•°~Happy Reading~°•
Kesembilan anggota Scorpion keluar dari dalam gudang, mereka tersentak karena siswa siswi telah berkumpul di depan dan menghadiahi mereka dengan berbagai tatapan.
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Andra seraya menghampiri.
Ryder dengan cepat mengambil alih. "Bukan apa-apa, handphone Alfeith ketinggalan di gudang kami bersama mencarinya," jelas Ryder dengan nada canggung.
Andra menoleh dan Alfeith mengangkat handphone jadul yang mereka temukan. "Dan ketemu di sana," kata Alfeith.
"Kalau begitu kami pergi dulu," kata Maecy mengambil perhatian. Maecy, Arasfa, dan Narasfa tersenyum kaku, mereka saling menggandeng dan bergegas pergi.
Andra menyipitkan matanya. "Sungguh tidak ada yang terjadi?" tanya Andra merasa ada yang tidak beres. "Apa kalian saling kenal? Bukankah kalian dari kelas dan tingkat yang berbeda?"
"Kami dekat baru-baru ini!' jawab Alice. "Ahaha..."
"Aku lapar ayo ke kantin," ujar Alfeith saat Andra menoleh ke arahnya. Axton dan Zaedyn langsung mengangguk kaku akan perkataan Alfeith, kedua laki-laki itu mengikuti Alfeith yang telah berjalan duluan.
Andra mendengus, apa-apaan anggotanya itu. "Sungguh tidak ada...."
"Sungguhan Andra, kau mau mengeceknya ke dalam? Aku dan Alice masih punya tugas setelah ini. Kalau begitu kami pergi."
Andra menatap kepergian Ryder dan Alice yang terlihat sangat tidak normal. "Mereka tidak bisa berekting dengan baik," gumamnya seraya mendengus.
Menatap sebentar pada dalam gudang sebelum membubarkan kerumunan di sana. Andra menarik pintu gudang hendak menutupnya namun engselnya rusak. Keningnya mengerut dan seketika teringat jika gudang ini tidak pernah dibuka.
"Bagaimana bisa handphone Alfeith hilang di sana? Ini semakin mencurigakan."
. . .
Tangan seseorang itu menyapu mejanya hingga benda yang berada di atasnya berhamburan di mana-mana.
"Aaargkh! Siapa? Siapa yang mengacaukannya sialan?!" geramnya sambil mencengkeram rambutnya.
Napasnya memburu, keduanya tanganya kemudian menopang pada sudut meja rias dan menatap pada wajahnya.
"Aku tidak menyangka akan menjadi seperti ini! Aaarkgh!"
Bebuman suara pintu mengalihkan atensinya, matanya terbelalak melihat seorang pria yang terlihat berantakan dengan wajah memerah. Pria itu berjalan mendekat dengan sempoyongan dan bau alkohol semakin pekat.
"Anak sialan!"
Satu tamparan melayang di pipi kanannya hingga membuat kepalanya tertoleh, belum sempat memutar kepala rambutnya ditarik kuat dan diseret keluar dari kamar.
"Mas, kamu mau apakan anak aku, Mas!" cegah seorang wanita pada pria itu.
"Minggir jalang!" Dia menyentaknya hingga tersungkur. Masa bodoh, pria itu kembali menyeret gadis yang meringis menahan sakit.
"Pa, lepasin!" berontaknya namun sia-sia.
"Diam kamu anak sialan!"
Tubuh gadis itu dihempas ke lantai yang kotor. Pria dengan kemeja putih gading itu berjalan ke sebuah peralatan untuk menyiksa, tongkat baseball dan sebuah cambuk bergigi. Pria itu mengambil cambuk dan berjalan kembali ke gadis yang menatapnya horor sekaligus tajam.
"Kamu anak sialan, jika saja kamu laki-laki hidupku tidak akan seperti ini!" Cambuk itu tanpa aba dilayangkan pada tubuhnya.
"Kamu anak pembawa bencana!" Lagi.
"Pembawa sial!" Lagi.
Teriakan kesakitan akan cambukan ditubuh gadis itu menggema di ruangan itu. Gadis itu meringkuk dengan kedua tangan melindungi kepalanya. Umpatan dan makian hanya bisa dia ungkapkan dalam hatinya. Benar, dia pengecut hanya untuk sekedar melawan.
Cambukan di tubuhnya berhenti namun rambutnya tiba-tiba dijambak hingga kepalanya menengadahkan. Cuih! Wajahnya diludahi bak tak berperikemanusiaan. "Bahkan wajah kamu sama dengan wanita jalang itu, sialan!"
"Asal kamu tau, Ibu kamu itu adalah wanita penghibur, wanita malam yang memuaskan para pelanggan dengan wajah dan tubuhnya. Dia datang kepadaku dan meminta pertanggung jawaban karena sudah menghamilinya! Dia pikir aku percaya? Entah sudah berapa puluh sperma yang menghangatkan rahim wanita jalang itu. Dan kamu anak sialan, kamu bukan anakku! Kamu adalah anak dari salah satu pelanggang Ibumu!" ungkap pria itu sambil menunjuk wajah sang gadis. Sangat jelas terlihat kemarahan di wajah sang pria saat mengungkap semua yang dia pendam selama ini.
"Wanita licik itu merekam semua adegan di hotel dan mempertontonkan kepada orang tuaku. Aku diusir karenanya! Tapi jika saja kamu adalah perempuan aku tidak akan sesengsara ini!"
Pria itu menendang kepala gadis itu hingga terbentur kencang, dia bertubi-tubi melayangkan tendangan hingga gadis itu terkulai tak berdaya, bahkan air matapun enggan untuk keluar lagi, saking mati rasanya tubuhnya.
Napas pria itu memburu saat berhenti menendang, dia menatap jijik pada gadis itu lalu meludahinya. "Lebih baik dari dulu aku membunuhmu beserta wanita jalang itu." Tanpa berkata lagi dia pergi dari sana setelah menuntaskan emosinya.
Beberapa saat pria itu keluar seorang wanita yang mencegah tadi menghampiri gadis sambil menangis. Tubuhnya seketika luruh di samping gadis yang tak lagi berdaya itu.
"Maafkan Mama yang tidak bisa melindungimu..." kata wanita itu sambil menangis tersedu-sendu. "Seandainya kamu terlahir sebagai laki-laki, kita tidak akan seperti ini. Mama pikir akan bahagia jika memiliki suami kaya raya, tapi..."
"Aku akan membunuh kalian semua..." kalimat terakhir gadis itu sebelum kesadarannya menghilang.
•°~TBC~°•
Sen, 3 Juli 2023

KAMU SEDANG MEMBACA
Scorpion Missions
Mystery / ThrillerOrganisasi Scorpion harus beralih tugas mencari dalang dibalik kematian seorang siswi Scorpius High School dan berlanjut pada pembunuhan berantai. "Tidak ada pembunuh yang sengaja meletakkan petunjuk, apalagi sampai memberitahukan siapa dirinya." Ke...