02. Distance

369 127 72
                                        

Happy Reading–

.

.

.

                                                       

Semalam aku tidak bisa tidur, aku begitu mengantuk pagi ini. Rasanya ingin meneruskan tidurku, tapi kak Mahen terus saja berisik memainkan gitar listrik nya dengan keras. Kamar kak Mahen berada di lantai atas, tentu saja suaranya begitu keras jika dari bawah. Mengganggu sekali.

Kak Mahen memang suka sekali dengan musik, terutama gitar. Dia membelinya dengan harga murah karena bukan barang baru.

Aku menuju dapur untuk membuat secangkir teh sekaligus kopi untuk kakakku, aku tahu dia tidak mungkin membuat kopinya sendiri. Perlahan aku membawa nampan kecil dengan secangkir kopi di atasnya, aku berjalan menaiki tangga.

"Kakk!! Kopinya nih" Aku berteriak, jika tidak, kak Mahen tidak akan mendengar ku. Kak Mahen membuka pintu kamarnya, di menerima secangkir kopi yang aku bawa tadi.

"Tadi Arga kesini" Kak Mahen bersuara, aku begitu terkejut mana mungkin Arga kesini pagi-pagi, untuk apa?

"Hah?" Aku cengo di buatnya.

Tuk

Kak Mahen memukul kepalaku dengan jarinya, seperti orang yang sedang mengetuk pintu "Mau jemput kamu tapi kakak suruh balik, orang kamunya masih tidur."

"Jemput aku, buat apa?" Tanyaku

“Yo ndak tau, kok tanya saya." Jawab kak Mahen membuat diriku makin kesal.

Aku segera memeriksa ponselku, awalnya aku ingin bertanya kepada Arga alasan dia kesini pagi-pagi sekali, bahkan di saat aku belum bangun.

Eh tapi... Astaga aku lupa, Arga berencana mengajakku jalan-jalan.

Arga💐

kamu tadi kesini?|
maaf aku masih tidur|
aku juga lupa kalau kita akan pergi|
maaf ya|
aku siap-siap sekarang|

08.16

Tanpa menunggu Arga membalas pesanku, aku bergegas mandi dan bersiap-siap. Aku benar-benar mandi dengan cepat tapi tetap saja aku harus keramas. Jika biasanya paling cepat aku butuh 30 menit untuk make up, tapi kali ini aku hanya butuh 15 menit. Karena aku takut Arga akan menunggu lama nantinya.

୨୧

Setelah selesai dengan make up, aku lantas pergi ke ruang tamu untuk menunggu kedatangan Arga. Tidak lama kemudian aku mendengar seperti suara mobil, itu pasti Arga.

"Dek, ada grabcar tuh di luar" Suara kakakku dari arah luar rumah.

"Aku gak pesen grabcar kak, suruh pergi aja" Saut ku begitu saja.

"Yakin nih, supirnya ganteng, udah gitu dia pake Porsche 911."

Aku sedikit terkejut dengan pernyataan kak Mahen, daripada penasaran aku pun mengintip dari balik jendela.

"Itu mah Arga, kenapa gak disuruh masuk sih kak?!"

"Sengaja" Jawaban dari kak Mahen membuatku semakin kesal.

Tidak peduli, karena memang aku sudah siap, aku pun langsung pergi dengan raut muka memerah karena kesal.

"Ayo" Ajakku kepada Arga.

✓MY PAGE - ANAGAPESIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang