•°~Happy Reading~°•
"Siapa lagi selanjutnya? Zaedyn? Cih, laki-laki itu tidak membeberkan satupun masa lalunya sama sekali, bahkan kejadian lampau tak ada. Sialan~ hidupnya terlalu bahagia."
Seseorang itu menerawang ke atas. "Alice ... Axton ... Narasfa ... Arasfa ... siapa selanjutnya? Hihihi, apa gadis manis itu saja? Mungkin saat ini dia sedang terpuruk. Hahaha! Mari buat dia depresi dan memutuskan bunuh diri." Seringai puas tercetak di bibirnya.
. . .
"Dia tidak sekolah," ungkap Narasfa saat tidak melihat Flora di manapun.
"Mungkin dia kecewa karena kita telah mencurigainya dan memilih menenangkan diri," celetuk Arasfa.
"Siapa juga yang tidak kecewa? Apalagi yang menuduhnya adalah teman dekatnya sendiri."
Mereka terdiam mendengar perkataan Reska yang menusuk. Tapi bagaimana bisa mereka tidak curiga? Semua bukti tertuju pasa gadis itu. Mulai dari 'FEL', yang jelas-jelas mengarah pada nama lengkap Flora. Kemudian, Flora adalah seorang penulis, karena salah satu bukti ada pada sebuah novel online, apalagi Flora juga menulis novel. Lalu teror anggota Scorpion. Dan yang terakhir mimpi Ryder yang melihat ciri seperti Flora.
Siapa coba yang tidak akan curiga??
"Kita harus minta maaf," ujar Maecy lirih. Walaupun awalnya dia tidak tau, tapi bagaimana pun dia juga anggota Scorpion.
"Ya haruslah." Reska bersmirk. "Kalian sebagai teman tidak punya hat...."
Belum sempat kalimat Reska selesai, buku hitam tebal telah melayang di wajahnya, laki-laki terjerembab ke lantai sambil meringis memegang hidungnya.
"Sialan!"
"Apa?! Mau marah?! Coba katakan sekali lagi ucapanmu, akan ku topong lidahmu itu!"
Reska meringis, Narasfa kalau marah menyeramkan. Sementara Ryder memijat pangkal hidungnya menyaksikan kelakuan anggotanya yang tak punya akhlak.
"Sudah diam! Tidak usah bertengkar! Kita di sini bukan untuk bertengkar!" lerai Zaedyn pada keduanya.
Reska dan Narasfa kembali duduk di kursi mereka sambil membuang pandangan ke arah lain.
"Ryder, kau sudah dapat informasi tentang Nix? Aku khawatir."
Topik yang diangkat Maecy menarik perhatian. Ryder menoleh sambil berpikir sejenak, sedangkan yang lainnya menunggu penjelasan Ryder.
"Tidak ada sama sekali. Aku sudah menyuruh detektif handal, meminta Ayah mencari dengan bawahannya juga sia-sia..."
Sebenarnya tanpa ada tau, Ryder selalu dilanda kekhawatiran akan Nix. Laki-laki itu bahkan hampir tidak punya waktu cukup untuk tidur hanya demi mencari keberadaan Nix yang entah di mana.
"Apa mungkin dia ... setelah malam itu..."
"Itu tidak akan terjadi, tidak akan Ara. Jangan bicara sembarangan!" tegas Narasfa.
. . .
Narasfa, Arasfa, dan Maecy berjalan berbarengan ke ruang cctv. Maecy yang mengajak minta ditemani. Narasfa iya-iya saja, karena ada sesuatu yang perlu ditanyakan pada gadis itu.
Saat sampai, seorang laki-laki tak di kenal tengah duduk di kursi sambil bermain handphone. Dia sontak menoleh dan beranjak kala melihat Maecy di sana.
"Terima kasih Taki, kau boleh istirahat," ujar Maecy dan diangguki laki-laki bernama Taki itu.
"Kalau begitu aku pergi." Taki melewati Narasfa dan Arasfa yang berada di ambang pintu.
Narasfa berjalan masuk seraya bertanya pada Maecy, "Siapa laki-laki tadi?" Narasfa mengambil tempat duduk di samping Maecy.
"Rasanya dia tidak asing, aku seperti pernah melihatnya di suatu tempat," timpal Arasfa yang sudah duduk di kursi belakang di antara Maecy dan Narasfa.
