Bab Dua

33 5 2
                                    


Sabtu pagi udara masih terasa basah. Subuh memang belum lama berlalu. Angin dingin khas musim kemarau berhembus pelan diantara rindangnya pohon dijantung kota.

Prof. Ristan duduk sendiri di kafe yang sengaja menata beberapa meja kursi diluar ruangan. Sehingga tamu yang datang bisa langsung menikmati suasana lalu lintas yang masih sepi yang ada didepannya.

Ditemani secangkir teh ia pura-pura terlena dengan buku yang masih dibacanya. Padahal ia masih bingung memikirkan alat tinggalan Dr. Senfini.

Sejak menyala beberapa hari yang lalu, alat itu sempat menangkap gelombang lagi beberapa kali meskipun setelah itu hening lagi. Bahkan gelombang yang ditangkap cukup lama. Tepatnya setelah tengah malam hingga pagi. Setelah sempat berhenti lalu nyala lagi kira-kira sekitar lima jam. Hal itu cukup membuat dirinya kembali bersemangat. Dia yakin benda yang ia cari berada tidak terlalu jauh dengan dirinya.Tapi dimana? Ini membuatnya semakin penasaran.

Alat itu juga tidak memiliki penunjuk benda yang dilacak dengan baik. Jadi ia masih harus sering mempelajari dan mencari cara kerjanya yang efektif. Padahal ia sudah tidak sabar ingin sekali segera mengetahui benda apa yang sebenarnya sedang dicari Dr. Senfini.

Ia juga sempat berpikir membuat alat pendukung untuk alat pelacak benda tersebut tapi sayang kesibukan risetnya membuat dia nyaris tak punya waktu luang.

Dia masih saja merenung dan sesekali meminum teh dari cangkir didepannya, sementara disekitarnya nampak beberapa orang sibuk berolah raga jalan santai atau ada juga yang berlari – lari mengelilingi alun-alun kota.

Suasana itu tidak membuat Prof. Ristan menghentikan lamunannya.

Disitu memang salah satu tempat favoritnya. Tempat ia biasa mengisi waktu luang. Tapi lamunannya terganggu ketika tiba – tiba Hp berdering ada panggilan masuk. Meski tak ada namanya tapi dilihatnya wajah Dyto muncul disana. Rupanya suami Dr. Senfini menelponya menggunakan nomor baru. Mengapa bisa kebetulan seperti ini. Disaat ia memikirkan Dr. senfini tiba -tiba suaminya menelpon dirinya.

"Halo pak Dyto...."

"Halo Prof, ..."

"Nomor baru nih !"

"Iya prof. nomor baru." Suara Dyto jelas diikuti sedikit tertawa.

"Apa kabar pak?"

"Baik Prof...."

Hening sejenak.

"Maaf mengganggu Prof. Apa Profesor sedang sibuk?"

"Tidak .... Kenapa memang?"

"Maaf Prof, tapi sekarang ini ada tamu dirumah mencari mendiang istri saya Prof."

"Sepagi ini ! Siapa?"

"Anak muda. Namanya Ly, Dia bicara sesuatu yang saya tidak mengerti. Mungkin Profesor bisa menemuinya?"

"Ly....? Ly siapa ?"

"Entah saya tidak tahu tapi dia bicara tentang sebuah alat"

"Alat apa?"

"Katanya Jam tangan"

"Jam tangan?"

"Ya jam tangan."

"Memang jam tangannya kenapa?"

"Jam tanganya aneh katanya."

"Aneh gimana?"

"Gak tahu Prof."

"Apa jam tangan berputar terbalik?"

"Gak tahu Prof."

"Apa jam tangannya bergerak terus mati lalu bergerak lagi?"

Kejutan Dr.SenfiniWhere stories live. Discover now