Barokah dan Melvin. Dua orang yang memiliki sikap saling berlawanan, seperti kutub yang berbeda. Harusnya saling tarik-menarik. Namun, salah satu kutubnya rusak hari itu dan hampir memecah kelompok persahabatan ini.
Narel mendengkus sesekali, sambil mengunyah camilan. Satu bungkus ciki besar berada di tangan kirinya, sementara tangan kanannya tidak berhenti mengambil bola-bola keju itu dan memasukkan ke dalam mulut. Ia bersikap seolah tidak peduli dengan perdebatan dua orang sahabatnya itu.
Suasana kedai kopi dengan plang nama Pahit Manis terasa tegang. Sudah jam sepuluh pagi, satu jam sebelum kedai buka pukul sebelas. Seharusnya pagi itu menjadi hari terakhir mereka latihan band sebelum Ricky berangkat ke Inggris selama enam bulan. Padahal saat latihan berjalan sangat damai. Sampai Melvin yang datang sangat terlambat, ketika latihan telah usai, kemudian menghancurkan suasana.
Pahit Manis selalu menjadi tujuan enam orang itu. Enam manusia kelas sebelas yang tanpa sengaja menjadi sahabat karena memiliki selera musik yang sama. Narel sendiri tidak bisa menebak apakah perdebatan Melvin dan Barokah hari ini akan menjadi akhir dari perkumpulan anak-anak itu.
"Cukup, cukup, Vin." Levon mendengkus. Laki-laki berkulit putih itu bicara dengan nada yang cukup tinggi, terlihat sangat kesal. "Biasanya lo yang paling bisa berpikir dingin, Vin. Kenapa lo kayak gini sih hari ini?"
Melvin mengacak rambutnya dengan kasar. Mondar-mandir dekat gitar yang bersandar pada stand. Tidak tahu karena gelisah atau hanya ingin kabur dari situasi ini. Sementara lawan debatnya, memilin salah satu stik drum. Barokah duduk dengan tidak tenang di kursi belakang drum set, ia menggesekkan ujung sepatunya ke lantai dengan cepat. Laki-laki dengan beberapa tahi lalat di pipi kiri itu terlihat masih dongkol dengan kedua mata yang merah dan napas yang tidak beraturan.
"Bentar lagi gue mau berangkat antar Ricky ke bandara. Lo semua jangan ribut deh." Dilon berdecak lalu bersedekap. Ketika tangannya dilipat begitu, terlihat otot lengannya yang besar menakutkan. "Kalau lo berdua ribut lagi, gue hajar sampai mampus."
Suasana hening seketika. Siapa juga yang tidak takut dengan ancaman Dilon. Lihat saja lengannya yang sudah seperti atlet angkat besi. Meskipun Narel punya lengan yang sama besar dengan Dilon, ia juga takut untuk berkelahi dengan laki-laki itu. Tidak ada jaminan untuk menang.
Narel berhenti mengunyah karena tidak ada lagi yang bicara. Ia terlalu takut untuk kembali bersuara meskipun sejak tadi ia hanya bersuara melalui bunyi dari giginya yang saling bertubrukan dengan ciki. Kini, Narel hanya bisa mendengar suara detik jam dinding yang mendominasi ruangan dan semakin lama semakin terasa lambat pergerakannya.
"Gue minta maaf, Vin." Barokah memecah keheningan.
Melvin melirik ke arah Barokah sekilas, kemudian menganggukkan kepala. Tidak tahu tulus memaafkan atau dengan berat hati.
Kalau saja ini bukan situasi serius, Narel akan mengejek Barokah dan Melvin dengan berkata mereka takut dengan ancaman Dilon. Dihajar sampai mampus, katanya.
"Gini aja, kita bikin rules. Kita buat peraturan supaya kejadian kayak gini nggak akan terulang," usul Ricky.
Laki-laki berpawakan kecil itu menyugar rambut. Ia melirik jam dinding. Mungkin, ingin mempercepat situasi beku ini menjadi cair supaya tidak ketinggalan pesawat. Atau ingin memastikan lima orang lain yang otaknya tidak bisa diandalkan ini bisa hidup damai selama Ricky tinggal pergi. Melvin yang biasanya bisa berpikir dingin saja, bisa memanas karena masalah ini. Hanya Dilon yang bisa diandalkan melalui ancaman ototnya.
