02. The Rain

11.3K 735 8
                                    

Tanpa terasa, seminggu sudah aku lewati sebagai mahasiswa baru jurusan Ilmu Komunikasi. Life has been so good. Bertemu dengan teman-teman, mengikuti kegiatan kemahasiswaan diluar jam kuliah yang memberikan warna baru yang jauh berbeda saat aku masih tinggal bersama Ayah dan Ibu, termasuk berbagi isi rumah dengan kedua 'kakak' baruku itu.

Ku tutup laptopku, kemudian beranjak perlahan meraih handuk dan bergegas mandi. Ku perhatikan keluar jendela, seminggu ini hujan terus. Langit diluar sedikit mendung dan hari ini kuliah perdana dari dosen Pengantar Komunikasi yang minggu lalu kosong, i can't miss it! Masalahnya, kamar mandi di rumah ini hanya ada 1, jadi kami bertiga harus berbagi. Kak Wildan biasanya kuliah siang, jadi yang suka rebutan pagi antara aku dan... kak Riko! Entah kenapa kalau mengingat ia, hatiku bersemangat.

Kak Riko memang berbeda dengan kak Wildan yang sedikit cool dan berusaha berwibawa, kak Riko itu spontan dan apa adanya, belum lagi mukanya yang sedang tersenyum atau tertawa, God...

Ahh, apa yang baru saja aku pikirkan? Tidak.. tidak.. Dia room-mates ku dan aku tak boleh memiliki perasaan apapun untuk itu. No excuses.

Ku raih gagang pintu kamar mandi tersebut... kreek... dan sebuah teriakan menyambut dari dalam kamar mandi.

"WOI! Untung gue udah kelar!!" teriak kak Riko.

Aku bengong. Kak Riko berjalan setengah telanjang dengan dibalut handuk keluar dari kamar mandi. I swear this is hotter than any striptease show~! Dadanya putih padat berisi dengan kedua puting susu kemerah-mudaan menghiasi di  kedua sisinya, bahu dan lengan yang padat dan kokoh... Arrrggghhhh!! Pingin peluk!

"Dan? Danny?" ujarnya seraya membuyarkan lamunanku.

"I.. iya kak?" jawabku terbata.

"Lain kali, kalo mau masuk ketok dulu.."

"Yee! Salah siapa yang gak ngunci pintunya! Masa nyalahin aku?" jawabku sewot.

"Aah, pokoknya salah kamu, Dek! Hukumannya buatin kakak kopi ya!"

"Enak aja! Nyalahin aku.. ogahh!" ujarku sambil masuk ke kamar mandi.

Tuhan! Ada sesuatu yang tertinggal di kepala, sesuatu yang menancap di angan, bayangan kak Riko tadi masih jelas and He is so damn HOT! Argghh..

Byuuurr,

Aku mengguyur kepalaku dengan air berharap apa yang kulihat tadi tidak terus menerus bersarang di otakku. Samar-samar dari luar kamar mandi aku dengar suara kak Wildan, si pemalas itu sudah bangun rupanya. Daripada ia mengetuk pintu duluan, lebih baik aku yang buru-buru keluar. Tetapi, baru selangkah berjalan meninggalkan kamar mandi suara kak Riko memanggil.

"Danny! Ayolaaaaah, gak ada kopi kakak gak semangat mau bimbingan skripsinya.."

"Manja nya! Minta sama kak Wildan aja."

"Mana bisa si monyet itu nyeduh kopi, orang masak mie aja dia rela beli di warung."

"Heh sialan lu Ko! Udah Danny, coba diturutin aja itu maunya si Riko... lagi manja dia hari ini.. daripada kita di cemberutin seharian."

Aku tersenyum. Jujur, aku senang membuatkan kopi untuk kedua orang ini. Setiap pagi. Ya, setiap pagi. Berawal dari hari pertama aku ngekost dan membuatkan kedua orang ini kopi. Aku terbiasa membuatkan segelas kopi untuk ayah sebelum berangkat kerja. Kata ayah, kopi buatanku pas tidak terlalu pahit juga manis, kopi hitam yang pas. Jadi sudah seminggu ini aku rutin membuatkan kopi untuk mereka, entah sampai kapan.

Sruuutttt... kedua kakakku itu seperti berlomba menyeruput kopi. Aku jadi geli melihatnya. Roman muka kak Riko terlihat begitu menawan. Rambutnya yang di spiky rapi, mukanya yang bersih dan putih, dan tanpa kusadari aku sedikit berdebar kali ini..

Love Under The MistletoeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang