SM | Seize

576 43 0
                                    

•°~Happy Reading~°•

Flora mencengkeram rambutnya, raut frustrasi sangat terlihat di wajah lelahnya, helaan napas lelah berembus entah sudah ke berapa kalinya.

"Hiks, ini gimana? Mau dicari ke mana lagi?" lirih Flora semakin kuat mencengkeram rambut panjangnya.

Flora tidak akan seperti ini jika buku catatan miliknya tidak tiba-tiba hilang entah di mana, padahal semua alur ceritanya ada di sana.

"Flora?"

Flora mengangkat kepala kala mendengar seseorang memanggilnya. Terlihat Alice berjalan ke arahnya sambil memegang sesuatu.

"Alice~ buku catatanku hilang dan semua tulisan berhargaku ada di sana!" rengek Flora seraya beranjak dari bangku taman dan memeluk tubuh Alice.

"Ini sudah dua hari, hiks! Tidak ada di rumah aku pun  sudah mengelilingi sekolah tapi tidak ada di mana-mana, bahkan aku juga sudah ke organisasi penitipan barang hilang! Tidak ada di semua tempat! Huaaaa ... Alice, tolong aku!" Tangis Flora semakin menjadi, Alice sampai kewalahan menahan berat badan keduanya.

"Hei-hei, tenang Flora." Alice membawa duduk Flora ke bangku taman dan mendudukkan dirinya dan Flora.

"Alice ... bagaimana ini? Habis sudah semuanya!"

"Apanya yang habis? Ini bukan, catatanmu?" Alice menyodorkan buku catatan sampul ungu pervenche dan bertuliskan nama Flora di sana.

Flora terbelalak dan langsung menyambar buku itu, dia memeluknya erat, saking senangnya Flora sampai menciumnya.

"Alice! Oh, Alice! Kau memang penyelamatku!"

Alice menatap Flora yang berubah dalam sekejap, yang tadinya lesu lemah letih seperti orang yang ditinggal pergi oleh orang yang dicintainya kini terlihat seperti orang yang baru saja mendapatkan lotre. Bisa dibayangkan?

Alicer beralih pada buku catatan Flora. "Memangnya seberapa penting yang ada di dalam situ?" Jujur, Alice sedikit penasaran.

Flora menoleh dengan berbinar. "Sangat penting! Di dalam sini ada masa depanku!" ujarnya.

"Masa depan?" Kata itu terdengar ambigu di telinga Alice.

Wajah Flora memerah, dia gelapan. "Bu-bukan seperti yang k-kau pikiran! Di dalam sini ada semua alur cerita yang rencananya akan ku terbitkan akhir bulan, kalau benar-benar sampai hilang entah bagaimana mana nanti," jelas Flora tertunduk menatap buku catatannya. Alice ber'oh'ria, dia menganggukkan kepala.

"Oh ya, untuk apa kau mencariku, Alice?"

Alice memandang ke arah Flora. "Tidak, aku hanya mau mengembalikan buku catatanmu. Oh, ngomong-ngomong apa judul ceritamu?"

Saat akan mengatakan apa judul cerita miliknya, Flora teringat sesuatu. Alice adalah salah satu pembaca ceritanya, bagaimana mungkin dia mengatakan kalau dirinyalah authornya? Flora tidak yakin Alice tidak membuka buku catatan miliknya. Bagaimana Flora bisa tau? Dia pernah memergoki Alice membaca ceritanya.

"Hahah ... rahasia. Aku malu mengatakannya," ujar Flora dengan malu.

"Hei, apa yang harus kau permalukan, siapa tau aku pernah membaca ceritamu, kan?" bujuk Alice agar Flora memberitahukan, dia ingin memastikan sesuatu.

"Tidak-tidak, ceritaku hanya akan membuatmu mual." Flora berusaha tidak termakan rayuan Alice.

Alice mendengus. "Kau tidak asik. Ya sudahlah, aku mau balik ke kelas, kau juga, jangan sampai kena hukum oleh Andra." Selepas itu Alice beranjak dari sana.

"Jangan merajuk ya, Alice!"

"Yayaya!"

. . .

Alice menatap datar handphonenya, ini sudah dua hari tapi 'MAN' tak kunjung melanjutkan ceritanya, biasanya akan up setiap hari. Dia kembali teringat perkataan Flora di taman belakang tadi.

'Ini sudah dua hari, hiks!'

"Flora? Semua bukti yang didapatkan mengarah padanya, apa benar dia?" ujar Alice.

"Aku tidak yakin, gadis polos dan lugu seperti Flora akan melakukan tindakan kriminal seperti itu," celetuk Alfeith yang ada di sana.

"Jangan meremehkan gadis polos dan lugu, dibalik itu semua kita tidak bisa menebak apa yang dipikirkan dan dilakukannya," ungkap Ryder.

Mereka hanya bertiga di ruang khusus Scorpion. Awalnya hanya Alice, tapi kemudian datang Ryder dan tak lama datang Alfeith dengan keadaan lesu sehabis mengurus semua kebutuhan turnamen. Alfeith adalah salah satu anggota OSIS Scorpius.

Dering handphone Alfeith menyentak ketiga orang itu. Alfeith segera meriah handphonenya yang berada di atas meja, tertera nama Andra di sana, dia mengeram pelan dan segera mengangkat panggilan telpon dari Andra.

Terdengar suara kekesalan dari Andra, Alfeith hanya pasrah mendengar perkataan-perkataan Andra.

"Iya-iya, aku ke sana. Sudah oke? Jangan lampiaskan amarahmu padaku, aku bukan tempat pelampiasanmu, oke?" Alfeith mendesah kesal lalu memutuskan sambungan telepon sepihak, dia yakin Andra sudah mencak-mencak di sana karena kesal.

"Ada apa?" tanya Ryder yang melihat kefrustasian salah satu anggotanya.

"Maafkan aku, menjadi anggota OSIS tak bisa membuatku bayak membantu kalian. Astaga ... Andra sialan!" Maki Alfeith pada akhirnya. "Karena kegiatan turnamen yang akan diadakan minggu depan, aku tidak bisa membantu kalian, aku minta maaf," ujarnya dengan nada menyesal.

"Hei, tidak apa-apa. Sepuluh orang sudah lebih dari cukup menanginya," celetuk Alice seraya menepuk punggung laki-laki itu untuk menangkannya.

"Aku pergi dulu, bayi besarku menunggu," kekeh Alfeith seraya beranjak. Andra adalah ketua OSIS yang selalu menyusahkannya, padahal dia hanyalah anggota biasa.

"Al, aku serahkan dia padamu."

Alfeith menoleh pada Ryder yang tiba-tiba menegur. Dia mengangguk sebagai jawaban dan segera keluar, dia tidak boleh lebih lama karena jika tidak Andra akan menumpahkan semua kekesalannya pada Alfeith walau bukan dia yang membuat Andra kesal.

"Dia siapa?"

Ryder menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Alice. "Apa ada petunjuk lain?" balik tanya Ryder.

"Tidak ada petunjuk, dan..." Alice terdiam sesaat. "Di dua mayat korban sebelumnya tidak ditemukan surat ataupun sayatan berlukiskan 'FEL'," jelasnya kemudian.

"Dia tidak meletakkan petunjuk lagi?" tutur Ryder dengan kening berkerut.

"Sebenarnya kita jangan heran si pembunuh tidak lagi meletakkan petunjuk, karena semua petunjuk itu untuk mempermainkan kita," ujar Alice seraya menatap Ryder. "Tidak ada pembunuh yang sengaja meletakkan petunjuk, apalagi sampai memberitahukan siapa dirinya."

Kepala Ryder terangkat dan menatap Alice yang juga menatapnya, keduanya bertatapan dengan tatapan tak terbaca.

•°~TBC~°•

Sel, 21 Maret 2023

Jangan lupa tandain typoヾ(≧▽≦*)o

Scorpion MissionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang