Bagian 1

57.7K 2.6K 13
                                    

Ide untuk Perfect Two sama KaiRidhaan masih mumet. Alhasil muncul cerita baru lagi.

Little White Lies tidak ada hubungannya sama sekali dengan lagu yang dinyanyikan oleh One Direction walau judulnya sama. ^^


—-


Kulangkahkan kakiku perlahan dengan berjinjit, tidak ingin menimbulkan suara. Sepertinya papa dan mama sudah tertidur. Ini adalah kesempatan yang sangat bagus. Sebuah ransel di punggungku yang sudah membengkak dengan berbagai peralatan yang kubawa, mungkin aku akan terlihat seperti kura-kura ninja sekarang.


Aku menyusuri satu per satu anak tangga dengan perlahan. Sengaja mengenakan sepatu kets untuk memudahkan rencanaku.


Ops!


Aku terduduk secepat mungkin tanpa menimbulkan suara. Sosok papa melintas dengan wajah bangun tidur. Kedua matanya malah aku yakin tidak terbuka dengan benar. Beliau melintas ke meja makan, mengambil segelas air dan menegaknya hingga tandas. Papa kembali lagi ke kamarnya yang memang ada di lantai bawah, sambil terbatuk kecil. Salahku tidak melakukan pekerjaan rutin untuk menyediakan air minum di kamar papa.


Aku mengelus dada, terlepas dari kemungkinan ketahuan. Bangkit untuk melanjutkan langkahku.


Belum berapa langkah, seseorang muncul lagi. Ugh, mbak Tata sama aja kayak papa. Berkeliaran malam-malam dengan mata tertutup untuk mengambil minum. Tapi sepertinya mbak Tata lebih sadar dibanding papa. Aku harus lebih berhati-hati. Bersembunyi di balik tembok pembatas tangga.


Setelah kondisinya sepertinya aman, aku melanjutkan langkahku. Keluar dari pintu belakang sepertinya lebih aman. Belum lagi pintu depan seringkali berdecit saat dibuka-tutup. Tentu saja hal itu akan menjadi masalah untukku sekarang.


Dengan sangat hati-hati, aku melangkah lebih cepat sebelum seseorang muncul lagi. Membuka pintu belakang perlahan, dan sepertinya harus dibuka lebar mengingat di punggungku sesuatu menggunung.


Ahh!


Aku mengelus dada lega. Aku selamat sampai keluar rumah. Yang menjadi masalah berikutnya adalah satpam jaga dan cctv yang selalu stand by merekam apa saja yang terjadi di sekitar rumah. Ugh, aku juga masih harus melewati pagar setinggi tiga meter itu untuk bisa keluar. Tidak ada pilihan selain memanjatnya yang semoga tidak menimbulkan kecurigaan pada anjing penjaga. Ouch, ternyata masih ada banyak yang harus aku lewati, bahkan lebih menyeramkan dari yang ada sebelumnya.


Untuk anjing penjaga, aku sudah menyiapkan dengan matang. Sebuah alat penjinak dan beberapa jenis makanan yang mungkin disukainya. Untuk cctv, aku tau persis dimana letaknya masing-masing. Itu bukan masalah yang sangat penting.


Benar saja dugaanku, dua ekor anjing penjaga datang mengendus-endus padaku. Mungkin mereka mengenali bauku juga. kunpencet tombol pada alat penjinak, kemudian meletakkan dua plastik berisi makanan yang sudah aku siapkan. Mengelus bulunya sebentar dan langsung melanjutkan aksiku.


Tangga sudah dalam posisi siap. Aku pikir, dengan kemiringan ini tidak akan terjungkal lagi.


Setelah berada di atas tembok pagar yang tinggi, aku berjalan beberapa langkah menggeser tanggaku mendekati cctv, dimana tangga itu biasanya berada tapi camera tidak akan menangkap keberadaanku.


Keberanian yang sudah kukumpulkan sepertinya masih kurang untuk melompat dari atas sini. Bagaimana jika kakiku patah? Aku tidak akan bisa melanjutkan rencanaku lagi. Tapi jika tidak segera turun, satpam pasti akan melintas sebentar lagi dan mengetahuiku kabur.


Ranselku kuturunkan perlahan dengan menyentuh tembok agar tidak terlalu berbunyi keras.


Selamat!


Aku membalik tubuhku. Kedua tanganku memegang erat bagian atas tembok dan aku turun perlahan. Aku bersyukur bagian atas tembok pagar yang mengelilingi rumah tidak dipasangi pecahan kaca atau kawat berduri dan semacamnya.


Dalam posisi menggantung seperti ini, jarakku ke bawah sudah sangat dekat. Tinggi badanku sangat membantu dalam hal ini. Aku tertawa puas dalam hati. Rencanaku berjalan lancar hingga kini berada di luar tembok yang menjulang tinggi. Aku tidak habis pikir kenapa papa memasang setinggi itu. Berlebihan!


Setelah menggendong kembali ranselku, aku berjalan cepat untuk menjauh. Menghentikan taksi yang melintas dan semuanya terselesaikan. Setelah menyebutkan sebuah alamat ke sopir taksi, aku bisa menyandarkan punggungku dengan tenang. Masih melintas di benakku bagaimana aku melakukannya tadi.


Hampir satu jam perjalanan, aku tiba di salah satu penginapan yang ada di pinggiran kota. Setidaknya aku bisa istirahat dulu sebelum melanjutkan aksi kaburku semakin jauh.


Resepsionis menyambutku dengan senyuman geli, sepertinya dia menyadari aku sedang kabur. Apalagi tampilanku, sangat menunjukkan. Wanita itu memberikan kunci kamar padaku setelah transaksi. Aku menggeleng pelan saat tatapan wanita itu masih sama padaku.


Badanku kuhempaskan begitu saja ke kasur yang sangat terasa bedanya dengan tempat dimana biasanya aku membaringkan tubuhku. Di ruangan ini, dengan ukuran yang hanya sepersekian dari ukuran kamarku. Perjalananku akan dimulai dari sini. Semuanya akan berubah.


Aku bukan lagi Kiza anak manja dari seorang Alan Hadiwijaya yang adalah seorang milyarder. Aku bukan lagi anak papa yang selalu ketergantungan pada orangtua dan kakakku. Aku akan menjadi orang lain sekarang. Menjadi seorang gadis biasa saja, meninggalkan kekayaan dan segala kemudahannya. Bahkan menanggalkan nama belakangku yang akan dengan mudah diketahui orang lain.


—-


TBC

Little White Lies (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang