"please don't leave me.." Ucapku sambil mencengkram erat tangan Louis,ia tersenyum dan mengangguk lalu tidur di sebelahku.

"Aku tidak akan meninggalkanmu,aku janji." Ucapnya sambil mengecup pipiku. aku tersenyum. Kami berdua pun terdiam,aku fokus di pikiran ku dan dia fokus di pikirannya.

"Sky,bolehkah aku bertanya?" tanyanya,memecah keheningan.

"boleh.." Jawabku.

"Sebetulnya apa yang terjadi padamu dan ibumu? maukah kau menceritakannya padaku? tapi kalau kau tidak siap menceritakannya,it's ok." Ucapnya. aku terdiam. apakah aku harus bercerita padanya? ya..kurasa aku bisa bercerita padanya. bagaimanapun,ia orang tua ku..

"Waktu aku berumur 6 tahun,aku meminta ibuku untuk mengenalkanku pada ayahku..saat itu ibu hanya terdiam , jadi aku rasa ibu tidak akan mengabulkan permintanku.. tapi ternyata,2 minggu kemudian ibu mengajakku ke tempat ayahku tinggal.." ceritaku. Louis terdiam dan mendengarkan ceritaku dengan sabar.

"Jadi,waktu itu aku terbang bersama ibu ke New York.. lalu Kami ke sebuah stasiun kereta api karena kata ibu ayah ada disana..Kami menunggunya,tapi sampai larut malam ia tidak datang juga.." Ucapku pahit. Walaupun saat itu aku umur 6 tahun,tapi aku juga tau rasanya kecewa. aku merasa dibohongi,sungguh.

"Kami terus menunggu,tapi laki-laki itu tidak datang juga. hingga akhirnya stasiun sepi,cuma ada aku,ibu,dan 2 orang laki-laki berbadan besar." suaraku mulai tercekat,aku merasakan perasaan takut itu lagi. "Love,kau tak perlu bercerita jika itu menpmbuatmu sedih." Ucap Louis yang sepertinya menyadari perasaanku.

"no,it's ok. kurasa cepat atau lambat kau harus tau." Ucapku. aku menghela napas. "lalu dari kejauhan,aku melihat dua orang laki-laki berbadan besar itu mendekati aku dan ibu. Ibu menyuruhku untuk sembunyi di belakangnya,aku menurut. dua orang laki-laki itu merampas tas ibuku,ibuku pasrah. kedua laki-laki itu berlari masuk kereta, kukira aku dan ibu sudah selamat, tapi ternyata....mereka menembak ibuku,Tepat didepan mataku. kau bisa bayangkan kan? betapa takutnya aku,betapa sedihnya aku.." Ucapku sambil terisak lagi,Louis memelukku erat.

"Seandainya...Seandainya saat itu aku tidak memaksa ibu untuk menemui ayah.. Seandainya ayah saat itu datang tepat waktu,mungkin aku dan ibu masih bisa berkumpul." isakku.

"sst,babe... seperti yang sudah kubilang tadi,itu takdir Tuhan.. itu sudah rencana Tuhan untuk ibumu. kau bukan penyebab kematian ibumu,itu takdir." bujuknya yang kini mulai menangis bersamaku.

"Kau tau apa yang membuatku lebih kecewa,Lou?" Ucapku parau. Louis menggeleng sambil menangis dan memelukku.

"Orang yang sangat ingin aku temui,orang yang aku sebut ayah,tidak menampakkan dirinya.. dia tidak datang,Lou. hanya ada beberapa orang asing dan polisi yang datang,ayahku tidak ada disana,Lou.dia tidak mengajakku pulang bersamanya,malah polisi yang mengajakku pulang,pulang ke panti asuhan..aku berontak,aku tidak mau tinggal di negara yang tidak kukenal,aku ingin pulang ke London bersama ibu..akhirnya mereka memulangkanku ke panti asuhan di London, Dan memakamkan ibuku di London." Ucapku marah. ya,aku marah pada laki-laki itu,ia membohongiku,ia tidak datang,ia meninggalkanku dan ibu,ia membuat ibuku meninggalkanku,aku membenci laki-laki itu,ia tidak pantas disebut ayah.

"i'm sorry.." bisik Louis sambil menangis,ia terus memelukku.

"ini bukan salahmu,Lou." Ucapku sambil balas memeluknya erat. aku merasa hangat dan aman di pelukannya,jika ada yang pantas disebut ayahku,orang itu adalah Louis,bukan orang itu.

"Aku tidak pernah bermimpi seperti ini,Lou..tiba-tiba mimpi ini datang padaku..apa ini suatu pertanda?" tanyaku. Louis menggeleng pelan.

"Tidak tau..mungkin ini pertanda bahwa ibumu merindukanmu.." bisik Louis.

Adopted by One DirectionWhere stories live. Discover now