Kecemburuan Aydan

Start from the beginning
                                    

Ara menunduk, ia merasa bersalah pada Bundanya, harusnya ia keluar dulu untuk makan, tidak seharusnya ia menolak seperti itu.

"Iya Ara salah Kak, Ara minta maaf, Ara cuma mikirin perasaan Ara tanpa memperdulikan perasaan Bunda dan yang lain." Jawabnya.

"Ngga, Adek ngga salah kok, Kak Fahrul lagi ngga marah sama kamu, Kak Fahrul ngerti kok pasti yang lainnya juga ngerti, tapi nanti jangan gitu lagi ya." Saut Fahrul melihat Ara yang hendak mengeluarkan air matanya kembali, Ara mengangguk dan menarik kembali air matanya tidak jadi menangis.

"Udah jangan sedih lagi! Nih lihat tangan Kakak pegel megang piring dua." Ujar Fahrul.

Ara mendongak kemudian terkekeh, ia baru sadar piringnya masih ditangan Fahrul.

"Hehe, iya maaf ya!" Ucap Ara mengeluarkan cengengesnya mengambil satu piring tersebut, sudah dibilang jika ia mudah merubah ekspresinya.

"Iyaa nggapapa kok." Ucap Fahrul mengelus kepala Ara setelah piring tersebut diambil dari tangannya.

"Ayo makan dulu, Kakak tau kamu pasti laper!" Ajaknya.

"Emm, emang nggapapa kalau ngga makan dimeja makan bareng mereka?" Tanya Ara.

"Nggapapa, Kakak barengin makan disini kalau kamu memang belum mau keluar, sekarang aja tapi, nanti malam makan bersama mereka ya." Tutur Fahrul.

"Okeyy Kak!!" Saut Ara.

"Yaudah, baca bismillah dulu kalau gitu." Sambungnya kemudian mereka membaca do'a lalu memakan bersama sampai menghabiskan makannya.

°°°

Siangnya Ara mulai keluar dari kamarnya, kalau boleh jujur ia tidak tahan jika hanya didalam kamar, jadi ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya.

"Eh anak Bunda yang cantik udah keluar." Celetuk Bunda Ara yang tak sengaja melewati kamar anaknya.

"Hehe iya Bun." Sautnya tersenyum, kemudian ia mengikuti arah bundanya yang berjalan.

"Bunda bunda, Ara mau bicara sama Bunda." Ucapnya tetap mengikuti bundanya dari belakang.

"Oh iya? Mau bicara apa nak?" Saut Bundanya menghentikan langkahnya.

"Ara mau minta maaf sama Bunda, Ara tadi menolak untuk makan dimeja makan bersama yang lain, padahal niat Bunda baik supaya Ara makan, karena bunda tahu Ara ngga makan apa-apa semalam." Ujarnya menunduk.

Bunda Ara tersenyum kemudian ia menjawab, "iya nggapapa nak, Bunda tahu niat Ara sebenarnya tidak seperti itu, Bunda tahu anak Bunda seperti apa." Ia mengelus pelan bahu anaknya.

"Hehe iya, makasii Bunda." Ucapnya menampilkan giginya.

"Yasudah, Bunda mau ke Ummamu dulu ya di pesantren."

"Okeyy Bun, hati-hati!" Pesannya. Kemudian Bunda Ara mengangguk dan berpamit dengan mengucap salam yang disauti oleh Ara.

Merasa ndalem sepi karena semua keluarga sedang ada urusan di pesantren, Ara memutuskan untuk pergi ke asrama pesantren untuk menemui teman-temannya.

Ditaman ndalem Ara melangkahkan kakinya, lalu ia disapa oleh Fahrul yang sedang membersihkan taman, menjadi kebiasaannya membersihkan taman saat waktu luang.

AydanAra [End] Completed✔️Where stories live. Discover now