perasaan mendebarkan ini kapan terakhir kali minhyung merasakannya? bukan debaran akan jatuh cinta atau debaran akan ketakutan, melainkan debaran karena bahagia. debaran yang hadir lantaran luapan perasaan tenang, nyaman, dan senang yang bercampur aduk menjadi satu. debaran yang sempat minhyung lupakan bagaimana rasanya hingga kesempatan untuk kembali merasakannya kini tiba di depan mata.
begitu mobil mereka memasuki area desa bukhyeon lalu tiba di parkiran penginapan, minhyung mampu melihat kilasan memori terputar di dalam kepala bak video dari gulungan pita kaset lama yang ia temukan di dalam lemari tua—berisi kenangan yang begitu hangat dan penuh nostalgia.
ia membuka pintu, melompat turun dari dalam mobil dan menarik napas dalam-dalam. kedua matanya terpejam rapat, menikmati kesejukan yang amat sulit ia dapatkan selama berada di seoul sembari memenuhi seluruh rongga di dadanya dengan udara segar kampung halamannya. aroma yang masih sama: tanah dan tumbuh-tumbuhan yang asri, juga aroma masakan dari rumah makan tae yang seingat minhyung sudah lama berdiri di sana. pun suasana di desa ini tidak berubah, tetap hangat dan tetap menyambutnya dengan akrab seperti kawan lama yang akan selalu menanti dirinya untuk datang.
meski tetap ada sedikit perubahan di desa bukhyeon yang cukup terlihat jelas dibandingkan saat sepuluh tahun lalu—saat terakhir minhyung menginjakkan kaki, salah satunya kehadiran penginapan april. seingat minhyung, tempat yang akan ia dan doyoung gunakan untuk tinggal sementara di desa ini dulu tidak ada.
"selamat sore!" suara doyoung memasuki kedua indra pendengaran minhyung. ia sontak menoleh, mendapati pintu penginapan yang terbuka dan perawakan pemuda dalam balutan kardigan rajut cokelat muda muncul dari dalam. "saya kim doyoung, manajer minhyung sekaligus yang menghubungi anda tadi pagi dan dia lee minhyung, penulis novel best-seller yang terkenal di korea selatan. maaf karena kami memesan penginapan anda terlalu mendadak."
perbincangan antara doyoung dengan pemuda itu melewati telinga minhyung bagaikan desiran angin lembut yang hanya terdengar sayup-sayup, lantaran fokusnya terpaku pada sosok familier dalam perjalanan hidupnya yang kini kembali hadir. ingatan minhyung mencetak bagaimana rambut halus itu bergerak seiring anggukan kepala sang pemuda, bagaimana sudut bibir itu terangkat bersama senyum yang merekah, dan bagaimana kedua mata itu melengkung bagai sabit yang menyingsing di langit malam.
satu detik, minhyung mendapati pandangan mereka bertautan. memberi sebuah efek mendebarkan yang ia tak ketahui alasannya, walau pemuda itu segera beralih ke arah lain dan bersikap seolah tidak ada apa-apa.
"mari saya antar masuk ke dalam," ujarnya pelan sembari membantu doyoung mengangkat beberapa bawaan mereka.
sudut bibir minhyung mengayun ke atas, membentuk satu senyum tipis sebelum bergerak mengikuti langkah sang pemuda dan sang manajer untuk masuk ke penginapan sambil menarik koper.
lee jeno. pemuda berambut sehitam jelaga dan bermata badam yang ternyata adalah pemilik penginapan april. sama seperti desa bukhyeon yang selalu nyaman, pemuda itu pun tampak tidak berubah. masih tetap hangat dan masih tetap menawan seperti saat pertama kali minhyung melihatnya.
[]
