SM | Dix-Sept

613 38 8
                                    

•°~Happy Reading~°•

Kemeriahan turnamen taekwondo ternyata dapat meredam kekhawatiran siswa siswi Scorpius terhadap pembunuhan itu.

Mereka terlihat sangat bersemangat menyambut sekolah elit lainnya yang bertamu ke sekolah mereka. Bukan hanya siswa Scorpius, sekolah lain juga sanga antusias saat keki mereka melangkah di halana luas Scorpius.

Beberapa kata diucapkan kepala sekolah Scorpius. Turnamen taekwondo akan diadakam besok, hari ini adalah hari kunjungan.

Berbondong-bondong mereka mengunjungi setiap klub yang ada di Scorpius. Dari sekian banyak klub yang ada, klub musik, seni, olahraga, drama, lebih banyak pengunjungnya. Jangan tanyakan kenapa, klub-klub terhimpun orang-orang yang good-looking.

Tak henti-hetinya siswa siswi Auriga High School dan Lacerta High School semakin berdecak kagum kala mereka memasuki klub seni. Sebelumnya mereka sudah berkunjung ke galeri seni, mereka dibuat terperangah dengan semua karya di sana, dan kini mereka dibuat berdecak kagum lagi dan lagi.

"Gila sih, dari sekian klub, klub seni adalah favoritku," decak seorang laki-laki berkacamata, matanya rasanya tak puas saat menatap semua lukisan yang ada di sana.

"Milik siapa ini?" tanya Eren, laki-laki yang berkacamata itu. Tubuhnya sedikit menundukkan menatap lukisan yang tergantung di dinding.

"Itu milik Nix," ujar seorang laki-laki yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya. Eren menoleh pada laki-laki itu, dia Alfeith, salah satu anggota klub seni. Laki-laki itu dapat melihat sorot tak biasa di mata Alfeith.

"Lukisannya indah, aku ingin bertemu dengannya. Apa bisa?" decak Eren lagi dan lagi, dia seakan tak puas hanya mengaguminya sekali saja.

"Dia ... sedang tidak ada di sekolah," ujar Alfeith.

"Yah, sayang sekali," kata Eren dengan nasa lesu.

Keduanya sama-sama diam, Eren diam untuk mengagumi lukisan Nix, sedangkan Alfeith diam untuk lebih menyelami lukisan Nix.

Dalam lukisan Nix, terlihat seorang gadis cantik dengan rambut hitam legam duduk membelakangi menghadap cermin seraya tersenyum sambil memegang guci emas dengan bunga mawar yang bermekaran di atasnya.

"Dia membuat lukisan ini seperti benar-benar nyata, aku bisa merasakan tatapan yang sangat dalam oleh gadis itu. Seperti..."

"Dia meminta pertolongan," potong Alfeith. Eren menoleh pada Alfeith yang juga menatapnya.

"Aku duluan," pamit Alfeith dan berlalu begitu saja dari sana. Eren menatap heran punggu Alfeith yang semakin tenggelam di antara murid-murid lain.

"Dia laki-laki yang aneh," gumam Eren, mengedikkan bahu dan kembali menikmati lukisan Nix lainnya. Dia memutuskan akan menjadi salah satu fans Nix.

Alfeith berjalan di kirodor dengan wajah datar, kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celana.

Para gadis dari sekolah Auriga dan Lacerta berbisik-bisik tentangnya, Alfeith tak perduli, tugasnya sebagai OSIS dan Scorpion adalah mengawasi sekitar, jaga-jaga jika ada yang mencurigakan. Adanya turnamen tak membuat mereka mengurangi kewaspadaan, anggota Scorpion lainnya saat ini berjaga di seluruh Scorpius Inter High School.

Sebenarnya Alfeith adalah orang yang acuh, tidak peduli dengan masalah orang lain, tapi jika dia tidak ikut campur rasanya hidup Alfeith terlalu monoton, jadi itulah mengapa dia masuk di dua organisasi yang berbeda.

. . .

Keesokan harinya. Scorpius Inter High School lebih ramai dari pada hari kemarin. Orang-orang berpakaian serba hitam ada di mana-mana, mengawasi sekitar, waspada jika ada yang terlihat mencurigakan.

Scorpion MissionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang