"Baiklah, saatnya pulang sekolah"Kataku.
Saat ini, aku sedang merapikan buku dan alat tulis yang ku bawa ke sekolah.
"Yosh, buku paket sudah, buku tulis sudah, botol kosong sudah, smartphone udah, bekal sudah, dan sekarang saatnya pulang"
Akupun menaikkan kursiku ke atas meja seperti yang lainnya lalu pulang.
Di depan pintu kelas, aku sudah ditunggu oleh teman satu frekuensi dari kelas sebelah bernama Kevin.
"Lama kali, udah lumutan gua di sini" Katanya dengan suara sedikit sarkas.
"Barang yang ada di lokerku banyak anjir, nggak kayak punya kau"
"Yaudah sih wir"
"Tidak melihat ke kaca moment"
Setelah itu kami turun ke lantai pertama, namun saat sampai di lantai pertama...
"Sat, sepatuku ketinggalan anjing" Kataku dengan panik lalu berlari kembali ke kelas.
"Waduh😅"
Setelah mengambil sepatuku yang tertinggal, kami pun berjalan ke depan gerbang masuk sekolah.
Disana kami melakukan salam perpisahan dikarenakan rumah kami yang arahnya saling tolak belakang.
"Oke, adios mios" Ucap Kevin sambil mengulurkan tangannya kepadaku.
Akupun menerima uluran tangannya dan seperti biasa dia memajukan wajahnya seperti ingin mencipokku, dan langsung ku tepis dengan tanganku.
"Oi, oi bro. No gay"
"Waduh maap, yaudah adios mios"
"Hmm, saramada"
Dengan itu, kami berjalan ke arah yang berbeda menuju tempat di mana kami biasanya dijemput oleh orang tua atau kakak, atau yang lainnya.
Dan di depan sana, tersembunyi dibalik pohon berukuran kecil, terdapat ayahku yang sedang menungguku sambil merokok.
Melihat kedatanganku, ayah langsung mematikan rokoknya dan langsung memakai helmnya.
Aku mencantolkan? (Bahasa Indonesianya apa ya?) tas bekal makan siangku ke tempat cantolan? sepeda motor.
Lalu aku naik ke sepeda motor di belakang ayahku, ayah menyalakan sepeda motornya.
Gigi motor diinjak, gas diputar dan kita pulang ke rumah.
"Yah, mampir ke Hisana ya?"
"Emangnya kamu punya uang?"
"Ada duong, jadi boleh kan? Kan kan?"
"Hei, nanti waktu di rumah ayah masakkan telor dadar-"
"Nggak mau, maunya ayam Hisana"
"Nanti saja nunggu ibu pulang"
"Nggak mau, harus sekarang, boleh kan? Kan? Kan? Paling juga dibolehin ibu. Boleh kan? Kan?"
AN:Kalau di buat bahasa Jawa lebih bagus anjir perkataannya
"Yaudah, tapi bagi ya?"
"Nggak mau, nggak kenyang nanti"
"Kalau gitu kalau nggak habis, dimakan ayah ya?"
"Terserah"
Akhirnya kami sampai ke Hisana Fried Chicken.
Sebelum menyeberang, aku melihat kanan dan kiri karena Tempatnya ada di seberang.
Setalah melihat tempatnya sepi, aku berjalan ke seberang tanpa mengetahui tiba - tiba muncul truck minyak bumi entah darimana.
Karena truk bergerak begitu cepat, ayah tidak bisa menolongku dan pada akhirnya, aku tertabrak dan menempel di depan truk itu sebelum truk itu menabrak rumah di depan dan meledak.
<........>
'Hmm, di mana aku? Bukannya aku tertabrak tadi? Kenapa tempat ini begitu terang namun buram di penglihatanku?'
Banyak pertanyaan yang ku sampaikan pada siapapun yang bisa menjawab pertanyaanku.
Namun seperti yang kalian tahu, tidak ada yang menjawab pertanyaa simpelku ini.
Dari yang kurasa, aku sepertinya dalam posisi tidur terlentang dan juga aku merasa bagian bawahku (Lantai) ini terlalu besar untuk orang setinggiku.
'Tunggu, jangan - jangan aku terlahir sebagai bayi? Oh ayolah, itu akan baik jika ada suara seorang ibu, namun di sini tidak ada suara apapun yang berarti ada satu kemungkinan, yakni tempat ini kosong'
Setelah memikirkan hal itu, aku menjadi gelisah.
'apakah aku akan mati lagi?'Pikirku.
Dan yah, pertanyaanku ini langsung terjawab dengan munculnya dua serigala berwarna hitam dengan mata merah berapi - api.
"Alamak, matilah aku'
YOU ARE READING
Nothing Except Isekai
FantasySeperti yang ada di judul ceritanya, novel ini berfokus pada Joseph, seorang siswa kelas satu sekolah menengah atas. Saat itu Joseph telah pulang dari sekolah menuju rumahnya. Namun, dalam tengah perjalanan, terdapat truk berisi minyak bumi menabrak...
