Halim mengambil tempat di salah satu bangku taman sambil tangannya menggulir ponsel. Memperhatikan history recent calls beberapa jam yang lalu. Panggilan yang terpaksa ia sudahi dengan singkat lantaran kala itu murid-murid merecokinya terus untuk bermain.
"Energi anak kecil tuh emang luar biasa ya," salutnya, berbicara pada Jemima yang duduk di sebelah.
Sang rekan kerja hanya balas tertawa pelan, "Tumben. Biasanya juga energi lo kan sebelas dua belas sama mereka."
"Enggak lah. Masih kalah jauh gue mah kalau diadu mekanik."
Beberapa anak terlihat melambaikan tangan ke arah Halim dan Mima sebelum mereka pulang dengan jemputan masing-masing. Yang dilambai membalas dalam senyum pula. Ini weekend tapi di Surya Bakti sedang ada event hari anak. Makanya pekarangan sekolah masih tampak ramai dari pagi hingga menjelang siang ini.
"Btw barusan lo ditelepon siapa?" tanya Mima mengingat kegaduhan Halim diantara sesi bermain games dengan murid tadi.
"Dari penerbitan Aurora Books," Halim memberi jeda sembari berpikir, "makin disebutin makin familiar gue sama namanya. Pernah denger dimana ya."
"Itu penerbitan yang ada di Beans and Binding kafe kan."
"Oh iya, bener," Pupil Halim membulat seolah tercerahkan, "kafe yang sering lo datengin itu ya."
Mima mengangguk, "Kenapa Aurora Books tiba-tiba menghubungi lo? Lo bikin buku?"
"Kind of...? Nggak ngerti sih. Selera editornya aneh sampai ngelirik tulisan gue yang juga aneh."
"Bingung," jujur Mima.
"Semua manusia di muka bumi ini bingung, Miss."
"Nanti nggak bingung kalau udah di surga ya, Sir."
Keduanya refleks tertawa bareng. Halim beralih melirik ponselnya lagi kemudian mengetikkan kalimat pada ruang obrolan itu.
[😺]
Sun, 12.00 pmAurora books kantornya di jakarta kan?
Saya juga tinggal di jakarta kok
Gimana kalau langsung ketemu aja
buat ngomongin itu
Di bean and bindingsOh, boleh, Pak 🙏
Bean and Bindings kafe
yang disini kan?
/send location/Iya.
Ok, baik 🙏
Mau ketemu jam berapa ya?Jam 2 ini, bisa?
Bisa. 🙏
Ok.
🙏
"Pake emot nari tor-tor mulu, orang batak apa ya," gumamnya absurd.
Seminggu yang lalu Halim menerima pesan elektronik dari seseorang yang mengaku editor pada sebuah penerbitan. Dia memperkenalkan diri sebagai Irvyna dan katanya tertarik ingin menerbitkan karya Halim yang ia temukan dari blog lelaki itu.
Ini hal baru bagi Halim, jadi setelah mempertimbangkan, barulah pagi ini Halim memutuskan langsung merespon dengan balasan pesan di nomor yang dicantumkan sang editor. Sekedar mengabari dulu saja kalau dia bersedia. Tak disangka selang beberapa jam dari chat Halim itu, Vyna meneleponnya. Di saat Halim kebetulan lagi riweuh perkara acara sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dissonance: Traffic Light
FanfictionHalim hanya ingin menjadi lampu kuning terbaik dalam lalu lintas perjalanan hidupnya dan kehadiran Vyna adalah bagian tak terduga yang ia syukuri di tengah perjalanan itu. [Special Collaboration 0.3] written on: June 28, 2023 - ongoing. ©RoxyRough