"Will you merry me?"

Aldi menatap nanar cincin di depannya lalu bersitatap dengan mata Esa yang memencarkan keseriusan. Esa tersenyum haru lalu memeluk tubuh yang lebih tua erat ketika penantiannya selama ini terbayarkan dengan Aldi yang menerima lamarannya.

"Iya, saya mau."

Setelah melangsungkan pernikahan sangat sederhana dia langsung memboyong Aldi tinggal disebuah desa terpencil untuk menghindari cibiran orang atas pernikahan mereka. 

Perut Aldi

Dan di sinilah mereka sekarang, tidur bersebelahan di atas ranjang dengan tangan Esa megusapi perut buncit Aldi yang terhalang kaos coklat tipis.

"Sakit engga, Yang? Mereka nendangnya kenceng banget, lho."

Esa menatap khawatir Aldi yang meringis saat merasakan pergerakan lincah di dalam perutnya. Memang janin di dalam perutnya akan sangat aktif jika Aldi tidur terlentang seperti ini.

"Sedikit,"

Aldi membawa tangan sang suami ke tempat dimana sang jabang bayi berulah. Tersenyum lebar saat Esa bangkit lalu menciumi perutnya yang menggunung. Melihat Esa antusias mengobrol dengan janin di dalam perutnya membuat Aldi tidak percaya atas pemberian Tuhan yang dititipkan kepadanya. Saat itu, Esa harus membawa Aldi ke rumah sakit kota yang jaraknya dua jam dari desa menggunakan mobil pribadi. Aldi terus menerus muntah sampai wajahnya berubah pucat dan badannya sangat lemas karena kehabisan energi. Setelah tiba dan mendapati penanganan lebih lanjut dari Dokter, dia dinyatakan hamil dengan kehamilan kembar tiga yang disambut air mata bahagia oleh mereka berdua.

Kini usia kandungan Aldi sudah menginjak lima bulan tapi perutnya sudah sangat besar seperti bulannya kehamilan normal. Setiap bulan mereka pergi ke kota untuk check up kandungan sekaligus memantau bisnis dan perusahaan mendiang suami Aldi yang telah diakuisisi oleh Esa.

CUP! CUP! CUP!

Kecupan-kecupan dibibir membuat Aldi tersadar dari lamunannya dan baru meyadari jika dia sudah berada di bawah kungkungan sang suami.

"Boleh ya, Yang?" pinta Esa memohan karena entah sejak kapan perut buncit Aldi selalu membangkitkan gairahnya.

Lantas Esa tersenyum lalu mengecup kening, kedua bola mata, hidung, pipi dan meraup rakus bibir Aldi setelah mendapati persetujuan. Aldi mengalungkan tangannya pada leher Esa lalu membuka rongga mulut agar sang suami mendapatkan akses masuk untuk menjelajahi apa yang ada di dalam mulutnya.

"Eughh emmh..." 

Leguhan Aldi terdengar seperti alunan indah yang masuk ketelinga Esa yang membuatnya semakin kepanasan. Dia berusaha untuk tetap sadar dan menumpu badannya menggunakan tangan agar tidak menekan atau menghimpit perut besar Aldi. Esa masuk ke dalam kaos Aldi lalu mengecup, menghisap dan menggigit gemas puting kecoklatannya. Tangannya bergrilia mengusap punggung Aldi yang melengkung ke atas dan mendesah keras karena ulahnya.

"Ahk!"

Esa bangkit sebentar lalu membantu Aldi melepas kaos coklat usang yang membungkus tubuh indahnya. Memandangi sejenak maha karya yang dia ciptakan di leher dan dada sang suami sebelum menarik celana boxer pendeknya. Esa mengabaikan Aldi yang malu-malu ditatap olehnya karena dia sedang mengangumi setiap jengkal tubuh pujaan hatinya.

Meski usia Aldi sudah setengah abad dengan kulit yang mengendor akibat dimakan usia. Tapi dimatanya, Aldi sangatlah indah dengan kulit kuning langsat, dada sedikit berisi, puting coklat yang menegang siap untuk dihisap dan jangan lupakan perut bulatnya yang sesekali terlihat menonjol sebab pergerakan tiga janin di dalamnya. Dia menunduk lalu menciumi perut besar Aldi hingga meninggalkan tanda keunguan. Dan entah sejak kapan dia sudah telanjang bulat seperti Aldi dengan kejantanan yang mengacung tinggi.

"Miring ya, Yang? Biar perut kamu engga ke himpit,"

"Iya Mas,"

Esa langsung membantu Aldi tidur menyamping kesebelah kiri. Mengangkat sebelah kaki Aldi lalu menyimpannya di pundak hingga terlihat lubang sempit kesukaannya.

"Ahhh Eughh..." Aldi mendesah keenakan saat dia memilin dan menghisap putingnya kuat-kuat. Ditambah satu tangannya yang lain sudah bermain-main di depan lubang Aldi yang berkedut minta dimasuki.

"AKH! Satuh-satuhh Mas masukin jarinyahhh..."

"Maaf,"

Esa melumat kembali bibir pujaan hatinya dengan dua jari yang sudah berada di dalam lubang surganya. Setelah dirasa cukup, Esa melepas cumbuan pada bibir suaminya lalu mensejajarkan wajah di depan perut buncit Aldi.

"Bapak jenguk kalian ya, Nak?"

Esa menegakkan badan lalu mengocok kejantanannya sebelum dimasukan ke dalam rumahnya. Tujuh bulan menikah sampai membuahkan tiga janin di perut, Aldi tetap tidak biasa dengan kejantanan sang suami yang semakin hari semakin terlihat besar dan panjang.

"Sssttt... AKHH...!"

"Euhh... Sa-barhh sayang baru kepalanya ahhhh..." Dengan hati-hati Esa mendorong masuk pusaka kebanggannya hingga terbenam sempurna.

"AKHH~~" Esa mendesah panjang saat rudal berurat kebanggaannya diremat kuat di dalam sana. Dia menahan mati-matian untuk tidak langsung menggerakan pinggulnya karena perut bawah Aldi menegang.

"Ssstt... Jangan dulu gerak Mas,"

"Ahhh.. Yang jangan diremat terlalu kuathh..."

Tangan Esa mengusap perut buncit Aldi agar kramnya segera hilang dan dia akan terbebas dari siksaan nikmatnya. Kejantanan Esa semakin terhisap masuk kedalam membuatnya mengerang frustasi ingin memaju mundurkan pinggulnya.

"Yang... Pengen gerak tapi takut nyakitin mereka euhh..."

Tidak tega membiarkan sang suami tersiksa lebih lama karena bawah perutnya masih menegang. Dia memerintah Esa untuk bergerak namun pelan-pelan karena jujur Aldi pun sudah sangat bernafsu dan rindu akan hentakan nikmat sang suami jika bermain di atas ranjang.

"Gerak Mas, tapi pelan-pelan dulu aja,"

Tanpa diperintah dua kali Esa langsung meggerakkan pinggungnya maju mundur secara perlahan. Gerakan yang semula lembut semakin lama semakin cepat dan kasar hingga Aldi harus menahan perut besarnya yang terguncang.

"Ahhh Ahhh... Mashh pelan ahhh..."

"Masshhh.. Akhh.."

"Tahan, akuhh hampir sampai.. Euhh..."

"Mashh... Engga ahhh... Kuathh..."

"Bersama sayanghh!!!

"Akhhhh Mass!!"

"Euhh, Euhhh, Euhhh!!"

Mereka terengah-engah dengan peluh membasahi seluruh tubuh. Hangat dan begah Aldi rasakan ketika Esa menyemburkan semua benihnya di dalam. Esa menarik pedang dalam sangkarnya dan menggulingkan diri di balik punggung sang suami. Lalu memeluknya dari belakang seraya menetralkan deru nafas yang memburu.

"Kamu selalu nikmat sayang, makasih" Esa berbisik seduktif lalu menciumi tengkuk dan belakang leher Aldi.

"Udah kewajibanku, Mas."

Esa bergumam lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang mereka. Mencium rambut Aldi yang lepek basah oleh keringat sebelum berkelana di alam mimpi meski jam di dinding masih menunjuk angka delapan malam.

"Selamat tidur, aku sayang kalian semua."

•••

Repost dari akun leeale12

Spark With LoveOù les histoires vivent. Découvrez maintenant