"Dia Taki, sepupu dari keluarga Mama, tapi sekarang dia kini menjadi anak angkat kepala sekolah. Aku tidak bisa menjaga cctv 24/7 jadi aku memintanya membantu. Soal dia yang tidak asing, aku pernah mengenalnya pada kalian, semester lalu. Mungkin kalian lupa?" jelas Maecy. Si kembar mengangguk setelah mengingat.
"Maecy aku mau bertanya sesuatu."
"Katakan."
Narasfa menatap rumit. "Kau di mana saat pukul 09:55-10:20?"
Maecy menegakkan tubuh. "Aku di kantin bersama yang lain," jawabnya menatap Narasfa.
"Apa Taki juga di kantin? Atau saat makan siang kalian berganti shift?"
Maecy pikir pembicaraan ini cukup serius. Menjauhkan tangan dari mouse lalu menghadap Narasfa.
"Tidak. Taki membawa bekal dari rumah dan biasanya makan di belakang sekolah. Tidak ada yang memantau cctv."
"Ruangan ini kau kunci?"
"Ya."
Arasfa tidak tau apa permasalahannya, tapi percakapan ini cukup serius. Arasfa tahan napas dibuatnya.
"Punya kunci duplikat?"
"Punya. Kunci ruangan ini dua, aku memegangnya satu dan yang satunya lagi dipegang oleh Taki."
Narasfa bertanya dan Maecy menjawab dengan lugas.
"Kau yakin? Tidak ada yang masuk ke dalam sini selama jam istirahat?"
"Aku yakin. Ruangan ini juga punya CCTV. Kau mau lihat videonya?"
"Tidak," cegah Narasfa cepat.
"Kenapa kau bertanya pertanyaan aneh itu? Apa ada sesuatu?" balik tanya Maecy dengan memincing.
"Bukan apa-apa. Aku hanya kagum bagaimana kau bisa bertahan di ruangan ini, duduk berjam-jam sambil menonton orang berlalu lalang," kata Narasfa agak canggung.
Maecy menghela napas. "Jika diungkapkan dengan kata, maka kata yang tepat adalah bosan," ujarnya.
"Mau berganti shift denganku?" tawar Arasfa dan dibalas kekehan oleh Maecy.
"Anak kecil tidak boleh begadang. Kalau adalah Axton maka langsung ku iyakan. Laki-laki itu walau dari pagi ke pagi matanya tidak akan mengantuk sama sekali." Arasfa cemberut lalu mendengus.
. . .
Seorang gadis meringkuk gemetar di sudut kamarnya, meremas sisi kepalanya sambil menatap kotak berisi puluhan kalajengking mati. Di sisi kotak itu terdapat sebuah kertas yang telah terbuka lebar dengan cairan merah sebagai tinta.
Scorpion
Qu'est-ce que ça fait d'être fait un bouc émissaire?⁴"Gak, gak! Bukan aku!" racaunya
Gadis itu Flora. Setitik air mata meluncur bebas ke pipinya diikuti air mata lainnya, perlahan gadis itu terisak dengan sangat menyakitkan.
"Bukan aku!"
Dari sudut matanya terlihat benda tajam nan indah. Flora meraihnya dengan tangan bergetar, menatapnya lamat dan sangat mendamba.
Perlahan mendekatkanya pada pergelangan tanganya. "Aku capek! Bukan aku pelakunya!" Dalam satu gerakan benda tajam itu melukai kulitnya hingga mengeluarkan darah.
Flora sedikit menatap puas. Lama kelamaan darah itu semakin banyak dan Flora merasakan pusing yang amat sangat. Perlahan gadis itu pingsan dengan keadaan pergelangan tangannya yang terluka.
_______________
⁴𝐁𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐫𝐚𝐬𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐢𝐣𝐚𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐦𝐛𝐢𝐧𝐠 𝐡𝐢𝐭𝐚𝐦?•°~TBC~°•
Jum, 23 Juni 2023

KAMU SEDANG MEMBACA
Scorpion Missions
Mystery / ThrillerOrganisasi Scorpion harus beralih tugas mencari dalang dibalik kematian seorang siswi Scorpius High School dan berlanjut pada pembunuhan berantai. "Tidak ada pembunuh yang sengaja meletakkan petunjuk, apalagi sampai memberitahukan siapa dirinya." Ke...