Lisa tersenyum kecil, "Eonnie tak perlu khawatir pada kecoa-kecoa itu," ucapnya, "Kami berangkat" Lanjutnya sambil mendorong kursi roda Rosé keluar dari apartement.

Lisa tiba-tiba menghentikan langkahnya beberapa meter dari gerbang sekolah. Hal itu tentunya membuat Rosé bingung hingga gadis itu mendongakkan kepalanya untuk dapat melihat sosok Lisa yang menatap lurus ke depan, "Ada apa Lisa-ya? Kau ingin bolos lagi?" tanyanya

"Tidak," ucap Lisa sambil membuka tasnya lantas mengambil dua buah jas hujan dan juga dua buah payung, "Rosé-ya, tolong kenakan ini," ucapnya sambil menyerahkan salah satu jas hujan pada Rosé.

"Loh ini untuk apa? Sekarangkan sedang tidak turun hujan" ucap Rosé heran

"Kita akan berperang," ucap Lisa sambil menaikkan tudung jas hujan pada kepalanya, ia juga mengeluarkan face shield dari dalam tasnya lalu mengenakannya terlebih dahulu pada Rosé. Rosé yang kebingungan tetap mengikuti permintaan Lisa, meskipun gadis itu merasa malu karena jadi bahan tontonan orang-orang yang lewat di sekitarnya dan Lisa.

"Let's start the war" ucap Lisa kembali mendorong kursi roda Rosé masuk melewati gerbang sekolah mereka.

Awalnya semuanya berjalan baik-baik saja. Keadaan koridor sekolah nampak begitu sepi dan damai. Namun, hal tersebut tak bertahan lama kala dengan tiba-tiba ada banyak sekali tepung dan telur yang di lemparkan ke arah Lisa dan juga Rosé. Dalam hati Lisa berdecih jengkel, orang-orang yang merundungnya ini memang tidak memiliki variasi lain lagi apa? Selalu saja melemparkan tepung dan telur ke arahnya dan juga Rosé. Padahal bahan-bahan itu akan lebih berguna jika digunakan untuk membuat kue daripada melemparkannya pada Lisa dan juga Rosé.

"Wah, wah, wah. Aku kira kalian sudah tak memiliki muka untuk datang ke sekolah kami lagi. Tapi, ternyata adik dari seorang pelaku kriminal memang tak punya malu yah" ucap Jinhee sambil tersenyum ponggah di hadapan Lisa juga Rosé.

Lisa tak bersuara, gadis itu berjalan perlahan menuju Jinhee. Tanpa di sangka-sangka Lisa langsung memeluk gadis itu dengan erat yang menyebabkan Jinhee memekik jijik karena bekas-bekas telur dan tepung yang mengenai jas hujan Lisa kini tertempel di seragamnya. Lisa bahkan mengusap-usap rambut Jinhee dengan tangannya yang di lumuri telur membuat Jinhee makin menjerit bahkan mulai menangis. Hal itu tentunya menjadi tontonan bagi siswa dan siswi yang lain yang turut mengernyit jijik menatap Jinhee.

"APA YANG KAU LAKUKAN BODOH!" Teriak Jinhee kesal sesaat setelah Lisa melepaskan pelukannya. Ia menatap jijik pada seragamnya yang kini berbau amis.

"Kita impas," ucap Lisa enteng

"KAU GILA YAH!"

Wajah Lisa tiba-tibe berubah datar, "Kau tak suka bukan jika terkena telur dan tepung seperti itu? Sama. Aku dan Rosé juga tak menyukainya, jadi kau harus merasakan apa yang kami rasakan setiap harinya"

"Dengar yah, anak manja. Lebih baik berhenti merundung kami atau hal buruk akan terjadi padamu," ucap Lisa tajam

"Cih, lihat saja aku akan membuatmu dikeluarkan dari sini!" ucap Jinhee sambil mengepalkan kedua tangannya erat

Lisa terkekeh sebelum sebelah tangannya bertengger di bahu Jinhee yang lagi-lagi membuat gadis itu memekik jijik. Lisa mendekatkan tubuhnya hingga mulutnya berada di dekat telinga Jinhee, "Hari dimana aku keluar dari sini adalah hari dimana kau akan bertemu dengan mimpi burukmu. Jadi lakukan apapun yang kau inginkan sekarang sebelum semuanya terlambat," ucap Lisa dingin sebelum kembali membuat jarak dengan Jinhee dan memandang gadis itu dengan tatapan datar. Lisa tersenyum miring kala mendapati wajah Jinhee yang menegang. Anak manja seperti ini mau main-main denganku yang sudah di tempa kejamnya dunia sejak kecil? jangan bercanda, pikir Lisa remeh. 

MI CASAWhere stories live. Discover now