"Setuju." Akhirnya Narel bersuara. Ia juga ingin situasi tidak menyenangkan ini segera berakhir dan Ricky bisa mengejar pesawatnya.
Narel mengusap sisa remahan ciki di sekitar mulutnya menggunakan punggung tangan kanan. Kemudian meletakkan bungkus besar ciki di atas keyboard. Tangan kiri yang terbebas dari remahan ciki bergerak meraih selembar kertas yang bersandar pada book holder keyboard. Kertas halaman pertama yang berisi deretan not balok lagu Kerispatih berjudul Tapi Bukan Aku. Narel sudah hampir hafal setiap not dan kunci lagu itu di luar kepala.
"Nih." Narel membalik kertas itu dan menunjukkan halaman kosong di atas meja pelanggan yang paling dekat dengan set alat musik. "Tulis peraturannya di sini."
Ricky meraih pulpen dari meja kasir dan menulis beberapa peraturan di sana.
Bro Rules :
1. Tidak boleh berkelahi karena masalah perempuan.
2. Jika ada perselisihan, harus segera diselesaikan hari itu juga.
3. Harus jujur dengan perasaan sendiri.
"Gimana setuju?" tanya Ricky.
Lima orang lain berkumpul mendekat ke meja dan membaca apa yang Ricky tulis.
"Setuju aja biar cepet."
"Setuju."
"Deal."
"Tambahin satu poin lagi dong," ucap Levon.
Lima kepala lainnya otomatis fokus pada pemilik kedai kopi Pahit Manis.
"Nggak boleh jatuh cinta apalagi pacaran sama adik atau kakak dari kita."
Narel mengernyit atas usulan Levon. Ia mengenal adik perempuan Levon yang bernama Neira. Bocah ingusan yang masih duduk di kelas sembilan. Narel sendiri sudah mengenal Neira sejak gadis itu baru lahir karena rumah mereka bersebelahan. Ia menganggap Neira sebagai adik atau lebih tepatnya teman berdebat. Mana mungkin ia jatuh cinta dengan perempuan itu.
"Kenapa?" Pertanyaan protes keluar dari Barokah.
"Ya nggak enak aja lihatnya kalau salah satu dari kalian pacaran sama adek gue," jawab Levon.
Narel menganggukkan kepala. Ia sendiri tidak keberatan dan tidak bisa membayangkan jika berpacaran dengan Neira. Maka tanpa basa-basi lebih jauh, Narel mengulum jemarinya supaya serbuk keju yang didapat dari ciki itu bisa lenyap. Ia merampas pulpen dari tangan Ricky dan menulis peraturan terakhir yang diusulkan Levon.
"Anjing. Jorok banget sih, Rel." Ricky mengernyitkan dahi, berekspresi jijik karena ludah Narel menyatu dengan permukaan pulpen.
Narel mengedikkan bahu dan mengabaikan protes dari Ricky. Ia tetap menuliskan peraturan nomor empat.
4. Dilarang jatuh cinta dengan saudara kandung anggota.
Semua memberi anggukan setuju atas setiap poin peraturan. Lalu mereka menandatangani peraturan yang dibuat secara impulsif itu.
"Gue yang simpan," ujar Levon. "Jaminan biar lo semua nggak ada yang gebet adek gue."
_____________________
Haloo balik lagi nih. Siapa yang udah tungguin cerita Narel dan Neira?
Dari blurb dan prolog, kayaknya kalian bakal tahu konfliknya apa hehe tapi gapapa kita emang cerita santai aja di sini. Setelah konflik berat di buku ke1, kita break santai dulu dengan konflik ringan di buku ke2 ya..
Selamat membaca! 💚
VOUS LISEZ
LET ME CHANGE MY RULES
ChickLitBro Rules : 1. Tidak boleh berkelahi karena masalah perempuan. 2. Jika ada perselisihan, harus segera diselesaikan hari itu juga. 3. Harus jujur dengan perasaan sendiri. 4. Dilarang jatuh cinta dengan saudara kandung anggota. Narel terjebak dalam pe...
