13. Apology - Regret

218 106 70
                                        

°•°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°•°

Mereka yang spesial, berpisah tanpa tahu alasannya. Mungkin benar, tidak semua pertanyaan di sertai alasan, dan mungkin benar, tidak semua kisah memiliki penutupan yang indah. Aku menyesal, aku tidak pernah sadar betapa berartinya dirimu dalam hidupku, hingga kau pergi dan aku terlambat menyadarinya.

-P Minjae Kabyana

•••


"Excuse me?."

"Sorry, visiting hours are over."

"excuse me sir, please stop."

"where are you going sir?."

Teriak beberapa perawat kepada seorang lelaki berbadan jangkung yang berlari sepanjang rumah sakit. Hari itu jam kunjung sudah habis, tentu saja ini sudah terlalu malam. Tapi entah siapa yang tidak memperdulikan hal itu, dan lebih anehnya lagi, dia mencoba masuk ke dalam ruangan ku. Huh, untung saja om Banar yang pada saat itu berjadwal untuk memeriksa ku. Dia menghalangi orang itu untuk masuk. Untung saja. Aku akan selalu berterima kasih kepada om Banar.

୨୧


"Om, aku mau ke makam Jendra." Pintaku tiba-tiba, membuat om Banar mengernyitkan dahi sejenak.

"Tunggu kondisi mu membaik dulu, nanti kita ke sana. Ya." Benar yang om Banar bilang, setelah aku pingsan karena surat dari Jendra... aku belum sepenuhnya membaik saat ini, tapi bagaimana pun aku harus ke sana. Aku bahkan tak sempat melihat wajahnya, wajah yang selalu aku rindukan kehadirannya.

"Aku maunya sekarang om." Tekan ku.

"Tapi nak-" Dengan cepat ku pegang tangan om Banar, dengan ekspresi wajah memohon. "Jendra di makamkan di Bandung." Jawab om Banar.

Perasaan ku begitu campur aduk mendengar jawaban dari om Banar, karena ternyata Jendra di makamkan di Bandung, ya kota asalnya. Jendra lahir di Bandung, jadi dia di makamkan di Bandung juga.

“Tunggu satu bulan lagi ya? Om temani kamu ke Bandung.” Dan diriku hanya mengangguk sebagai jawaban.

Selama satu bulan di USA, aku mengikuti rehabilitasi. Aku terus menjaga pola hidupku, makanku bahkan aku rutin berolahraga untuk kesehatan jantung ku. Karena kata om Banar aku harus kembali sehat jika ingin bertemu dengan Jendra.

Akhirnya hari itu pun tiba, kini sudah satu bulan berlalu. Om Banar menepati janjinya untuk menemaniku ke Bandung. Hari ini aku berangkat dengan penerbangan internasional dan berhenti di Bandar udara Internasional Husein Sastranegara.

Setelah sekian lama aku kembali menghirup udara kota Bandung, rasanya begitu berbeda dari saat aku pergi meninggalkan bandung 9 tahun yang lalu. Setalah memandangi kota Bandung sejenak dari balik kaca mobil, om Banar menghentikan mobilnya tepat di TPU Kristen Pandu.

✓MY PAGE - ANAGAPESIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang