"Assalamu'alaikum pak Hasan," ucap Fahmi ayah Azalia kepada sosok laki-laki baruh baya yang menggunakan jubah putih, dengan peci putih dan juga sorban yang terkalung di lehernya.
Azalia yang melihat sosok itu sudah dapat mengerti siapa laki-laki itu. Siapa lagi kalau bukan pemilik pondok pesantren dan juga sang pemimpin. Alias pak kiyai.
"Waalaikum salam Pak Fahmi," sahutnya. Fahmi dan Hasan saling berjabat tangan dan saling memeluk. Begitu juga dengan Athhar yang menyalimi tangan sang kiyai itu. Sedangkan Azalia yang sudah di beri tau untuk menangkupkan tangannya dan memberi senyum kepada pak kiyai sebelum ia datang oleh sang ayah handa. Kini gadis itu menangkupkan tanganya di depan dada dan tersenyum sopan kepada Hasan.
"Ini Aza? Ternyata sudah besar sekali," ucap Hasan tersenyum menatap Azalia.
"Sudah berapa lama kita tidak bertemu?" tanya Hasan kepada Fahmi.
"Sekitar dua tahun lalu saat kepergian putra ku," jawab Fahmi seraya tersenyum hangat.
"Owh iya, sudah lama rupanya. Mari masuk, ayo nak Athhar dan Aza," ajak Hasan yang melangkah lebih dulu bersama dengan Fahmi sambil mengobrol.
Sedangkan Azalia melangkah sejajar dengan Athhar mengikuti dua laki-laki paruh baya itu. Belum sempat mereka masuk kedalam.
"ATHHAR!" suara berat memanggil Athhar sehingga membuat Athhar dan juga Azalia menoleh kearah sumber suara.
"Ghani!" sahut Athhar tersenyum cerah dan menghampiri laki-laki yang tengah memanggil namanya, di sana juga ada sosok laki-laki tampan tetapi dia hanya diam saja melihat Ghani dan Athhar berpelukan ala laki-laki.
Azalia melangkah mendekati mereka hingga netra coklat terangnya bersitubruk dengan netra hitam laki-laki yang ada bersama Ghani. Beberapa detik kemudian Azalia memutuskan tatapan itu tetapi tidak dengan laki-laki itu yang masih menatap Azalia dengan sikap cueknya.
"Gib! Masih kaku aja kamu," ujar Athhar menepuk bahu laki-laki di samping Ghani sehingga membuat Gibran yang sedang menatap Azalia penuh arti terkejut.
"Seperti yang kamu lihat," ucap Gibran cuek dan melakukan tos ria ala laki-laki dengan Athhar.
"Gimana kabar mu? Udah dapet pengganti belum?" tanya Ghani seraya menaik turunkan alisnya menggoda Athhar dan hanya di tanggapi kekehan oleh Athhar.
"Kamu tanya kembaran mu nih, udah nemu cewe yang pas belum? Biar gak kaya kanebo kering," canda Athhar menepuk-nepuk bahu Gibran.
Gibran menghela nafas berat. "Gak minat," jawab Gibran begitu enteng.
Azalia yang sejak tadi hanya diam di antara 3 laki-laki itu merasa penasaran dengan kedua laki-laki yang Athhar sebut kembar. Sedangkan Azalia saja tidak melihat ada yang mirip di antara mereka. Laki-laki bernama Ghani nampak humble dan ceria. Sedangkan Gibran? Laki-laki nampak cuek dan bodo amatan.
"Udah lah, kamu ngurusin kanebo kering mah gak akan bisa luluh, ntah apa yang bisa buat dia luluh, aku juga heran," sahut Ghani dan di balas kekehan oleh Athhar.
"Kayanya perlu di rendem pakek air garem 1 ton biar luluh, Ghan," kelakar Athhar kembali tertawa bersama Ghani sedangkan Gibran dan juga Azalia hanya diam menatap kedua laki-laki itu yang terus tertawa ntah apa yang di tertawakan. Karna menurut keduanya tidak ada yang lucu.
"Eh, siapa nih? Pengganti Faira?" tanya Ghani menunjuk Azalia.
Athhar menoleh kearah Azalia yang hanya diam dengan muka datarnya. "Bukan, mana ada aku mau sama cewe bentukan kaya dia," sahut Athhar merangkul bahu Azalia. Sedangkan Azalia yang selalu di ejek sang kakak hanya diam malas menggubris ucapan tidak penting kakak laknatnya itu.
"Terus?" tanya Ghani mengerutkan keningnya bingung dan menatap Azalia juga Athhar secara bergantian.
"Dia adekku. Azalia," jawab Athhar yang di balas O ria dari Ghani dan tatapan datar Gibran namun ada sesuatu yang laki-laki itu pendam.
"Hei Aza salam kenal. Aku Ghani panggil aja kak Ghani." Ghani mengulurkan tanganya kepada Azalia.
Azalia mengangguk cuek tanpa menerima uluran tangan Ghani. "Udah tau nama gue kan tadi?" tanya Azalia cuek yang berhasil membuat Ghani membelalak kan matanya.
"Buset, adek kamu ini? Yakin? Gak salah server kan?" tanya Ghani terkejut dengan tanggapan Azalia yang super cuek.
Athhar terkekeh. "Sama kaya kanebo kering mu, dia emang gini orangnya," sahut Athhar.
Gibran tersenyum tipis. Sangat tipis, sehingga tidak ada yang menyadari hal itu. Di dalam hatinya bergumam.
'Menarik.'
****
Gimana guys?! Kalian mau tau lanjutannya gak?
Jangan lupa 100 koment. Dan 60 Votte.
Spam emot 🔥🔥 untuk lanjut...
YOU ARE READING
GUS GIBRAN ( PERJODOHAN.) TERBIT
Teen FictionDI LARANG PLAGIAT!!! INI CERITA DARI FIKIRAN SENDIRI TANPA ADA CAMPUR ADUK TANGAN ORANG LAIN!! BUAT KALIAN YANG INGIN PLAGIAT HARAP MINGGIR!!! Bagaimana jadinya jika seorang badgirl si ratu balap liar mendapat wasiat dari almarhumah mamanya untuk...
Prolog ✔
Start from the beginning
