63 - Di Luar Perkiraan

Start from the beginning
                                    

Beberapa menit menunggu, bahkan sampai tiba di penerbangan selanjutnya, tidak ada balasan padahal sudah dibaca. Candra menghela napas. Dia tahu tidak mudah bagi Melisa untuk kembali seperti semula setelah mendengar ucapannya yang menyakitkan itu. Rasanya ingin cepat-cepat menyelesaikan dinas hari ini supaya hatinya lega.

Waktu demi waktu berlalu. Langit sudah gelap dan kini mengandalkan lampu penerangan. Mobil bandara membawa Candra menuju rumahnya. Laki-laki itu memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan pusing di kepala. Berpindah kota dalam waktu singkat tentu saja menyerap semua energinya. Ditambah suasana hatinya yang masih kacau. Dia ingin menyelesaikan semuanya malam ini juga.

Tepat sesuai dengan apa yang dikatakan pada Melisa, Candra tiba pada pukul sebelas malam. Gelap menyambut kedatangannya. Candra memang tidak meminta siapa pun menunggu jika pulang malam seperti saat ini. Dia sudah memegang kunci cadangannya.

Candra mengangkat kopernya sendiri sembari menaiki tangga satu per satu. Setibanya di depan kamar, dia menggerakkan kenop pintu yang rupanya tidak terkunci. Tanpa berpikir panjang Candra mendorong pintu dan setelah masuk dia berhenti. Matanya terpaku pada sosok Melisa yang duduk di pinggir ranjang.

Melisa mengenakan gaun tidur satin warna merah menyala. Pakaian itu sangat pendek dan transparan hingga lekuk tubuhnya terlihat jelas. Apalagi bagian lehernya hanya mengandalkan tali. Lengan dan punggung istrinya tampak sangat jelas. Tidak hanya itu, Melisa juga tampak merias wajah. Bibirnya dipulas  warna yang senada dengan pakaiannya. Rambutnya terlihat lurus hasil catokan. Oh, jangan lupakan kuteks merah di semua jari tangan Melisa.

Candra melangkah. Namun, saat hampir tiba di tempat Melisa, perempuan itu berdiri.

"Berhenti di situ!"

Otomatis kaki Candra berhenti. Jarak mereka tersisa satu meter.

"Kalau Mas berani melangkah, aku bakal keluar pakai baju ini."

Candra menelan ludah. Dia tidak ingin mengindahkan ucapan istrinya, tapi dia tahu Melisa tidak pernah main-main dengan perkataannya.

"Kamu ngapain pakai baju itu?"

"Ya mau menyambut Mas, lah. Kenapa? Aku kurang cantik, ya? Apa bajuku kurang seksi?"

Tidak. Demi langit dan bumi Melisa sangat cantik malam ini. Candra sungguh tersiksa karena tidak boleh mendekat.

"Aku cantik nggak, Mas?" tanya Melisa sekali lagi.

"Kamu cantik."

"Yakin? Aku pernah melahirkan, lho, Mas. Aku sampai sekarang masih menyusui. Aku jarang dandan. Makan aja masih nggak teratur gara-gara punya bayi."

"Mel, kamu kenapa?" Candra melangkah. Dia yakin ada yang tidak beres dengan istrinya. Melisa tidak akan seperti ini kalau tidak ada pemicunya.

"Aku bilang berhenti di situ!" ucap perempuan itu dengan nada ketus. Sesuatu yang jarang dilakukan oleh Melisa. "Nggak usah kaget gitu, lho, Mas. Aku udah sering dandan begini sebelumnya."

Hening setelah itu. Candra benar-benar memutar otak sekarang. Apa karena masalah kemarin Melisa jadi begini? Atau ada hal lain yang membuat istrinya jadi seperti ini, tapi Candra benar-benar tidak tahu.

