia lebih erat dan membelai punggungnya dengan lembut.

Arabella menatap keluarga bahagia itu dengan dingin. "Sepertinya kau tidak perlu turun tangan. Calon menantu mu sudah menghajarku sampai aku masuk rumah sakit."

Tanpa mempedulikan apa pun, Arabella menaiki tangga dan pergi ke kamarnya sementara caci dan maki masih terucap di bibir ayahnya.

"Non! Non ara gapapa? " tanya Bi Ana dengan panik. Bisa di lihat bahwa Pak Jono di sampingnya berusaha keras menenangkan sang istri.

"Gapapa kok bi, Ella gapapa. " jawab Arabella tersenyum lembut.

"Ella. " suara berat nan merdu itu bergema di lorong. Pak Jono dan Bi Ana saling menatap sebelum kemudian pergi secara diam diam meninggalkan Arabella sendiri bersama laki laki tampan nan dingin yang berjalan mendekatinya.

Arabella menatap laki laki di depannya. Walau wajahnya masih dingin, kekhawatiran yang tidak bisa disembunyikan dapat ia lihat. Lalu bahu itu,...... Sepertinya sangat bagus jika bisa menangis disana.

"Ella,..... Kau baik baik saja? " Ravindra tahu adiknya tidak suka dekat dengannya, dia juga tahu alasannya oleh karena itu ia tidak berani maju lebih dekat. Tapi dia sangat berharap adiknya dapat menempel padanya, menceritakan keluh kesahnya, tumbuh seperti anak seusianya. Adiknya berubah seperti ini karena sosok itu, sosok yang mengaku sebagai ayah padahal tidak lebih baik dari seorang bajingan!

Sibuk memikirkan ayah sialannya, Ravindra kaget ketika tiba tiba seseorang memeluknya. Dia menunduk, ternyata selama ia tenggelam dalam pikirannya sendiri, sang adik datang menghampiri dan memeluknya atas inisiatifnya sendiri.

Arabella memeluk kakaknya dengan erat begitu pun sebaliknya. Tidak ada kata kata yang keluar dari bibir mereka berdua. Arabella menangis dalam diam di bahu kakaknya, bersandar pada satu satunya anggota keluarga yang benar benar mencintainya sedangkan Ravindra hanya diam sembari mengusap pelan punggung kurus nan rapuh sang adik.

Arabella mengakui bahwa jiwanya bukan benar benar adik Ravindra. Tapi setelah sinkronisasi ingatan dan penderitaan, kebahagiaan, serta kesedihan pemilik asli bersatu dan bergabung dengannya, dia sudah menganggap laki laki ini sebagai saudara kandungnya.

Entah berapa lama waktu berlalu sebelum kemudian Arabella melepaskan pelukkannya, berpamitan dengan sang kakak dan pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Tubuhnya benar benar terasa remuk setelah di tendang pacar bajingan Angelia.

Ravindra mengawasi adiknya berjalan dengan pincang sampai ia menghilang ke dalam kamar sebelum kemudian berjalan pergi. Kasih sayang dan kekhawatiran yang sebelumnya ada lenyap begitu saja digantikan dengan wajah datar yang dingin.

"Tunggu semuanya selesai, tinggal sebentar lagi. Tunggu semuanya selesai dan kita akan keluar dari neraka dunia ini. "

.
.
.
.
.
.

Alrescha menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Ia menatap dirinya sendiri di kaca mobil dengan bingung. Bagaimana bisa dia begitu peduli pada gadis yang baru saja dia temui? Terlebih lagi itu adalah penjahat terkenal di sekolah!

Drrrt drrrt drrrt

Ponsel Alrescha berbunyi menandakan ada panggilan telepon yang masuk.

Alrescha mengambil ponselnya, mengangkat panggilan telepon dan menunggu pihak lain bicara terlebih dahulu.

"Kamu ada di mana?! Bukannya Ibu bilang langsung pulang kalo udah selesai sekolah?! Kamu lagi nongkrong bareng temen mu ya? " suara sang Ibu tiba tiba terdengar membuat Alrescha segera menjauhkan ponsel dari telingannya.

"Aku baru dari rumah sakit bu, temanku ada yang terluka. Aku akan segera pulang. " jelas Alrescha dengan sabar.

"Makanya jangan gelut gelut mulu! Kasihan kan temen kamu bonyok bonyok begitu! Udah sini pulang, Ayah sama Ibu mau ngomong sesuatu ke kamu malam ini! "

"Oke. "

Telepon di matikan secara sepihak. Alrescha menatap layar hitam ponsel yang memantulkan wajahnya sendiri, menghela nafas kemudian menepis semua pikirannya tentang Arabella.

Karena saat Alrescha mengantar Arabella kerumah sakit adalah waktu jam kos di jam terakhir karena guru ada urusan, kini hari sudah malam.

Di jalanan yang ramai, mobil hitam Alrescha melaju dan menyatu dengan pengendara lainnya.

Jadi Antagonis Dalam Novel [End]Where stories live. Discover now