Angin bertiup, menerbangkan beberapa helai rambut coklat bercampur pirang milik seorang pemuda tampan bernama Elvin Wilson.
Remaja yang memiliki mata sehijau daun muda itu menatap dingin pada sosok gadis yang berdiri malu-malu di sampingnya. Ditatap sedemikian rupa membuat gadis itu menunduk malu, membuat Elvin menyeringai kecil.
"Lo beneran pengen jadi pacar gue?" tanya Elvin, mengungkit kembali topik yang sudah diutarakan oleh gadis berambut sepinggang itu.
Dengan tangan yang memegang erat ujung rok selututnya, gadis itu membalas tatapan Elvin dengan tegas. "Iya, mau banget!" serunya sambil tersenyum sumringah.
"Oke, Tamara kan nama lo?" tanya Elvin membalas senyum gadis itu.
Tamara mengangguk.
"Tapi gue ada satu syarat yang harus lo penuhi," pinta Elvin sambil memasang wajah yang serius.
"Syarat?" Kening Tamara mengerut. Seolah tengah berpikir, gadis itu memegang dagunya, lalu menatap Elvin dengan senyum sensual. "Oh, maksud lo making love?"
"Yup!" Elvin merengkuh kedua bahu Tamara dan menatap matanya dalam. "Lo mau?"
"Of course!" Tamara mengangguk.
"Gue gak tahan, sekarang boleh?" Elvin mengangkat alisnya dengan senyum menggoda.
Tamara yang terpesona hanya bisa mengangguk. "Di sini? Di taman kosong sekolahan?" tanya Tamara memastikan.
Elvin mengangguk. "Bukannya out door lebih seru?" tanya Elvin retoris.
Tangan Elvin merogoh botol minum di dalam tasnya. "Sebelum mulai, lo mau minum?" tanya Elvin sambil menyodorkan botol plastik berwarna oranye. "Lo pasti haus."
Tamara mengambil botol itu dan segera menenggak cairan di dalamnya sambil mengernyit. "Hueks! Asem banget!" desisnya.
"Itu jus jeruk yang udah gue bikin, spesial buat lo," ucap Elvin sambil tersenyum ketika melihat Tamara mulai goyah dari pinjakannya.
"Vin! Ko-kok kepala gue pusing ya?!" celetuk Tamara sambil memegangi kepalanya.
Tak lama kemudian, gadis itu terjatuh di lantai dengan keras sehingga suaranya cukup membuat senyum Elvin semakin lebar. Tanpa repot-repot, Elvin segera menendang tubuh Tamara dengan keras, memastikan apakah GHB-nya sudah bekerja atau belum.
Melihat tidak ada reaksi apapun dari tubuh Tamara, Elvin segera menyeret tubuh Tamara ke tempat yang lebih sepi dan tidak mudah terjangkau. Sampai akhirnya dia menemukan sebuah lahan yang terhalang oleh banyaknya pepohonan yang hampir menutupi area ini.
Sambil menunggu Tamara sadar, Elvin segera mengikat tubuh Tamara menggunakan tali tambang yang sudah dia persiapkan di dalam tasnya. Kedua tangan, kaki, dan tak lupa tubuhnya juga Elvin ikat dengan kencang.
Elvin tidak peduli dengan tubuh Tamara yang mulai bergetar hebat dalam tidurnya. Toh, kejang-kejang memang efek dari date-rape drug miliknya yang sudah dia campur dengan jus jeruk tadi.
"Shit! Koleksi pisau gue gak kebawa!" dengus Elvin sambil cemberut ketika memeriksa isi tasnya.
Biasanya kotak berisi pisau-pisau favoritenya itu selalu ia bawa kemanapun. Sebagai antisipasi ketika ia menemukan mangsanya. Namun di saat krusial seperti ini, justru ia meninggalkan kotak pisaunya. Sungguh Elvin ingin memaki kecerobohannya.
Meski begitu, Elvin tetap gigih memeriksa isi tasnya. Beruntung ia menemukan sesuatu yang membuat bibirnya otomatis tersenyum. "Untungnya ada garpu bekas bekal makan siang gue!" seru Elvin senang sambil bersiul menunggu Tamara sadar.
YOU ARE READING
IN-SANITY
Teen FictionKepindahan Elvin Wilson ke SMA Arwana bukan tanpa sebab. Remaja berdarah campuran itu sering berpindah-pindah sekolah lantaran selalu dikeluarkan oleh pihak sekolah ketika hendak membunuh teman sekelasnya. Tampilannya yang memukau serta wajahnya yan...
