Bahkan kita lupa bahwa kebahagiaan datang saat kita tengah sibuk berjuang untuk kisah yang seharusnya tak di perjuangkan. Aku berharap semua akan kembali seperti semula, kembali ke hal-hal sederhana yang ia cinta.
Start : 02 Maret 2023
Finish : 17 A...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kalau kamu mencintai orang lain, kenapa kamu membuatku juga begitu mencintaimu? Dan tentu saja ini bukan salahmu. Mau bagaimana pun dirimu memperlakukan ku, aku akan tetap mencintaimu sampai kapanpun, meskipun dirimu tak lagi bersamaku. Perasaan itu masih sama, tetapi Tuhan seakan berkata, jika keadaan tidak mungkin untuk kita bersama di kesempatan kedua, ketiga, dan kesekian kalinya.
–Janendra
Hari itu setelah Jendra menemui dan mengobrol tipis dengan Minjae, ia tak punya alasan lain untuk tidak pulang. Dengan penjelasan Minjae yang menohok hati Jendra, kini dia tak punya alasan untuk berada di dekat Minjae. Tapi langkahnya terhenti seketika, mengingat tentang seutas janji yang ia ucapkan setelah membaca selembar kertas.
Jendra bingung harus apa, dia sudah berjanji untuk selalu berada di dekat Minjae, melindunginya. Tapi Minjae sendiri tidak ingin hal itu, Minjae memang tak langsung berbicara seperti itu, tapi paham sendiri lah. Jendra yang masih terbaring di kasur kamar tidurnya kini terbangun, nada dering telepon membuat dia mengerutkan kening.
“Om Banar?.”
Tanpa berlama-lama Jendra mulai mengangkat telepon itu, dan betapa terkejutnya dia ketika mendengar yang di sebrang sana bicara.
“Minjae tak lagi sadarkan diri, keadaannya semakin kritis.”
“Apa maksud om!?.”
“Maaf jika nanti om nggak bisa nyelamatin Minjae—”
“Jangan bercanda om, Minjae bakalan baik-baik aja, aku ke sana sekarang!.”
Tut
Dia putuskan sambungan telepon itu secara sepihak, dengan langkah terombang ambing, tak memperdulikan keluarganya yang berada di ruang tamu, yang terus memanggilnya. Dia bahkan belum sempat minum ataupun cuci muka.
“Jendra mau kemana kamu!?” –Papa.
“Nak!” –Mama.
Dia banting kuat-kuat pintu utama, dengan langkah tergesa dia menaiki mobilnya dengan kecepatan tinggi, menyalip berbagai kendaraan. Dentuman terdengar begitu keras saat dia melewati lorong rumah sakit, memandangi setiap dokter ataupun perawat yang lewat, hingga dia menemukan seseorang yang sedari tadi ia cari.
“Om!!” Semakin ia lajukan langkah kakinya.
“Om, gimana— gimana Minjae, dia baik-baik aja kan?.” Ucap Jendra sambil menetralisir napasnya dengan keringat memenuhi wajahnya.
Om Banar tepuk pundak Jendra sesaat “Tenang nak, untuk saat ini keadaannya belum bisa dipastikan.”
“Apa maksud om, belum bisa di pastikan bagaimana?!.”