SM | Vingt-Six

485 38 0
                                    

•°~Happy Reading~°•

Reska menghela napas lelah setelah meronda di lantai dua dan lantai tiga Scorpius. Sinar bulan purnama memudahkan Reska melihat di bawah sana.

Samar-samar dia melihat seorang berpakaian serba hitam membawa tongkat baseball. Sontak Reska teringat Alice di lantai satu bergaja sendirian. Layaknya dikejar setan, Reska berlari ke lantai bawah.

Sampai di lantai bawah dia terkejut karena seseorang menabraknya dengan kencang membuatnya tersungkur. Laki-laki itu mengumpat dalam hati.

"Ashh..." ringis seseorang yang menabraknya.

Reska mengenal suara halus itu. "Alice?" Seseorang itu mendongak dengan mata terbelalak.

"Reska! Dari mana saja kau, ha?! Aku hampir mati di sini!" teriak Alice dengan suara bergetar.

Mata Reska menangkap cairan merah di sudut dahi Alice. "Alice, apa yang terjadi padamu-"

"Wah-wah, aku pikir kelinci manis ini hanya sendiri," kekeh seseorang bertopeng itu.

Reska cepat-cepat berdiri dan menarik Alice di belakangnya. Matanya menatap rumit pada seseorang itu. Firasatnya mengatakan bahwa seseorang yang berdiri di depannya tak lain tak bukan adalah si psychopath.

"Siapa kau?" tanya Reska geram.

"Kamu nanya?" jawab seseorang itu meremehkan dirimu. "Bodoh, buat apa aku berpakaian seperti ini tapi pada akhirnya aku memberitahukan namaku padamu," cercanya.

Reska mengumpat kecil.

"Hah~ terlalu banyak bacot. Kehadiran kalian di sekolah ini menambah pekerjaanku saja!"

Tanpa aba-aba seseorang itu sudah melayangkan tongkat baseball ke arah Reska dan Alice.

Tang! Suara besi yang membentur dinding menggema. Seseorang yang berada  dibalik topengnya menyeringai. "Akan kubuat kalian berdua mati dengan tenang,"  ujarnya dengan senang.

Reska menarik Alice untuk lari, jantungnya berdegup kencang, dia tidak pernah membayangkan akan bertemu pelaku secepat ini.

"Reska..."

Reska terhenti, dia menoleh menatap Alice yang memegang kepalanya. "Kenapa?" tanyanya khawatir.

"Kepalaku sakit, pusing," jawab Alice, gadis itu sekali menggoyangkan kepalanya agar rasa pusing di kepalanya bisa mereda.

"Ayo kita keluar dari sini!"

Reska menggendong Alice ala bridal style, dalam keadaan Alice seperti ini tidak mungkin dapat dibawa berlari. Laki-laki itu berlari dengan Alice digendongannya.

Tiba-tiba sebuah pisau lipat melayang di depan wajahnya. Langkahnya terhenti sedetik sebelum pisau itu melewati wajahnya, napas laki-laki itu memburu.

"Well well well, refleks yang bagus," seseorang itu bertepuk tangan kagum pada Reska.

Reska menatap penuh waspada, apalagi Alice yang dalam gendongannya sudah pingsan. Darah mengalir deras di kepala gadis itu.

Scorpion MissionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang