049. javier's beloved

Start from the beginning
                                        

Tepat di depan warung kopi itu ada halte. Haltenya sepi, gak ada orang kecuali satu gadis dengan rambut sebahu. Dipangkuannya ada seekor kucing kecil.

Jaraknya gak begitu jauh dari tempat Javier berdiri. Jadi, dia bisa mendengar cewek itu bicara. Javier menatap aneh gadis itu, "Kenapa ngomong sama kucing? Aneh." Gumamnya.

"Lo.. gak punya orang tua ya?" Tanyanya pada si kucing.

Dengan seksama, Javier tak melepaskan pandangannya. Memperhatikan gerak gerik gadis berseragam Sma itu.

Si kucing mengeong, seolah menjawab pertanyaan itu.

"Kasiannya... Gue sebetulnya punya orang tua sih. Tapi kayaknya sekarang gak punya, gue ditinggalin orang tua gue."

Lagi-lagi si kucing hanya mengeong. Javier masih berdiri dengan rokok yang juga menyala di jarinya. Menyesapnya, lalu menghembuskan asap itu ke udara.

Lalu tak lama mobil kencang melintas di depan halte itu, dengan kurang ajarnya membuat cipratan air hujan mengenai gadis itu. Dia sedikit menunduk untuk melindungi makhluk berbulu yang ada dipangkuannya.

Tubuhnya kemudian basah. Seragam putih abu juga basah dan kotor. Ia memegang tangan kirinya yang terbalut perban. Sedikit meringis ketika memegangnya.

"Ah mobil sialan, tangan gue jadi perih."

Javier mengernyitkan dahinya merasa bingung, kenapa hanya dengan terciprat air membuatnya perih?

Lalu Javier mengerti kenapa bisa cewek itu meringis. Gadis itu membuka perban yang melilit pergelangan tangannya. Cukup terkejut, sebab banyak sekali goresan yang dalam dan cukup panjang, masih memerah. Javier tahu apa itu, membuatnya bertanya-tanya apa yang terjadi padanya?

Lantas gadis itu mengeluarkan perban baru dari dalam tasnya. Sebelum memakai perban, dia mengelap terlebih dahulu luka itu. Melilit pergelangan tangannya dengan perlahan dan hati-hati.

Javier merasa iba. Lamunannya kemudian buyar ketika Jeno menepuk pundaknya. Javier menoleh, "Kenapa?"

"Cabut yo, dah sore!" Katanya.

Saat Javier menoleh lagi ke arah halte, gadis itu sudah naik bis. Meninggalkan kucing kecil itu sendirian di sana dengan makanan dry food yang disimpan di atas kertas.

Javier kemudian menghela nafasnya, lalu dengan spontan ia ucapkan dalam hati, "Hope she will be fine."

***

Hari ini weekend pertama kumpul sama anak panti. Mereka antusias menyambut Haura dan teman-temannya dari komunitas sukarelawan. Masing-masing mereka mengajari lima orang anak kecil. Mengajari mereka membaca, menulis, menghitung dan menggambar.

"Halo, nama aku Haura ya. Kalian bebas mau panggil aku pakai 'Kak' atau enggak. Okey?!"

Haura mengajar anak-anak kecil kisaran umur enam sampai delapan tahun. Begitu juga dengan teman-temannya yang lain. Pokoknya halaman panti asuhan yang terbalut rumput itu ramai. Mereka duduk beralaskan karpet. Karena biasanya anak-anak senang kalau ada cemilan, makanya Haura dengan inisiatif membelikan dulu makanan sebelum datang ke sini.

Earned It ; Jake Shim ✔️ (On Revision)Where stories live. Discover now