SM | Deux

1.4K 79 2
                                    

Selama seminggu, sudah dua korban pembunuhan tanpa sebab yang jelas. Awalnya para polisi mengira korban pertama adalah bunuh diri tapi ketika adanya korba kedua dengan kematian yang sama, akhirnya mereka mengonfirmasi jika itu adalah pembunuhan berencana.

"Kalian paham penjelasanku?" Ryder berkata seraya bertumpu pada meja.

"Apa lagi ini, hah? Kepala sekolah tua itu memberikan tugas untuk mengatasi para pembulli dan sekarang kita akan benar-benar mengatasi kriminal sesungguhnya?" decak Reska. Sudut alis mata Ryder berkedut, ingin sekali tangannya mendarat di kepala laki-laki itu.

"Jika tak mau silahkan keluar, pintu ruang ini ada di sebelah sana," celetuk Ryder acuh.

"Aku bercanda."

Ruangan Scorpion itu hening, mata mereka saling pandang seakan berbaca lewat lirikan mata.

"Ini kelihat seperti menantang nyali."

"Aku ikut."

"Siapa yang akan bilang tidak?"

"Kami ikut!"

"Jangan meremehkan aku."

"Jangan tanyakan aku."

"Sepertinya seru, aku ikut."

"Sepertinya bagus untuk ceritaku."

Ryder mematap puas semua anggotanya. Dia menoleh pada gadis di sampingnya yang tengah menatap dua kertas kecil.

"Bagaimana mana denganmu?" tanya Ryder pada gadis itu.

"Bahkan sebelum kau mendiskusikannya aku sudah lebih dulu setuju." Ryder bisa melihat seringai tipis dari gadis yang menjabat sebagai wakilnya, Alice Aley Drarken namanya.

"Mungkin kalian akan mendapatkan sebuah kertas seperti di setiap mayatnya, tolong berikan padaku," cetus Alice membuat Ryder menyerit.

"Untuk apa?" Ryder bertanya dengan heran.

"Hey, sudah kubilangkan? Mungkin saja Alice mengetahui sesuatu tentang angka yang kau sebut tak penting itu," cibir Reska.

Seperempat siku-siku muncul di pelipis Ryder, memang laki-laki satu ini sangat menguras kesabarannya.

***

Ryder berjalan di koridor menuju kantin, suasana yang biasanya ramai kini menjadi mencekam. Ryder memakluminya, karena belum pernah ada kejadian seperti ini sebelumnya. Apalagi korban yang kedua tergantung tepat di depan kelas 2-D yang langsung dapat dilihat oleh seluruh siswa Scorpius.

"Minggir-minggir! Nix yang lucu mau lewat!"

Seruan itu seketika mencairkan suasana. Ryder tersenyum datar melihat siapa yang berlari saat dia membalikan badan.

"Hai, Ryder! Kau terlihat tampan hari ini!" ujarnya setelah melewati Ryder. "Ahak!"

Kerah seragam gadis itu berhasil diraih oleh Ryder dan ditariknya dengan kuat membuatnya hampir terjungkal.

"Kau tau apa kesalahanmu, Nix?" ujar Ryder datar.

"Apa?" balik tanya gadis yang bernama Nix itu. Dia memiringkan kepalanya menatap polos Ryder.

"Kau berlarian di koridor dan berteriak seperti orang gila, itu kesalahanmu," jelas Ryder penuh penekanan. "Bahkan semua orang tau itu, Tidak Boleh Berlari di Koridor, Apalagi Berteriak. Dan kau melakukan keduanya."

"Jadi...?"

"Kau harus dihukum." Ryder menatap intens iris biru Nix, sayangnya dia tidak bisa menikmati keduanya karena mata sebelah Nix diperban.

"Oh~ bagaimana bisa? Kau kan Ketua Scorpion, bukan ketua OSIS, aku tidak berhak mendapatkan hukuman darimu."

"Tapi kau harus," ujar Ryder, keningnya sampai berkerut saking kesalnya.

"Tapi kenapa harus?"

"Karena kau melanggar peraturan."

"Aku akan mengganti peraturan itu, tenang saja. Kalau begitu urusan kita selesai. Sampai jumpa!" Nix menepuk pundak Ryder.

"Hei-"

Terlambat, gadis menyebalkan itu sudah tak terlihat di kerumunan siswa siswi. "Aku sungguh-sungguh salah masuk sekolah, semua siswa siswinya aneh."

"Aku akan memukul kepalamu jika aku mendengar kau mengeluh lagi."

Ryder mendelik saat Reska muncul di depannya dengan senyum menjengkelkan. "Aku yang akan lebih dulu memukul kepalamu."


***

Rab, 1 Februari 2023

Lchyxuu

Scorpion MissionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang