SM | Douze

597 50 8
                                    

•°~Happy Reading~°•

Alice menggigit kukunya saat cerita yang dibacanya melalui aplikasi di handphone sama dengan apa yang terjadi di sekolahnya.

"Ini tidak benar, ada yang salah di sini." Keningnya berkerut membaca setiap kata perkata di sana. Semua adegan yang ditulis sama persis apa yang terjadi, dengan adegan pembunuhan yang ditulis lebih jelas dan rinci.

Bahkan si penulis menuliskan nama-nama samaran korban dengan inisial masing-masing. Bukan hanya itu saja, hari, tanggal, tahun, jam pun ditulis sama dengan kapan pembunuhan itu terjadi, bahkan kapan mayat itu ditemukan.

Alice menggigit kuat kukunya dan mengakibatkan sedikit lecet, tanganya yang lain setia menskrol ke bawah untuk mencari tahu apa lagi yang ditulis si penulis ini.

"Ale tanpa ragu melompat dari lantai dua dan menindih seorang laki-laki di bawah yang juga mengejarnya. Ale dapat mendengar laki-laki meringis pelan saat tubuhnya membentur tanah dengan kuat. Ale sedikit melirik ke atas, di mana terlihat dua orang berbeda gender tengah melihat dari kaca yang telah dipecahkannya. Ale mendengus pelan, mengabaikan erangan kesakitan laki-laki yang ditindihnya dan segera pergi dari sana."

"To be ... to be continued?!" pekik Alice tak percaya. Dia berharap cerita ini tidaklah berkaitan dengan tragedi di sekolahnya, dia berharap akan ada plot twist di episode selanjutnya yang tidak ada kaitannya dengan pembunuhan yang sama persis di Scorpius.

Saat akan membaca episode selanjutnya, dia semakin dibuat tercengang karena tulisan ...

'Tunggu sebentar ... kami sedang memuat ikan video.

(Bersiaplah untuk menyesuaikan volume).

Terima kasih atas dukunganmu!'

Lemas sudah tubuhnya. Semua yang tertulis di sana sama persis dengan apa yang dikatakan Ryder kemarin. Nix dan Ryder yang melihat si pembunuh dari kaca yang telah pecah dari lantai dua dan si pembunuh yang melompat dan menindih Axton yang berada di bawahnya.

Muncul pemikiran-pemikiran yang berspekulasi bahwa yang menulis cerita ini adalah si pembunuh. Alice melihat nama authornya, 'MAN', hanya itu yang tertera di sana. Tidak ada profilnya, hanya satu cerita yang dibuatnya, tapi beribu pengikutnya, dan salah satunya adalah dirinya.

"MAN, artinya dia laki-laki, kan?" gumam Alice. Keningnya makin berkerut dalam memikirkan siapa dibalik cerita itu.

. . .

Ryder mendengar dengan seksama perkataan Alice di ruangan khusus Scorpion. Saat ini hanya ada mereka berdua di sana.

"Mungkin dia si pembunuh itu?" ujar Alice seraya menggigit kukunya.

"Bisa iya, bisa tidak. Mungkin saja dia mengembangkan ceritanya dengan menambahkan scan pembunuhan yang lebih rinci," tutur Ryder.

"Ya, kau benar..."

Alice dan Ryder sama-sama bertarung dengan pikiran masing. Hingga tiba-tiba Alice tersentak dan beranjak ke arah brankas tempat di mana dia menyimpan semua petunjuk-petunjuk yang ditinggalkan si pembunuh.

Alice seperti mendapatkan sesuatu yang berharga setelah mengingat kembali cerita yang telah di bacanya. Alice mengumpulkan semua petunjuk yang telah mereka dapatkan di atas meja.

Ryder yang melihat itu langsung mendekat, menatap gerak-gerik Alice pada kertas-kertas di atas meja bundar mereka. Ada kerutan samar di kening Ryder melihat kegusaran di wajah Alice.

"Semoga, bukan..." gumam Alice lirih namun masih terdengar di telinganya.

"Cetrine Erie Feather, korban pertama.
Adrian Remio Lennox, korban kedua.
Goldie Layra Oskar, korban ketiga.
Fenton Lyle Robert, korban keempat. Dan
Sloane Laluan Adley, korban ... kelima." Tiba-tiba gerakan Alice terhenti, tangan gadis itu mengambang di udara. Ryder bisa melihat getaran halus di sana.

"Tidak mungkin..."

"Hei, ada apa?" tanya Ryder panik. Saat Ryder mendekat Alice memutar tubuhnya ke arahnya, mata gadis itu membola dan terlihat bergetar, seperti telah melihat sesuatu yang menyeramkan.

"Ryder ... aku tau siapa pembunuh itu."

Saat akan menanyakan siapa pada Alice, gadis itu lebih dulu memutar tubuhnya ke arah semula. "Dengar penjelasanku," titah Aluce tak mau dibantah. Ryder hanya mengangguk kaku.

"Tidak akan mungkin jika semua inisial yang dituliskan dicerita sama dengan inisial para korban," ujar Alice sambil meletakkan handphonenya di atas meja yang menampilkan deretan kalimat cerita itu.

"Tapi ini, semua nama yang disebutkan di dalam cerita, inisialnya sama dengan korban si pembunuh itu," jelas Alice dengan serius.

"Ini," tunjuk Alice pada lima nama korban yang telah dia tulis di kertas. "Ada satu nama yang terselip di antara nama-nama ini jika kau membacanya lebih teliti." Alice melingkari inisial dari nama terakhir korban dengan tinta merah.

Ryder menggeser tubuhnya ke tempat Alice dan menatap kertas yang ditunjuk Alice menggunakan jarinya, dia menatap dengan intes nama-nama itu. Tubuhnya menengang, dengan lirih dia membaca nama yang terselip di antara nama-nama itu.

"Flora..."

Tidak, mereka tidak boleh langsung menyimpulkan bahwa Flora adalah pembunuh itu, mungkin bisa saja ada nama lain jika nama-nama itu diputar.

"Kita tidak boleh langsung menyimpulkan bahwa dialah si pembunuh itu, kita cari petunjuk lain, mungkin itu hanya pengalihan untuk kita saja."

Alice mengangguk, benar, mereka tidak boleh langsung menyimpulkan seperti itu. Bisa saja hanya akal-akalan si pembunuh untuk mencurigai Flora, namun yang sebenarnya gadis itu hanyalah kambing hitam.

Ryder beranjak dari duduknya lalu berjalan ke arah Alice yang masih termangu. "Terima kasih telah mendapatkan sebuah celah untuk menangkap siapa pembunuh itu, Alice. Ini rahasia kita berdua, anggota lain jangan ada yang sampai tahu. Aku percayakan semuanya padamu," ujar Ryder seraya tersenyum pada Alice. Selepas mengatakan itu Ryder pergi dari sana meninggal Alice dengan dunianya.

"Jika benar jika kau si pembunuh itu maka aku tidak memaafkan mu, tapi jika orang lain maka jangan salahkan akan ku buat dia ditembak mati!"

•°~TBC~°•

Sen, 6 Februari 2023

Scorpion MissionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang