•°~Happy Reading~°•
Ryder menggebrak meja bundar itu dengan kuat, napasnya memburu karena emosi. Sekarang anggota Scorpion dibuat kalut karena Nix hilang setelah malam itu.
Malam itu, tepat setelah Arasfa memberikan informasi pada anggota Scorpion mereka langsung menuju Scorpius, namun yang mereka dapat adalah seorang laki-laki yang digantung terbalik di ambang pintu dengan keadaan isi perutnya yang menggelantung keluar.
Mereka berpencar mencari keberadaan Nix yang mungkin saja sedang bersembunyi atau berusaha menahan si pembunuh, namun hingga Zaedyn dan Axton selesai membersihkan mayat itu mereka tidak menemukan Nix di mana-mana, dan setelah hari berikutnya Nix seolah hilang ditelan bumi. Nomor handphone, sosial media sudah mereka hubungi, bahkan Ryder sampai ke apartemen Nix namun gadis itu juga tidak ada di sana.
"Korban bertambah dan kini Nix yang menghilang, sebenarnya selama ini apa yang kita lakukan hah?!" geram Ryder pada dirinya sendiri.
Semua anggota Scorpion menundukkan kepala tak ada yang berani menyanggah perkataan Ryder.
"Di mana Flora dan Maecy?" tanya Ryder saat tak mendapati kedua gadis itu.
"Maecy ada latihan taekwondo, tapi Flora ... aku tidak tau dia ke mana. Mungkin dia tidak melihat handphone dan tidak tau kalau ada pertemuan," jawab Alice. Tadi sebelum ke markas mereka, Alice ada berpapasan dengan Maecy dan gadis itu meminta ijin belum bisa ikut rapat karena latihan taekwondo, karena beberapa hari kedepan akan diadakan turnamen yang tidak bisa ditunda dan Scorpius menjadi tuan rumah.
Ryder mendengus lirih. "Tidak ada yang tau dia ke mana?" tanyanya lagi pada anggota Scorpion. Mereka sontak menggeleng sebagai jawaban. Lagi-lagi Ryder menggeram karena kesal.
Ryder menghela napas. "Tidak ada perubahan rencana, berjalan seperti biasa. Pertemuan ini aku bubarkan, kalian bisa pulang," tutur Ryder dengan nada lelah.
Mereka menatap Ryder iba, satu persatu dengan perasaan tak enak mereka keluar dari sana. Ryder menghempaskan tubuhnya ke kursi miliknya, tanganya terangkat memijat pangkal hidungnya, kepalanya terasa begitu pening memikirkan masalah ini.
"Ryder," panggil Reska dengan sebuah map di tangannya.
Ryder membuka mata dan memperbaiki posisi duduknya. "Apa kau dapat?" tanya Ryder.
"Aku masih tidak mengerti bagaimana pemikiran mu sampai menyuruhku menyelidiki para korban, tapi ... dengan ini aku tau kalau kau mencurigai seseorang," kata Reska seraya duduk di kursinya sambil meletakkan map di atas meja dan mendorongnya ke arah Ryder.
Ryder tak menanggapi Reska, dia memilih meraih map itu dan membaca isi di dalamnya.
"Mereka semua tersangkut kasus pembullyan?" ucap Ryder dengan alis mengerut. "Tapi kenapa selama ini tidak ada laporan tentang mereka?"
Reska menjentikan jarinya. "Yap, awalnya aku juga berpikir seperti itu, tapi coba lihat dari keluarga mereka, mereka termasuk siswa siswi yang berpengaruh untuk sekolah ini, dan semua yang mereka bully adalah yang berada di bawah mereka. Jadi sudah wajar jika tidak ada yang melapor," jelas Reska. Ryder mengangguk mendengar jawaban.
"Tapi Ryder, saat aku mencari lebih dalam lagi ternyata mereka sudah pernah berurusan dengan Scorpion dan orang yang melaporkan mereka adalah orang yang sama dan orang itu pula yang menjadi korban mereka."
"Siapa?"
"Flora."
. . .
Alice menatap keluar jendela, jarinya mengetuk di meja seakan tengah menunggu sesuatu. Terdengar pekikan dari ambang pintu yang menyebut namanya, Alice tertoleh dan mendapati duo kembar yang tengah menyengir padanya.
"Alice, ayo ke kantin!" ajak Narasfa dan menarik tangannya lalu menggandengnya.
Alice menurut saja, dia berjalan diapit oleh Arasfa dan Narasfa. Ketiga gadis itu berjalan di koridor lantai tiga menuju tangga.
"Sebentar, aku ke toilet dulu," ujar Narasfa menghentikan langkah Alice dan Arasfa.
Sementara Narasfa di toilet, Alice dan Arasfa berbincang-bincang ringan. Tiba-tiba Arasfa membelalakkan matanya kala melihat sesuatu yang jatuh di belakang Alice, tak lama kemudian terdengar suara hempasan dan teriakan.
Suara teriakan berturut-turut terdengar dari arah yang berbeda, yang satu dari arah toilet tempat di mana Narasfa berada dan yang satunya lagi berasal dari bawah. Alice dan Arasfa saling lirik dan mengangguk, Alice berlari cepat menuju bawah sedangkan Arasfa ke toilet.
Mata Alice terbelalak, tubuhnya menegang, dia membekap mulutnya tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pikirannya menyuruh untuk mendekat tapi tubuhnya melarang keras dia untuk bergerak.
Di sana, seseorang yang dilihat dari seragam yang dikenakannya adalah celana terkapar di tanah dengan berlumuran darah, kepalanya pecah hingga menyebabkan isinya ke mana-mana.
Alice menahan isi perutnya yang ingin keluar. Tiba-tiba sebuah tangan menutupi penglihatannya, terdengar suara Reska yang menyuruhnya untuk tidak melihat. Seketika tubuh Alice lemas dipelukan Reska.
"Itu menyeramkan sialan," ujar Alice lirih.
Reska terkekeh. "Resiko bagi Scorpion," katanya seraya mengangkat tubuh Alice dan membawanya ke UKS. Seorang laki-laki yang baru saja jatuh dari atas gedung sudah ditangani Ryder, Zaedyn, Axton, dan anggota OSIS.
. . .
Beberapa menit sebelum kejadian, di posisi Narasfa...
"Sebentar, aku ke toilet dulu," ujar Narasfa menghentikan langkah Alice dan Arasfa.
Narasfa masuk ke salah satu bilik kamar toilet dan segera menuntaskan panggilan alamnya. Dia mendesah lega, saat akan beranjak matanya tak sengaja menangkap cairan merah di lantai.
Narasfa keluar dari bilik toilet, menatap sekitar, tidak ada orang. Tanpa babibu dia menundukkan tubuhnya mengintip dari celah di bawah pintu. Dia tersentak saat melihat kaki jenjang yang berlumuran darah.
Suara pintu dibuka membuatnya dengan cepat bangkit, takut dia dianggap aneh karena mengintip orang. Narasfa pura-pura mencuci tangannya, namun dalam hatinya sudah was-was.
"Hahaha ... aku tidak menyangka kau akan gila seperti itu."
"Hey, kalau aku tidak begitu, mana mungkin dia akan tertarik."
"Xixixi ... jadi kalian sudah sampai tahap mana?"
"Ah~ kalau aku katakan kau tidak akan percaya."
"Aku mohon cepatlah pergi dari sini!" batin Narasfa was-was, keringat dingin membanjiri pelipisnya.
"Ah~ jangan membuatku penasaran! Ayo katakan padaku!"
"Kekeke ... tentu saja saling memberikan kenikmatan."
"Serius?!"
"Aku sudah bilang, kau pasti tidak akan percaya."
"Kau benar-benar gila! Hahaha..."
Narasfa mulai bernapas lega saat kedua gadis itu pergi meninggalkan toilet, namun perkataan salah satu dari mereka membuatnya was-was.
"Kau duluan saja, aku ingin buang air dulu."
"Oke, aku tunggu di luar."
"Dia akan ke bilik mana? Bilik ujung? Tidak, jangan di situ! Darahnya telah menyebar ke sana!"
Narasfa menatap was-was pada gadis yang bersenandung kecil. Matanya terbelalak saat gadis itu membuka pintu yang sayangnya tak terkunci, yang di mana bilik itu dia melihat laki-laki jenjang yang berlumuran darah.
"Jangan!" teriak Narasfa dan menarik gadis itu menjauh, namun terlambat, pintu bilik itu telah terbuka lebar dan memperlihatkan seorang gadis yang mana darah keluar dari leher, tangan, dan kakinya hampir lepas dari tubuh dan penuh dengan luka sayatan, serta mulutnya.
"KYAAAAAAA!!"
•°~TBC~°•
Kam, 9 Maret 2023

KAMU SEDANG MEMBACA
Scorpion Missions
Mystery / ThrillerOrganisasi Scorpion harus beralih tugas mencari dalang dibalik kematian seorang siswi Scorpius High School dan berlanjut pada pembunuhan berantai. "Tidak ada pembunuh yang sengaja meletakkan petunjuk, apalagi sampai memberitahukan siapa dirinya." Ke...