•°~Happy Reading~°•
Ryder menggeram kesal setelah mengebrak meja. "Dia salah satu siswa Scorpius, pantas saja bisa bergerak dengan mudah," ujar Ryder.
"Sudah lima korban saat ini, namun satupun petunjuk tak ada yang mengarah pada si pembunuh," celetuk Reska.
Kembali Scorpion melakukan pertemuan, tapi bukan di ruangan mereka. Mereka berkumpul tak jauh dari ruangan Mrs. Lucy yang telah dibatasi garis polisi.
"Petunjuk yang di berikan si pembunuh itu hanya sebatas surat dan tulisan 'FEL' di tubuh korban, mungkin keduanya saling berkaitan?" tutur Zaedyn.
"Kali ini apa tulisan di surat itu?" tanya Ryder. Dia menatap Alice yang diam seperti biasa, kali ini Alice lah yang mendapatkan surat itu, karena saat Mrs. Lucy pingsan Alice ada di sana.
"19/26," jawab Alice seadanya, hanya ada tulisan itu di sana.
"Kita ubah rencana, si pembunuh itu bergerak kapan saja dan tak mengenal waktu. Dua kelompok akan berjaga siang, kelompok Axton dan Alfeith, sisanya berjaga malam," ujar Ryder.
"Oke," jawab kedua laki-laki itu.
"Zaedyn, boleh aku minta tolong?" Mereka beralih pada Alice yang tiba-tiba bicara.
Alice yang di tatap langsung menjadi gelagapan. "Kenapa kalian menatapku seperti itu?" tanyanya.
Nix mengangkat bahu. "Apa yang salah dengan tatapan kami? Kami hanya menatap padamu yang bicara," ujarnya.
Zaedyn menyela. "Minta tolong apa?" katanya.
"Mungkin juga Arasfa, aku minta tolong untuk mengumpulkan semua data siswa siswi di Scorpius," ujar Alice.
"Untuk apa?" tanya Reska. Ada tanda tanya begitu besar di kepala laki-laki itu, akhir-akhir ini gelagat yang ditunjukkan Alice cukup aneh.
"Tidak tau, tapi aku butuh semua daftar itu," jawab Alice. Reska mengedikkan bahu acuh.
Arasfa dan Zaedyn mengangguk di sana. "Akan kami lakukan," ujar Zaedyn.
. . .
Untuk pertama kalinya seumur hidup, Nix mengalami hal yang tak pernah terpikir olehnya, yang pertama, mencari dalang siapa pembunuh berantai di sekolah padahal itu bukanlah tugas yang harus dilakukan anak seusia mereka, yang kedua, bersama Ryder selama tiga jam.
Mungkin bagi sebagian gadis akan merasa bahagia bersama Ryder selama tiga jam, tapi ini adalah Nix. Tiga jam ... tiga jam bersama orang yang harus dia hindari, jika perlu tidak usah bertemu saja dengan laki-laki itu. Tapi bagaimana bisa? Seakan takdir selalu mempertemukan keduanya, di sekolah yang sama, di organisasi yang sama, bahkan jadwal berjaganya sama dengan Ryder.
Nix tersentak. Tidak, dia tidak akan bersama dengan Ryder jika bukan laki-laki itu yang membentuk kelompok! Ya! Ini memang telah direncanakan Ryder agar dia tak lepas dari perhatian laki-laki itu.
"Sial!" decak Nix kesal.
Dengan perasaan kesal Nix membuat goresan-goresan di buku kosongnya. Nix duduk di undakan tangga yang hanya diterangi satu lampu yang cukup temaram seraya menunggu Ryder datang.
Suara langkah kaki membuatnya sedikit mengangkat kepala, tak lama kemudian Nix melihat sepatu hitam berhenti di depannya. Ryder, batin Nix.
"Sudah lama?"
Nix beranjak dari duduknya seraya menepis debu yang menempel di celananya. "Tidak juga," jawab Nix acuh.
