•°~Happy Reading~°•
Scorpion beranggotakan 11 orang, termasuk Ryder sang ketua dan Alice sebagai wakil. Seperti yang dikatakan Ryder, mereka akan berjaga malam di Scorpius sesuai jam dan dengan siapa mereka berjaga.
Ryder membagi menjadi lima kelompok, satu kelompok terdiri dari dua orang, tapi salah satu kelompok beranggotakan tiga orang. Ryder dan Nix, Reska dan Alice, Arasfa dan Zaedyn, Narasfa dan Axton, kelompok terakhir yang beranggotakan tiga orang Maecy, Alfeith, dan Flora.
"Aku sudah membagi kelompok, ada yang keberatan?" tanya Ryder. "Arasfa dan Narasfa, aku pikir lebih aman dengan laki-laki bersama kalian dalam misi ini," ujar Ryder lagi.
Arasfa dan Narasfa mengangguk. "Yah, kami tidak keberatan. Kami tau itu lebih baik," jawab Narasfa.
Ryder mengangguk. "Bagaimana dengan kalian bertiga? Karena hanya kau sendiri yang laki-laki Al," ujar Ryder pada kelompok Flora.
"Hei, kau bercanda? Aku dari ekskul Taekwondo, jangan remehkan aku," celetuk Maecy.
Ryder kembali mengangguk. "Bagus, aku percaya padamu, Maecy. Oke, tak ada yang membantah tentang kelompok kalian, kan?" Mereka menggelengkan kepala. "Ayo tentukan jam berjaga."
. . .
Nix bersenandung kecil di koridor sekolah, melompat kecil seraya menatap ke sana kemari, menelusuri sekolah tanpa tujuan.
Tanpa sadar kakinya menuju toilet perempuan, karena gabut Nix memilih masuk ke dalam membasuh wajah dan tangan.
Nix menatap wajahnya di cermin. "Ah~ aku memang cantik," ujarnya seraya malu-malu.
Nix mengibaskan salah satu rambut kepangnya. "Aku mencintai diriku dengan sepenuh hatiku," ujar Nix pada bayangnya. "Apa yang salah dengan itu? Apa kau cemburu denganku?" kata Nix seraya menyentuh cermin.
"Mengatai diriku aneh atau memalukan, cercaan itu sama sekali tidak menggangguku." Nix tersenyum pada bayangannya. "Mengenakan pakaian kesukaanku, memakai make up favoritku, dan mengikat rambutku menjadi half-twin style."
"Walau aku sendirian, aku merasa senang!" seru Nix di dalam toilet itu.
"Aku minta maaf karena terlalu imut! Aku minta maaf karena terlahir seperti ini." Nix mengatupkan tanganya di sana sambil memandang wajahnya di cermin.
"Aku minta maaf karena terlalu licik, itu menganggumu, kan? Maaf..." Nix semakin melebarkan senyumnya, mungkin siapapun yang melihatnya akan berdigik.
"Ah~ aku memang yang terbaik!" serunya kembali.
Suara pintu dibuka terdegar, Nix dapat melihat Alice yang masuk dari pantulan kaca. Gadis terlihat membuang sesuatu berwarna merah di keranjang sampah lalu menuju wastafel dan mencuci tangan di sampingnya.
Nix memperhatikannya dengan seksama, bagaimana Alice membersihkan tangannya dari sesuatu yang berwarna merah itu. Dia bisa menebak apa yang dilakukan Alice sebelum datang ke sini ... bereksperimen dengan katak lagi. Sebagai anak biologi, tak heran Alice di hadapkan dengan hal-hal seperti itu.
"Berhenti lakukan itu Nix," ujar Alice membuatnya tersentak. Nix mengangkat kepalanya dan langsung bertatapan dengan iris hitam Alice yang memandangnya serius.
"Apa?" tanya Nix tak mengerti.
"Semua yang kau lakukan tak lepas dari perhatian Ryder Nix, cepat atau lambat dia pasti akan mengetahuinya," tutur Alice seraya mengeringkan tangannya.
Nix menatap setiap gerakan yang dilakukan Alice hingga gadis itu tak lagi terlihat di bayangan cermin.
Nix menarik sudut bibirnya. "Tidak akan ketahuan jika aku tidak tersentuh olehnya, kan?"
. . .
Ketukan sepatu high heels menggema di koridor Scorpius, terlihat seorang wanita dengan pakaian rapihnya berjalan anggun menuju ruangannya.
"Selamat siang Mrs. Lucy," sapa Nix kala mereka berpapasan di pertigaan.
Mrs. Lucy tersenyum dan kembali melanjutkan langkahnya. "Anak itu selalu ceria," gumam Mrs. Lucy.
Langkah kakinya membawanya menuju ruangannya yang hampir berada di ujung lorong. Sengaja, dia butuh ketenangan saat menyelami fantasinya.
Tanganya terangkat menyentuh gagang pintu, Mrs. Lucy memutarnya dan mendorongnya. Namun tiba-tiba tubuh menegang kaku di ambang pintu, matanya terpaku pada pemandangan di atas meja kerja miliknya.
Sebuah tubuh siswi terbaring di sana dengan telentang, kaki, tangan, dan kepalanya menggantung di pinggiran meja. Darah mengalir dengan deras dari pergelangan tangan siswi itu hingga membanjiri lantai.
Mrs. Lucy ingin pergi dari sana namun kakinya tak bisa digerakkan, ingin mengalihkan pandangan atau ingin menutup mata tapi tidak bisa, seakan kakinya direkatkan di lantai dengan perekat yang sangat kuat dan matanya ditahan dengan paksa agar terus menatap siswi di depannya.
"Mrs. Lucy?"
Bertepatan dengan panggilan itu, pandangannya menghitam dan tubuhnya meluruh ke lantai. Mrs. Lucy pingsan saat itu juga.
•°~TBC~°•
Sel, 14 Februari 2023
Happy Valentine's Day guys (´∀`)♡
Kasihan yang gak punya ayang ... ≧∇≦
Kayak aku (* ̄︶ ̄*)

KAMU SEDANG MEMBACA
Scorpion Missions
Mystery / ThrillerOrganisasi Scorpion harus beralih tugas mencari dalang dibalik kematian seorang siswi Scorpius High School dan berlanjut pada pembunuhan berantai. "Tidak ada pembunuh yang sengaja meletakkan petunjuk, apalagi sampai memberitahukan siapa dirinya." Ke...