"Aku tadi nggak sengaja nemu berita di internet, Mas. Ada seorang suami yang diam-diam melakukan vasektomi, setelah ketahuan langsung diceraikan sama istrinya. Menurut Mas, kalau aku juga begitu gimana? Kata Mas, aku masih cantik. Kayaknya mudah ketemu ayah pengganti buat Xania."

Candra kembali menelan ludah. Ucapan barusan mengingatkannya pada beberapa berkas yang dia dapatkan sejak sebulan yang lalu belum dia singkirkan dari jangkauan Melisa. Dia sendiri yang membuat masalah kali ini.

Jantung Candra kian merosot ketika Melisa mengeluarkan map berisi berkas tersebut. Rupanya benar istrinya telah menemukan map itu sebelum mendengar dari bibirnya.

"Mel, aku bisa jelasin ...."

"Ya udah silakan. Aku mau denger."

Kenyataannya, hening yang menghiasi ruangan itu. Candra bingung ingin memulai dari mana. Semua berawal dari kebodohannya tidak diskusi dulu dengan Melisa. Yang ada di bayangannya saat itu, dia tidak mau melihat Melisa kesusahan. Xania masih kecil dan dia pernah berhubungan tanpa pengaman. Candra tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya Melisa kalau hamil lagi di waktu yang tidak tepat.

Vasektomi menjadi pilihannya, tetapi Candra tidak bisa melakukan prosedurnya sekarang.

"Kenapa diem? Katanya mau jelasin?"

Candra hanya memandang wajah istrinya. Tenggorokannya tercekat. "Maafin aku, Mel."

"Aku nggak butuh maaf. Aku butuhnya kejelasan. Segitunya aku nggak kelihatan di mata Mas sampai-sampai hal penting kayak gini Mas nggak mau ngomong sama aku. Kenapa harus vasektomi? Selama ini kita pakai pengaman, aman-aman aja, kan?"

"Aku nggak mungkin ngelakuin prosedurnya sekarang karena Xania belum genap tiga tahun. Aku cuma ikut konselingnya aja."

"Dan aku nggak akan pernah setuju Mas vasektomi sampai kapan pun. Salah satu syaratnya harus ada persetujuan dari istri, kan?"

Candra tertohok. Kali ini dia tidak bisa membalas ucapan istrinya.

"Kalau Mas mau tetap vasektomi, ya silakan. Tapi, jangan harap bisa ketemu aku sama Xania lagi, bahkan dalam mimpi sekalipun!"

Setelah itu, Melisa melangkah lebar menggapai sebuah pintu yang menghubungkan kamarnya dengan kamar Xania. Candra sama sekali tidak mengejar istrinya.

 Candra sama sekali tidak mengejar istrinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Buat yang belum tahu vasektomi itu apa. Aku kasih tau secara singkat aja.

Jadi vasektomi itu salah satu prosedur yang efektif untuk mencegah terjadinya kehamilan. Nah, vasektomi ini dilakukan oleh laki-laki karena saluran sperma yang diputus. Akibatnya vasektomi ini bersifat permanen alias kalau udah ngelakuin itu ya si cowok jadi mandul. Peluang keberhasilan 99%.

Vasektomi ini menjadi pilihan terakhir pasangan suami istri setelah beberapa kali menggunakan kontrasepsi lain. Biasanya sih alasan mereka karena nggak mau punya anak lagi atau ada alasan medis tertentu.

Berhubung ini kontrasepsi permanen, harus ada syarat-syaratnya, dong. Dikutip dari BKKBN, syarat-syarat adalah pertama, sukarela. Kedua, harus dapat persetujuan istri. Ketiga, memiliki anak yang cukup minimal 2 orang dan anak terakhir usianya di atas 3 tahun. Keempat, wajib mengikuti konseling tentang vasektomi. Yang terakhir siap dengan segala risiko dari prosedur itu.

Jadi percuma kalau Mas Candra punya pikiran pengen vasektomi sekarang karena syaratnya belum terpenuhi 😂😂😂

Hi, Little Captain! [END]Where stories live. Discover now