Prolog

19 1 0
                                        

Seorang laki laki kini berjalan tertatih berusaha melewati gang sempit, melangkah begitu terburu buru dengan beberapa luka diwajahnya. Ketakutan, itulah yang terlihat dari wajahnya sekarang kakinya pincang sebelah kiri membuat dirinya semakin kesulitan untuk berlari atau bahkan berjalan. Dalam hati ia berharap cemas agar terhindar dari sosok laki laki bermasker yang saat ini tengah berjalan cepat tak jauh dibelakangnya, keringat mengucur deras sembari menahan rasa sakit pada tubuh yang mungkin entah kapan ia akan ambruk dan habis pada tangan laki laki yang mengejarnya.

Namun sepertinya keberuntungan lelaki tersebut berpihak pada yang lain, ia tak bisa fokus pada jalan didepan sehingga ia tersandung kakinya sendiri dan kemudian terjatuh. Belum sempat pula ia bangkit namun lelaki yang tengah mengejarnya sudah mengangkat badannya dan mengapitkan pada tembok, mencengkeram kerahnya dan memberikan tatapan tajam. Lelaki tersebut hanya bisa meringis sambil merasakan bagaimana sakitnya luka luka yang belum diobati tersebut ditekan kuat kuat ditambah lagi dengan badannya yang sangat lemas tak mampu lagi untuk melawan.

Plakkk!

Satu tamparan mendarat di pipi penuh luka si lelaki, kemudian lelaki yang tengah mencengkeram kerah bajunya itu semakin menaikkan badannya tak lupa dengan tatapan tajam yang menusuk seakan siap untuk membunuhnya kapanpun dirinya mau
"Siapa yang menyuruh lo? " Ujar lelaki bermasker hitam tersebut. Si lelaki lemah hanya menggeleng ribut saking takutnya.
"Gue tanya sekali lagi siapa yang nyuruh lo? " dan lagi lagi si lelaki lemah hanya bisa menggeleng  sembari berucap "Saya tidak tau" dengan begitu lirih.

Tentu saja lelaki bermasker itu semakin naik pitam, dia mengalihkan sebelah tangannya pada leher si lelaki lemah. Peduli setan jika orang itu mati namun lelaki itu sudah membuat dirinya marah besar karena telah melukai adik kesayangannya "Tetap nggak mau ngaku, hm? "

Lelaki lemah lagi lagi hanya menggeleng sembari berusaha meraup nafas yang mulai tersengal, keringatnya semakin mengucur deras serta rongga mulutnya yang mulai mengering, matanya bergetar hebat menandakan ketakutan yang begitu besar. Salah dirinya sendiri karena sudah mengusik orang kejam tersebut dengan cara menusuk perut adiknya dengan sebuah belati yang saat itu adiknya tengah lengah.

"Jangan harap lo bisa selamat dari gue kalau lo nggak mau ngaku sekarang juga! " Gertak lelaki bermasker, ia semakin menekan leher si lelaki lemah sembari menyeringai puas walaupun wajahnya terlihat begitu marah dengan orang ini.

"S-saya tit-tidak tauhh, ssaya han-ya ditelfon seseorang denganh i-imbalan yang besar" Jawab si lelaki lemah itu dengan tersengal. Lelaki bermasker itu mengerutkan alisnya, berfikir beberapa detik kemudian kembali fokus pada incarannya "Siapa yang nelfon lo? "

Lelaki lemah tersebut kembali menggeleng "s-saya tidak tau, n-nomor t-tidak dikenal" jawabnya. Seketika lelaki bermasker tersebut melepaskan cengkramannya , lelaki lemah itu seketika ambruk kemudian si lelaki bermasker kembali mengangkat kerah baju lelaki lemah dengan satu tangan yang membuat si lelaki lemah terpaksa kembali berdiri tanpa daya, ia hanya bisa pasrah tak peduli hidup ataupun mati karena badannya sudah sangat lemas, tak lama setelahnya sebuah pukulan mendarat dipipi kanannya, lelaki itu banya bisa merasakan karena tak kuat untuk melawan,

Pukulan kembali ia dapatkan pada pipi sebelah kiri yang mungkin mengenai matanya karena ujungnya robek dan setelahnya ia mendapat pukulan bertubi tubi dari lelaki bermasker, begitu selesai lelaki bermasker tersebut kembali membanting tubuh si lelaki lemah ketanah dengan keras sembari memberikan sebuah ancaman "Kalau sampai adik gue kenapa napa, elo dan teman-teman lo yang bakal abis ditangan gue" kemudian lelaki bermasker tersebut pergi dari situ dengan terburu-buru sedangkan si lelaki lemah berusaha bangkit dari jalan sambil menatap tajam lelaki yang tadi telah menghajarnya. Dalam hati ia bersumpah akan membalas dendam pada lelaki tersebut.

Next??

The Argantara : Sibling'sDonde viven las historias. Descúbrelo ahora