•°~Happy Reading~°•
Narasfa membuang sebuah amplop berwarna krem lusuh ke tempat sampah. "Arafsa! Apa yang kau lakukan, kenapa lama sekali?!" teriaknya sambil menatap ke arah atas di mana kamar adiknya.
"Hah huh, apa kau tau? Surat yang diterorkan padaku lebih banyak daripada milikmu," ujar Arasfa sambil menumpahkan sakantung kresek besar surat ke dalam tempat sampah.
"Jangan bercanda, kalau aku tidak membakar surat-surat sebelumnya mungkin kamarku penuh hanya dengan surat. Kau pikir dari kapan aku dapet teror ini? Sehari? Dua hari? Aku sudah mendapatkan seminggu yang lalu," ungkap Narasfa sedikit kesal dengan penuturan Arasfa.
"Kau berkata seperti itu seakan sudah sebulan dikirimi surat," sambung Narasfa.
Arasfa menatap tak percaya pada Narasfa. "Nara, kau ... marah padaku?" tanya Arasfa dengan terbata-bata.
Narasfa yang akan membakar setumpuk surat itu tersadar dengan apa yang dia lakukan.
"Maafkan aku, aku melampiaskan amarahku padamu," tutur Narasfa seraya memeluk saudara kembarnya erat.
Arasfa membalas pelukan Narasaf tak kalah erat. "Jangan seperti itu lagi, aku takut..." lirihnya.
Narasfa menghela napas pelan, dia sungguh menyesal membuat Arasfa menangis seperti ini. Pikirannya terlalu kacau akhir-akhir ini karena terlalu banyak masalah.
"Maaf..."
Walaupun Arasfa terlihat seperti gadis remaja pada umumnya, yang sebenarnya adalah gadis berumur 7 tahun yang terjebak di tubuh gadis berumur 17 tahun.
Narasfa melerai pelukan mereka. Jari gadis itu menghapus bekas air mata di pipi Arasfa sebelum tersenyum lembut pada gadis itu.
Narasfa merogoh korek dan menyalakannya sebelum melempar ke dalam tempat sampah. Sedikit demi sedikit surat-surat itu di makan api dan lama-kelamaan kobarannya semakin membesar.
Arasfa yang sedang fokus mematap api itu merasakan tarikan di tangannya. Gadis itu mengikuti Narasfa yang berjalan menuju apartemen mereka.
Narasfa menoleh ke belakang. "Ayo pulang, sudah sangat malam," ujar Narasfa seraya tersenyum. Arasfa membalas senyum Narasfa dengan anggukan semangat.
. . .
"Huaaaaa! Laparnya!" ujar Arasfa.
Pelajaran baru saja selesai. Siswa siswi menghambur keluar dari kelas menuju kantin, mengisi perut sebelum kembali belajar lagi.
"Ayo ke kantin, yang lain sudah menunggu."
Kedua gadis itu segera ke kantin juga. Mata mereka mengedar mencari keberadaan anggota Scorpion yang lainnya.
"Twins! Di sini!"
Sontak mereka menoleh pada asal suara, terlihat Flora yang melambaikan tangannya.
"Udah ada yang pesan?" tanya Narasfa saat sudah sampai.
"Sudah, seperti biasanya, kan?" Narasfa mengangguk menjawab kalimat Maecy.
Narasfa merogoh saku roknya, dahinya menjerit tidak mendapatkan sebuah kertas yang menjadi alat tukar barang dan jasa.
"Kenapa?"
Narasfa menggeleng saat Alice bertanya. "Aku ke kelas dulu, ada yang ketinggalan," ujarnya dan langsung beranjak.
"Nara!" teriak Arasfa saat makanan mereka sudah datang.
"Narasfa mau kemana?" Zaedyn meletakkan nampan yang di atasnya ada makanan pesanan Scorpion, dibantu oleh Axton.
"Mau ke kelas katanya." Reska menjawab pertanyaan Zaedyn.
. . .
Narasfa menghampiri mejanya, dahinya sedikit menyerit kala buku-bukunya berserakan di atas meja dengan keadaan yang memprihatinkan. Semua buku-bukunya rusak tak berbentuk.
Tangan gadis itu mengambil sesuatu yang terselip di antara bukunya. Surat. Narasfa tersenyum sinis. Matanya menatap cctv di sudut kelas.
Gadis itu berlari menuju kantin, saat sampai di meja mereka Narasfa langsung menarik tangan Axton agar mengikutinya. Scorpion terheran-heran dengan tingkah Narasfa, apalagi gadis itu terlihat sangat terburu-buru, bahkan gadis itu belum menyentuh makanannya sama sekali.
"Ada apa Nara? Kenapa terburu-buru sekali?" tanya Axton kala keduanya masuk ke dalam ruangan Scorpion.
"Retas cctv kelas 1-C," perintah Narasfa seraya memaksa laki-laki itu untuk duduk di depan komputer milik Axton.
"Untuk apa?" Axton merasa aneh dengan Narasfa.
"Lakukan saja!"
Axton penasaran apa yang membuat gadis agak pendiam jadi seperti ini. "Baiklah." Tangan Axton menari-nari di atas papan keyboard, angka dan huruf yang tidak dimengerti Narasfa muncul di layat komputer. Axton berhasil membobol sistem keamanan cctv kelas 1-C.
"09:55-10:20," ujar Narasfa. Gadis itu yakin pelakunya melakukan aksinya tepat setelah dia dan Arasfa keluar dari dalam kelas.
Pada layar hitam putih pada komputer Axton siswa siswi berbondong-bondong keluar selepas seorang guru wanita keluar. Di sana dia dan Arasfa tengah menunggu semua keluar sebelum mereka keluar.
Mata gadis itu tak lepas dari layar komputer. Beberapa menit kemudian terlihat Narasfa yang kembali ke kelas dan mendapati bukunya yang rusak. Terlihat juga dia yang menoleh pada cctv sebelum berlari keluar kelas.
"Kenapa?" tanya Axton setelah memendam pertanyaan itu di kepalanya.
Narasfa menggeleng seraya menegakkan tubuhnya. "It's so crazy." Sudut bibir Narasfa membentuk senyum getir.
Axton semakin tidak mengerti. "Apa yang terjadi?"
Namun Narasfa hanya diam.
•°~TBC~°•
Kam, 15 Juni 2023

KAMU SEDANG MEMBACA
Scorpion Missions
Mystery / ThrillerOrganisasi Scorpion harus beralih tugas mencari dalang dibalik kematian seorang siswi Scorpius High School dan berlanjut pada pembunuhan berantai. "Tidak ada pembunuh yang sengaja meletakkan petunjuk, apalagi sampai memberitahukan siapa dirinya." Ke...