06-FROM AUSSIE

26 2 0
                                        


"Hidup menjadi sulit kala lingkungan sudah toxic."

**✿❀ ❀✿**

Kediaman Wijaya kini terlihat sangat dingin. Kehangatan sepertinya hilang di bawa angin lalu, bahkan meja makan yang di isi tiga orang insan itu terlihat asing.

Tasya melahap makan malamnya dengan tenang begitu pun Harun dan Rasya, hanya detingan alat makan yang mengisi keheningan disana.

"Ayah tadi dapet laporan dari pak Romi. Nilai kamu makin nambah. Terus tingkatkan ya"

Harun menatap Tasya yang hanya fokus pada makanannya tanpa bergeming ataupun sedikit merespon.

Perasaan Rasya kini gundah, takut jika ia tersaingi dan kasih sayang Harun beralih pada Tasya jika terus begini.

Harun menghela nafasnya mencoba memaklumi jika Tasya bertingkah seperti ini, mungkin memang karena beberapa hari lalu saat ia membentak nya.

"Kenapa diem aja? Kamu marah sama ayah karena tempo hari?" Tanya Harun yang menatap si anak gadis dengan lamat.

Tasya menatap pada meja makan lalu menghentikan aksi makannya dan menatap Harun yang juga menatapnya begitu juga Rasya.

Tak ada sedikitpun rasa marah ataupun kesal pada Harun tentang kejadian itu. Namun, hanya ada sedikit kecewa.

"Gak ada sedikit pun rasa marah di dalam lubuk hati Tasya"

Harun di buat terkejut dengan perkataan anak bungsunya itu, apalagi saat melihat mata yakinnya. Tersirat secuil rasa bangga di dalam benaknya secara tiba tiba.

"Ini salah Tasya karena emang sebelumnya belum izin sama ayah. Lain kali, Tasya minta izin dulu sama ayah. Tasya juga salah karena sebelumnya gak ngajak bang Rasya buat ke rumah kakek sama nenek bareng bareng. Tasya juga salah karena.. Pacaran sama kak Satya dan berakhir nilai nilai Tasya kecil. Maafin Tasya yah"

Harun dan Rasya terdiam. Ego mereka memang terlihat tinggi, namun jika seperti ini, rasa bersalah di hati mereka perlahan muncul.

"Tasya selesai yah. Mau belajar dulu. Selamat malam"

Tasya menggulum senyumnya hangat lalu beranjak pergi meninggalkan dia insan yang masih terdiam itu. Harun menatap piring Tasya yang mungkin Tasya hanya memakan dua sendok saja.

Tiba tiba Yanto si asisten pribadi Harun datang menghampiri Harun setelah makan malam selesai dan menyampaikan kabar bahwa putra tinggal dari adik perempuan Harun akan di titipkan di rumah Harun sementara mereka masih memiliki banyak pekerjaan di Australia.

Tasya yang sedang belajar pun di hampiri oleh Sumi untuk memberitahu bahwa sepupunya akan segera datang dan Harun menyuruhnya untuk turun dan menyambutnya. Dengan perasaan sedikit antusias, Tasya pun akhirnya turun meninggalkan buku bukunya di atas meja. Senyumnya terpatri lembut disana.

Saat mereka sudah siap di sofa menunggu kedatangan seseorang itu, akhirnya yang di tunggu pun datang dengan wajah sumringah nya menatap kesana kemari karena merindukan rumah yang tujuh tahun lalu ia tinggalkan.

"Hello everyone, its me! Jack!" Teriak Jack yang membuat seluruh atensi menatapnya penuh.

"Hello Brother! Long time no see, right?"

Rasya pun mengahemburkan pelukan nya pada Jack yang satu tahun lebih tua darinya. Senang sekali Jack kembali setelah tujuh tahun lalu.

Harun tersenyum bahagia melihat interaksi mereka. "Biasain pake bahasa lokal ya" Ujar Harun mengingatkan.

"Of course, Ayah Ar. Jack lancar kok kalo di tantang tentang bahasa" Sombong Jack.

Mata Jack menatap Tasya yang sedari tadi hanya tersenyum tipis melihatnya. Bahkan ia tak yakin itu adalah Tasya, mengingat beberapa tahun lalu, Tasya sungguh sangat aktif, dan banyk sekali bicara.

"Owhhh.. Caca.. Ngapain diem aja? Gak nyambut gue apa?" Tanya Jack, dan Tasya mendapat tatapan sinis Harun karena Jack memanggilnya Tasya.

Tasya yang menyadari itu pun langsung tersenyum lebar pada Jack. "Tasya aja bang" Ucapnya.

Rasya tertegun. Baru kali ini, Tasya tersenyum lebar di hadapannya. Setelah lima tahun berlalu, kejadian ini semangkin langka nyaris punah.

"No, kita kenal dari kecil. Nama kecil tetap lah jadi nama panggilan sampai kapanpun" Jelas Jack yang membuat Harun menghela nafas.

Tasya tersenyum canggung, lalu menatap Jack untuk mengalihkan topik. "Seneng liat lo balik bang. Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar. Gue kangen banget sama lo" Jelas Tasya lalu memeluk Jack dengan amat sangat erat.

Jack tersenyum dan membalas pelukan sang adik bungsunya dengan hangat.

"Oh iya Jack. Kamu sekolah juga di sekolahan si kembar?" Tanya Harun yang memastikan pesan yang di berikan oleh Hani sang ibunda Jack.

Jack melepas pelukan mereka lalu menatap Harun antusias. "Yes. Mom udah kasih tau 'kan Yah?" Jelas Jack.

"Mommy Ani sama Daddy Arthur kapan pulangnya bang?" Tanya Rasya.

"I don't know. Mungkin bukan depan atau entahlah" Jelas Jack.

Harun, Rasya dan Tasya mengangguk paham. "Udah makan boy?" Tanya Harun yang mendapatkan gelengan dari sang keponakan.

"Ohh, yaudah makan malam nya sama Tasya aja ya. Soalnya ayah sama Aca udah makan tadi, terus Tasya beru makan sedikit" Jelas Harun.

Tasya menatap Harun dengan tatapan memelas namun masih terlihat tenang. "Tapi Tasya lagi belajar yah" Elak Tasya.

"Temenin kakak kamu makan dulu. Abis itu bisa lanjut belajar. Lagian kamu gak akan punya tenaga buat belajar kalo gak makan" Jelas Harun lalu pergi dari sana di ikuti dengan Rasya yang juga pergi.

Pada akhirnya Tasya menuruti perkataan Harun dan menemani Jack untuk makan malam bersama di tempat yang sebelumnya Tasya tinggalkan sebelum waktunya.

Jack merasa canggung kali ini. Entah karena memang sudah lama tidak bertemu atau karena sifat Tasya yang berbeda dengan beberapa tahun lalu.

"Sekolah lo lancar ca?" Tanya Jack basa basi.

Tasya menatap Jack sekilas lalu tersenyum. "Kayak yang lo liat, lancar lancar aja selagi nilai gue sempurna" Jelas Tasya.

Jack hanya tersenyum sebagai respon lalu tersirat lah di kepalanya untuk menggoda Tasya.

"Punya boyfriend kah?" Goda Jack yang menaik naik kan halisnya.

Tasya menatap Jack seperti biasa, tenang dan terlihat mendingin ketika terus terpaku. Tasya pun menggulum senyumnya dan kembali melanjutkan makannya.

"Nanti juga lo tau kalo udah sekolah" Jelas Tasya. "Setelah lo tau, kalo gue sempet, gue ceritain semuanya" Lanjutnya.

Jack pun tersenyum dan sedikit terkekeh melihat bagaimana sepupu kecilnya tumbuh sebagai remaja yang sepertinya sudah memiliki kekasih.

ℕ𝕆𝕋 𝕋𝕎𝕀ℕ𝕊 || ᴇɴʜʏᴘᴇɴWhere stories live. Discover now