AL

238 13 0
                                    

Aku masih berdiri di jalan yang sama.
Berharap dia yang telah pergi, kembali membawa segala bahagia.

"Terima kasih atas kedatangan kalin, Mr. Sahil dan Ms. Kurniawan," Louisa Morris memberikan isyarat agar Al dan Ella duduk di kursi krem yang menghadap meja kerjanya.

Mrs. Morris mengeluarkan beberapa lembar surat dari dalam amplop. "Ini surat kontrak yang sudah saya ubah sesuai dengan kesepakatan yang diperlukan, karena kalian memutuskan tinggal bersama." Dia memakai kacamatanya sebelum mulai membaca. "Baik, sekarang saya akan membacakan perubahan kontrak antara Mr. Aldebaran Joshua Sahil dan Ms. Gabriella Patricia Kurniawan."

Al dan Ella sama-sama menunggu.

"Tambahan pasal pertama. Kedua belah pihak setuju untuk tidak mencampuri urusan masing-masing." Mrs. Morris membacakan pasal yang telah ditambahkan ke dalam surat perjanjian.

Al dan Ella sama-sama menyimak.

"Tambahan pasal kedua. Kedua belah pihak setuju untuk tidak ada kontak fisik," lanjut Mrs. Morris.

Al dan Ella masih mendengarkan dengan baik.

"Tambahan pasal ketiga. Kedua belah pihak setuju tinggal di kamar yang berbeda."

Al dan Ella sama-sama mengangguk.

"Jika salah satu atau kedua belah pihak melakukan pelanggaran, maka harus mengganti berupa biaya yang telah dikeluarkan dua kali lipat," tutup Mrs. Morris. "Bagaimana? Ada yang kurang?"

"Sepertinya perlu ada pasal yang ditambahkan, Mrs Morris," kata Al. "Aku mau masa kontrak diperpanjang tiga bulan. Karena aku butuh Ella untuk menyusui dan mengasuh bayiku."

Ella terbelalak. "Tiga bulan? Menyusui? Mengasuh?"ucapnya kaget. "Sejak awal tidak ada kesepakatan itu, kan?"

"Kau tega membiarkan aku mengurus bayi itu sendirian, Ella?"

Ella mengubah posisi duduknya menghadap Al. "Bukan masalah tega atau tidak tega, Al. Ini masalah kesepakatan. Kau tidak membahas soal ini kemarin, kan?"

"Kesepakatan?" ujar Al. "Maksudmu uang? Kau mau uang tambahan?"

"Itu yang ada di otakmu? Uang?" Ella tersinggung. "Aku mau melakukan ini bukan karena uang ya, Mr. Sahil! Tapi, untuk Maura. Untuk sahabatku."

Kepala Al langsung pening menghadapi Ella. "Kenapa kau harus marah-marah di sini, sih?"

"Kalau otakmu lurus, aku tidak perlu marah-marah," dengus Ella.

"Jadi, kau tidak mau memperpanjang kontrak tiga bulan?" Al bertanya dengan nada suara lebih pelan.

Ella menggeleng. "Tidak," ucapnya tegas.

Louisa Morris membetulkan letak kacamatanya. "Jadi, bagaimana, Mr. Sahil, Ms. Kurniawan?"

"Semua sudah sesuai, Mrs. Morris," sahut Al dengan wajah agak merengut sebal.

"Kalau begitu, kalian tanda tangan di sini." Mrs. Morris menunjuk tempatnya di ujung kertas.

Saat menandatangani surat kontrak baru, Al memperhatikan Ella. Sejak tadi, setiap kata yang dilontarkan Ella terdengar dingin, namun suara yang keluar justru sehangat wajahnya.

Almost is Never Enough (SEGERA TERBIT)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz