Ternyata kecelakaan harta bukan ketidaksengajaan? Ada apa? Dan dendam apa yang dimiliki laki-laki berwatak iblis ini?

Sampai pada satu titik menyisakan satu tali pramuka di bagian pinggang gadis tersebut. “Kalau aku potong tali ini, nanti kamu jatuh aja atau kepalamu juga bocor?” tanyanya tidak penuh dosa.

“Kalo aku colok mata kamu pakai garpu, kamu jerit doang atau nangis?” cerca Asavella penuh kesal yang tidak memiliki rasa takut kepada lawan bicaranya.

“Ketawa,” timpal lawan bicaranya sambil tertawa menempuh dua kali betis kakinya dan kemudian diam. Menatap Asavella penuh diam dan mengarahkan pisau pada tali pramuka tersebut dan memotongnya tanpa aba-aba.

Brakh!

Tubuh Asavella jatuh dari ketinggian tiga meter. Asavella merintih hingga menekuk tubuhnya. Merasakan sakit luar biasa pada bagian kepala.

Padahal tadi ia mendapatkan panggilan bukan buat kasus yang membawanya pada bertemunya iblis melainkan akan bertemu kakek dan neneknya.

“Jebakan? Bodoh,” umpat Asavella seraya memukul-mukul kepala belakang bahkan ia merasakan sesuatu di belakang kepalanya menusuk benda tajam namun ujung dari benda tersebut terasa tumpul berbentuk melingkar seperti
... paku?

“Kenapa lo jahat?” Asavella merintih—tangan mengepal dengan tatapan nanar kepada laki-laki yang tengah mengaduk cairan panas pada sebuah gelas aluminium.

“Gue baru aja waktu itu ngerasain kasih sayang mamah! Gue baru ngerasain dipeluk hangat mamah! Gue baru ngerasain dipanggil sayang sama mamah! Tapi lo! Lo!!” Emosional Asavella meledak mengalahkan rasa sakit pada kulit-kulitnya yang robek dan nyeri pada kepala belakangnya.

"Aku jahat? Kamu yang jahat sama diri kamu sendiri, Asavella!! Kamu yang jahat sama diri kamu! Kamu percaya sama orang-orang yang bilangnya akan memberi cinta namun justru merekalah pemberi luka!"

“Tapi aku enggak kaget, manusia akan seperti itu, Asavella. Menyesali hal yang sudah mereka lakukan ketika terlambat. Mereka diberi akal sehat namun tidak pernah digunakan dalam hidupnya,” sahut pria bertopeng kelinci tersebut.

“TAPI KENAPA LO BUNUH MEREKA! KENAPA! KENAPA! KENAPA LO RENGGUT HARTA!! KENAPA!! HARTA GAK TAU APA-APA! KASIAN MUTIARA! KASIAN!”

"MEREKA LAGI! MEREKA LAGI! KENAPA LO NGAWATIRIN PERASAAN IBA KE ORANG ORANG YANG DI SAAT KEPALA DIINJEK! KEPALA DITENDANG TAPI MEREKA MEMBISU KEK HEWAN DIKULITI! HA?! KENAPA LO MASIH MIKIRIN MEREKA SEMENTARA SEKARANG LO LAGI BERHADAPAN DENGAN KEMATIAN LO!"

"BERHENTI KHAWATIRKAN MEREKA!"

“Satu lagi, gue, enggak bunuh Harta! Tapi Gue kembalikan dia supaya dia enggak berdosa seperti mereka yang bully lo dengan alasan melindungi!” ungkapnya dengan napas terengah-engah dikala menjelaskan seluruh dosa Asavella yang terus membekas orang-orang jahat.

Asavella merasa sudah tidak beres. Manusia di hadapannya serasa tidak waras. Jantung Asa berdebar hebat, kedua netra menatap—melihat ponselnya dengan secepat mungkin ia mengambil walaupun tenaganya tidak sekuat manusia normal. Asavella meringkuk kesakitan dengan air mata yang sudah menjelaskan betapa sendi-sendi sangat sakit dan kepala belakang yang tidak tahu apa yang menusuk hingga menembus tempurung otaknya.

Gadis tersebut mencoba mengirim pesan suara acak pada satu grup yang terlihat paling atas disematkan. Sekuat tenaga Asavella mengirim pesan suara—terhitung ada lima pesan suara masuk dengan suara menahan sakit. ia bahkan mengirim pesan tertulis dengan abjad yang tidak karuan. Bisa dibaca atau tidaknya nanti, sekarang bagi Asavella adalah kewaspadaan dirinya.

Asa yang baru saja mengeluarkan diri dari grup tersebut tiba-tiba lengannya diinjak hingga menghasilkan jeritan pilu dari Asavella.

Akhhh!!!!!”

ASAVELLA [TERBIT] ✓जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें