"Kay, dengar, silakan kamu berdiri di paling kanan sedangkan saya di paling kiri." Atthar merentangkan tangan kanananya sebagai isyarat meminta sekretarisnya segera masuk. Sementara tangan kirinya masih menekan tombol lift agar pintu tak menutup.
"Bukan begitu Pak Atthar, tetap saja saya ..."
"Kay! Memangnya kamu pikir saya lelaki mesum, yang mau mengambil kesempatan di tempat sepi. Begitu?" bentak Atthar yang merasa tersinggung. Selama ini banyak perempuan yang mencuri kesempatan untuk bisa menempel padanya, sementara perempuan ini ... ah sungguh aneh.
"Asal kamu tahu ya, saya tidak suka perempuan-"
"Ma-maksud Pak Atthar, Bapak ... ga-g*y?" Seketika Kay menutup mulut dengan kedua tangannya dan membelalakkan mata.
"Kay, biasakan mendengar orang bicara sampai selesai baru berkomentar. Maksud saya, saya tidak suka perempuan yang ribet seperti kamu. Jadi, jangan pernah berpikir saya mau berbuat aneh-aneh sama kamu."
Kay mengembuskan napas, sampai mulutnya membentuk huruf "o"
"Iya, Pak Atthar, saya mengerti maksud Bapak. Saya tahu kalau Bapak juga orang baik-baik, tapi dalam Islam, tidak ada pengecualian hukum berkhalwat. Asal lelaki dan perempuan dan bukan mahram maka dilarang berduaan," beber Kay.
Malas berdebat panjang, akhirnya Atthar mengalah.
"Oke, saya naik duluan. Kamu susul saya secepatnya dengan lift ini juga. Jangan naik tangga, kelamaan!"
"Baik, Pak."
Keluar dari lift, Atthar tidak langsung masuk ke ruang rapat. Menghadap tepat di depan pintu, ia berdiri sembari mengecek beberapa pesan masuk yang belum sempat dibuka.
Tak lama terdengar suara dentingan. Pintu lift terbuka memunculkan sosok Kay dan ... seorang lelaki. Mereka nampak sedang berbincang asik.
"Mari Pak Atthar," sapa lelaki itu. Atthar tak mengenalnya, sepertinya karyawan dari perusahaan kakeknya yang lain. Selain perusahaan advertising yang dipegang Atthar, sang kakek memiliki beberapa perusahaan lain yang bergerak di bidang entertainment, media, juga food and baverage. Semua berkantor di gedung yang sama.
"Bagus Kay, kau bilang berduaan dengan lelaki yang bukan mahram itu dosa, lalu tadi?" sindir Atthar sambil berjalan cepat menuju ke ruang rapat.
"Maaf, Pak, saya tadi sibuk mengecek email sehingga tidak tahu ada orang yang masuk," jawab Kay sambil menjajari langkah bosnya.
"Dan sepertinya, kalian akrab sekali, ya." Atthar jelas melihat mereka tadi sedang berbincang asik, bahkan saling melempar tawa.
"Orang tadi menanyakan sesuatu pada saya, Pak. Saya hanya menjawab."
"Sampai tertawa-tawa begitu? Hah?"
Belum sempat Kay menjawab, mereka sudah tiba di depan ruang meeting, dan seorang teknisi menyapa, "Selamat siang, Pak Atthar. Semuanya sudah siap."
*****************
Atthar tiba di rumah pukul delapan malam. Sebelumnya ia ada pertemuan dadakan dengan calon klien di salah satu kafe di pusat kota. Tentu saja, sebagai sekretaris, Kay ikut serta.
Atthar menelan ludah, ketika ia mengambil tempat duduk persis di sebelah Kay, namun perempuan itu spontan berpindah tempat duduk menjauhi Atthar, membuat ada satu kursi kosong diantara mereka.
"Kay, memangnya harus, ya, duduk sejauh itu?" tanya Atthar begitu calon kliennya pamit ke toilet sebentar.
"Maaf, Pak. Tapi kita bukan-"
"Mahram!" Atthar dengan cepat melengkapi ucapan Kay. Ia sudah mendengar kata itu beratus-ratus kali rasanya hari ini. Muak.
"Maaf Pak Atthar dan Mbak Kayra, sudah menunggu. Tiba-tiba saja perut saya sakit tadi." Pak Barata-klien Aththar yang baru saja keluar dari toilet mengumbar tawa.
"Oh, iya, konsep yang Mbak Kayra sampaikan tadi menarik sekali, tapi begini Mbak ..."
Pak Barata berdiri dari tempat duduknya lalu mendekat pada Kayra, menarik kursi kosong yang berada diantara Atthar dan Kay, lalu duduk di situ.
Atthar pikir, Kay akan bereaksi sama saat ia mengambil posisi duduk di dekat perempuan itu tadi. Namun ternyata tidak. Sampai diskusi mereka bertiga selesai, Kay sama sekali tak menggeser posisi duduknya. Dasar pilih kasih!
Mama Desi tertawa begitu mendengar cerita Atthar tentang sekretaris barunya.
"Jadi, kamu kesal karena Kay tidak mau duduk di dekatmu, Thar?"
"Bukan seperti itu, Ma."
"Oke Mama tebak lagi ya, kamu marah karena ada lelaki yang dekat dengannya? Kamu cem-bu-ru?"
"Mama plis, deh. Atthar hanya nggak suka punya pegawai yang tidak konsisten. Dari mana sih, Roy dapat sekretaris kaya gitu?"
************
Hmmm, kira-kira Pak Atthar betah nggak yaa punya sekretaris yang ribet kek gitu. Maaf ya gaess, lamaaa baru update. Yang masih setia baca, komen dong. Biar othor nya semangat ✊ ✊

KAMU SEDANG MEMBACA
OGAH NIKAH
RomanceAttharya, lelaki dewasa, tampan dan mapan, namun enggan menikah, karena trauma akan perceraian kedua orang tuanya. Berulangkali sang Mama mencarikan sekretaris cantik yang ia pikir bisa membuat anaknya jatuh cinta, namun nihil. Semua sekretaris itu...