Setelah selesai, Divanya segera menutup leptopnya dan segera tidur. Kalian tanya Divanya tidur dimana? Maka jawabannya ia tidur dikamar kosong sebelah kamar Austine. Itupun kalau Altezza sedang tidak tau. Kalau tau, pasti ia akan dilarang dan harus tidur bersamanya. Padahal kan Divanya takut, walau hak itu menguntungkan bagi Altezza.

•oOo•

Altezza sedang bersiap-siap untuk berangkat kekantornya. Kali ini ia berangkat bersama Divanya. Bahkan gadis itu sudah siap sejak dirinya baru mandi tadi. Saat Altezza hendak sarapan pun, Divanya sudah rapih dengan pakaian ala orang kantor.

Dia sudah menyiapkan sarapan diatas meja. Wadah bekal juga sudah ia siapkan.

Dirinya menarik kursi disamping Divanya dan duduk. Sebelum itu ia sempatkan mencium kening gadisnya tiba-tiba. Membuat Divanya sedikit tersentak kaget.

"Semangat sekali," ledek Altezza sambil memandang gadisnya.

Divanya terkekeh kecil. "Iya dong,"

"Kau yang memasak?" tanya Altezza.

"Bukan, tapi para pekerja yang memasak. Aku ngga sempet tadi," balas Divanya.

Altezza mengangguk. Setelahnya mereka makan dengan keadaan diam. Hanya terdengar suara dentingan sendok yang beradu pada piringnya.

Hanya sarapan berdua, sebab Austine pergi setelah ada beberapa panggilan di ponselnya. Tadinya Austin tidak ingin menggubrisnya,  tapi ia langsung bergegas karena lain hal. Sampai saat ini sepertinya belum pulang.

Setelah selesai sarapan, mereka segera bergegas kekantor Adhitama. Altezza yang menyetir dan Divanya duduk dikursi samping. Mereka sedikit berbincang didalam mobil walau Divanya yang lebih banyak kalimat keluar dari mulutnya.

Tak lama mobil pun berhenti didepan gedung yang menjulang tinggi. Bahkan Divanya saja sampai shok melihat bangunan didepannya ini.

"Anjayy!! Jadi ini perusahaan yang diidamkan orang-orang?!" takjub Divanya saat Altezza hendak memarkirkan mobilnya.

Altezza hanya terkekeh menanggapi gadisnya.

Turun dari mobil, mereka berjalan beriringan ke lobi kantor, Divanya berceletuk. "Ini beneran kantor anda pak?" tanya Divanya melirik sekilas Altezza yang sudah memasang wajah datarnya.

Ia mentap raut wajah gadisnya dengan gemas sedikit menunduk. "Hm, ngomong apa tadi?"

"Ngomong antara bawahan sama bos," balas Divanya berbisik.

Mendengarnya dari mulut gadisnya membuat Altezza tersenyum tipis. Bahkan pikiran Divanya berbanding terbalik dengan apa yang ia rasakan dulu.

"Ayo," Altezza merangkul pinggang gadisnya untuk masuk kekantor miliknya. Banyak pasang mata yang biasanya tak berani menatap kearah Altezza, kini matanya banyak yang menatap Altezza lebih tepatnya gadis didepannya.

Walau agak malu, karena sudah terbiasa melihat sifat posesif Altezza membuat Divanya terbiasa dan dia tersenyum manis pada orang yang menatapnya.

Farell yang sedang menunggu lift untuk menuju ruangannya pun sedikit terperangah melihat pemandangan didepannya ini. Saat dua ingsan itu sudah dihadapan Farell, Altezza sedikit mendengus melihat raut wajah sahabatnya itu yang seperti minta ditonjok.

"Pagi Kak," sapa Divanya ramah pada Farell.

Yang disapa itu pun mengangguk. "Pagi juga pasangan," sapa balik Farell dengan jahil.

ALTEZZAWhere stories live. Discover now