Ryder menghela napas. "Mau sampai kau seperti ini? Kita-"
"Sampai rencana itu dibatalkan, aku tidak mau berurusan denganmu," potong Nix dan berlalu begitu saja.
. . .
Ryder menatap punggung sempit Nix dari belakang, dia sengaja melakukan hal ini agar dia dan Nix bisa lebih dekat. Namun melihat reaksi Nix yang terang-terangan menjauhinya membuatnya semakin ingin mendekati Nix.
Apa ada hal yang disembunyikan? Akhir-akhir ini memang Nix menjauhinya, tapi apa alasannya? Dia melakukan kesalahan, kah?
Interaksi selama ini yang ditunjukkannya di depan umum kepada Nix berbeda jika hanya berdua. Mungkinkah itu alasan Nix marah? Tapi tidak mungkin.
Ryder mempercepat langkahnya agar menyamai langkah kecil Nix. Di bibir laki-laki itu sersungging senyum tipis yang menawan.
Saat akan meraih tangan Nix, gadis itu lebih menarik badannya menjauh. "Jangan menyentuhku," ketus Nix sambil menatap sinis Ryder.
Ryder bukanlah laki-laki sabar, namun dengan Nix dia harus bersabar. Ryder membiarkan Nix berjalan di depannya kembali. Satu persatu ruangan mereka kunjung, dari lantai bawah hingga lantai atas, bahkan rooftop juga.
Sudah lebih dari dua jam mereka di sekolah dan hanya berkeliling saja. Nix di buat bosan karenanya, inginya menyoret-nyoret buku miliknya namun Ryder tak juga mau melepaskan dirinya sama sekali, Ryder selalu menempel padanya.
"Biarkan aku memegang tanganmu, sekali saja," rayu Ryder, entah sudah berapa kali.
"Tidak, kau orang yang lancang," sinis Nix. "Diam di sana!" titah Nix saat Ryder akan mendekat padanya.
Keduanya sekarang berada di lantai bawah, kelas 1. Posisi Nix dan Ryder di batasi oleh beberapa meja, Nix duduk atas meja sambil menggambar, sedangkan Ryder berdiri menatap Nix, bagaimana dia bisa mendekat pada gadis itu tanpa ketahuan.
"Jangan mencoba mendekat, aku tau akal busuk mu Ryder," ujar Nix.
Ryder tertawa dibuatnya. "Baiklah-baiklah, aku tidak akan macam-macam lagi. Sebaiknya kita berpatroli lagi." Ryder menatap jam di tangannya yang menunjukkan pukul 21:45. "Sebentar lagi selesai," cetus Ryder.
Nix menutup bukunya. Dia turun dari atas meja dan keluar lebih dulu lewat pintu belakang. Ryder menatap Nix gemas, dia mengikuti kemana gadis itu pergi dengan langkah kecilnya.
Langkah kaki Nix membuat sepasang manusia itu ke ruangan seni. Nix menyusuri tempat favoritnya itu, menatap lukisan dan tembikar karya teman-temanya.
"Ini milikmu, Nix?"
Suara Ryder memanggilnya untuk menoleh, dalam ruangan yanga hanya diterangi sinar bulan yang masuk melalui jendela kaca Nix bisa melihat tubuh Ryder yang membungkuk menatap sebuah lukisan.
Nix mendekat dan ikut membungkuk di samping Ryder. "Iya, ini milikku." Ryder menoleh sesaat pada Nix.
"Terlihat seperti nyata," celetuk Ryder kembali.
"Dan akan menjadi kenyataan," sambung Nix dan memilih meninggalkan Ryder bersama lukisannya.
•°~TBC~°•
Kam, 16 Februari 2023

KAMU SEDANG MEMBACA
Scorpion Missions
Mystery / ThrillerOrganisasi Scorpion harus beralih tugas mencari dalang dibalik kematian seorang siswi Scorpius High School dan berlanjut pada pembunuhan berantai. "Tidak ada pembunuh yang sengaja meletakkan petunjuk, apalagi sampai memberitahukan siapa dirinya." Ke...