Don't Fall For Me [2]

244 36 3
                                        

Prev Chapter

"Selamat datang," Seoham membaca dalam diam.

"Pffft." Sudah merasa rumah sendiri, huh?

Di malam musim dingin itu, untuk pertama kalinya dalam 30 tahun hidupnya dia menyadari bahwa selama ini dia makan sendirian.

Meskipun diam-diam seolah-olah tidak ada siapa-siapa selain dirinya. Tapi ramen instan yang sama yang biasanya ia beli, entah bagaimana, rasanya mulai berbeda karena suatu alasan. Rasa yang tidak bisa diidentifikasi oleh seorang bandit penipu sepertinya.

_______________________________________


"Seoham" panggil lelaki itu ketika mereka membuat lubang konstruksi.

Malam masih sedingin biasanya.
"Kau pulang lebih awal akhir-akhir ini,"

Pria itu menyeka keringat di dahinya dengan handuk putih yang sekali lagi berbau deterjen yang kuat.

"Benarkah? Aku tidak menyadarinya."

Dua pria lain yang sedang mengukur dengan meteran di tanah menyeringai.

Meninggalkan orang-orang di belakangnya untuk mengambil sekantong aspal lagi, dia menghela napas dan menatap langit biru-tengah malam.

Dua minggu bersama bocah itu di rumahnya, sepertinya sudah begitu lama.

Bocah itu tampaknya tidak punya rencana untuk pergi. Dan yang lebih mengganggu lagi adalah dirinya yang seolah tidak mempermasalahkan hal itu. Mereka hanya makan, tidur, diam, menonton tv jika ada waktu.

"Mungkin aku harus mulai menggali sesuatu tentang dia," pikir Seoham.

Memang benar dia sudah menghentikan kehidupanya sebagai seorang informan setahun yang lalu, tapi dia masih memiliki banyak jaringan yang masih takut terhadap dirinya dan menghormatinya.

Mencari tahu tentang anak lelaki bermata hitam itu di tempat kecil seperti ini sangatlah mudah baginya.

Dia seharusnya melakukan itu sejak awal. Dia hanya tidak ingin kembali ke kehidupan lamanya, mungkin karena itulah dia butuh waktu lama untuk memutuskan.

Malam itu, dengan roti kukus panas di dalam kantong plastik, Seoham pulang. Dari jauh, dia melihat jendela kamarnya terbuka. Dan si rambut hitam menatap langit seperti memiliki angan-angan.

"Tutup jendelanya, panasnya keluar." Sambil tersenyum, bocah itu menarik buku catatannya sekali lagi untuk memasang kertas

'Selamat datang di rumah'.

Entah bagaimana itu membuat Seoham terbiasa.

"Ya, ya ya, terserah"

Suara samar-samar dari berita lawas dari TV bekas yang kecil memenuhi ruangan kecil itu. Seoham meraih rokoknya yang seakan tidak pernah habis. Dan bocah laki-laki tersebut,di sudut ruangan, menatap TV.

Mencoba meraih punggungnya sendiri, Seoham mendengus.

"Ini menyakitkan ... kurasa aku terlalu menyepelekanya."

dia bergumam menarik bajunya, Mencoba memeriksa bahu dan punggungnya yang bengkak, namun sekali lagi dia tidak bisa berbuat apa apa dengan hal tersebut kecuali menahan semuanya sampai hilang.

Saat itulah bocah dari sudut yang tak terlihat, merangkak ke arahnya.

"Apa?"
Tanya Seoham. Dia tidak pernah memanggil bocah laki-laki itu dengan namanya. Dia hanya menyebut si rambut hitam dengan 'kau', 'oi', 'hei' seolah-olah dia adalah barang.

Jaechan menunjuk ke dirinya sendiri dan seperti badut bodoh, menggeliat-geliatkan jarinya di udara seolah sedang mencari sesuatu.

"Pijat?"

DON'T FALL FOR ME x SUAMCHAN [COMPLETED]Where stories live. Discover now