•°~Happy Reading~°•
Pameran lukisan semalam berjalan lancar tanpa hambatan. Bel istirahat Scorpius telah berbunyi beberapa saat yang lalu, semua siswa siswi langsung berhamburan keluar kelas menuju kantin.
"Wah, aku tidak percaya, lukisanku di tawari oleh salah satu donatur dengan harga 5 juta!" pekik Nix di depan Reska dan Ryder.
Ryder memutar bola mata malas, semalam dia sudah melihat karya Nix, menurutnya lukisan Nix biasa-biasa saja.
Sementara Reska membelalakkan matanya tak percaya. "Kau tidak bercandakan? Aku pindah ekskul saja lah! Ha~ ekskul musik aku tidak menghasilkan apapun," cetus Reska dengan nada lesu.
"Hey, kalian bisa melangsungkan konser, tiketnya dijual mahal karena anak-anak Scorpius anak elit semua. Tapi, kalian juga harus menampilkan yang semaksimal mungkin agar penonton tidak kecewa," saran Nix.
Reska menganggukkan kepala. "Boleh juga saranmu. Hahaha ... apalagi semua anggota klub musik tampan dan berkarisma," ujar Reska seraya mengibas rambutnya.
Ryder berdecak. "Kalian seperti orang susah," celetuk Ryder.
Spontan Reska dan Nix menoleh, keduanya sama-sama mencebik. "Iyalah, si wakil CEO."
Ryder adalah anak sultan, orang tuanya adalah salah satu orang yang berpengaruh bagi negara. Perusahaan milik keluarga Ryder ada di mana-mana dan Ryder menjadi salah satu pemegang perusahaan orang tuanya, sebagai wakil CEO.
. . .
Hembusan angin menyapa wajah cantik seorang gadis dan membuat anak rambut hitamnya melambai searah angin. Pohon-pohon rindang yang menghambat cahaya matahari dan keheningan di taman belakang sekolah Scorpius membuatnya fokus berpikir. Namun...
"Apa ini? Aku tidak memiliki ide sama sekali," decak seorang gadis setelah mencoret kertas di atas pangkuan, meremasnya, dan membuangnya ke tong sampah.
"Aku tidak yakin project ini akan berhasil pada akhir bulan," gumamnya dengan lesu. Gadis itu meremas rambut panjang kesal.
"Astaga, padahal aku sudah berjanji akan menyelesaikannya," decaknya lagi-lagi.
Ceprat!
Sebotol susu coklat dilempar ke arahnya hingga mengotori buku catatan dan pakaian miliknya, bahkan rambutnya terasa lengket.
"Di sini kau rupanya." Perkataan itu sontak membuat tubuh gadis itu kaku.
"Flora Elvina Ladomir, aku tidak tau kau punya tempat bersembunyi seperti ini," ujar seorang laki-laki.
Tubuh gadis bernama Flora itu menjadi lebih kaku, bahkan saat ini dia hampir tak tau caranya bernapas.
"Jangan ... jangan lagi..."
Srak!
Mata Flora terbelalak beserta tubuhnya yang menegak kaku kala buku catatannya direbut paksa oleh seorang gadis.
"Goldie, kembalikan catatanku," ujar Flora terbata.
"Hei-hei, aku hanya meminjamnya sebentar," tutur Goldie, gadis yang merebut buku catatan Flora.
Saat akan menyambar kembali buku catatan miliknya, tubuhnya lebih dulu ditahan oleh tiga laki-laki yang datang bersama Goldie.
"What? Apa ini?" ujar Goldie saat membaca beberapa kata.
"Apa?" tanya Fenton, laki-laki yang tak ikut memegangi Flora.
"Aku mohon kembalika," tutur Flora yang sudah menangis.
"Hahaha! Kau menulis sesuatu yang menjijikkan seperti ini?" tawa Fenton saat itu.
"Jangan...!"
"Diamlah anak manis," ujar laki-laki yang memegang tangan kanan Flora.
Flora semakin memberontak kala sebuah tangan mulai merayap di pahanya. "Tidak!"
"Hei, dengar-dengar!" Goldie melebarkan buku catatan Flora. "Hansel menarik tubuh Elona mendekat, membawa tubuh gadis itu kepelukannya, dan memeluknya erat. 'Aku mencintaimu, Elona...' Lalu kemudian Hansel menempelkan bibir mereka berdua..."
"Gak! Jangan! Jangan lakukan itu!" teriak Flora seraya memberontak.
Mereka berdecih jijik dan kemudian tertawa bersamaan melihat itu. Goldie dan Fenton beserta temanya semakin mengolok-olok Flora. Kelakuan mereka semakin menjadi-jadi, teman-teman Fenton mulai melecehkan Flora dan merekamnya.
Flora sudah berusaha semaksimal mungkin untuk lepas, namun tenaga perempuan dan laki-laki itu berbeda tentu saja Flora kalah. Keadaan Flora begitu kacau, pakaian tak karuan, rambutnya dijambak, pipinya ditampar, bahkan gadis itu sampai diludahi.
"Sudah! Ini sudah cukup," titah Goldie memberhentikan aksi bejat teman-teman Fenton. Untuk sesama perempuan, tak ada rasa kasihan di mata Goldie, dia bahkan menatap Flora puas.
"Kamu puas, sayang?" tanya Fenton pada Goldie.
Goldie mengangguk. "Ayo pergi," ajaknya pada mereka.
Mereka pergi dengan pandangan merendahkan pada Flora, bahkan masih ada yang sempat mencolek bahu Flora yang telah terekspos.
Flora terduduk di tanah yang kotor sambil tersendu-sendu, air matanya membanjiri pipi yang telah bengkak akibat ditampar.
"Hiks, apa salahku? Apa kesalahan yang telah ku buat pada mereka? Apa?!" racau Flora.
•°~TBC~°•
Kam, 9 Februari 2023

KAMU SEDANG MEMBACA
Scorpion Missions
Mystery / ThrillerOrganisasi Scorpion harus beralih tugas mencari dalang dibalik kematian seorang siswi Scorpius High School dan berlanjut pada pembunuhan berantai. "Tidak ada pembunuh yang sengaja meletakkan petunjuk, apalagi sampai memberitahukan siapa dirinya." Ke...