Prolog

38 5 4
                                        

Sebuah pulau di tengah lautan, tempat yang damai, masyarakat yang tentram, desa yang sederhana di lereng gunung dan disuguhi dengan pemandangan lautan yang indah, benar-benar tempat yang nyaman untuk di tinggali.

Namun pada suatu hari.

Saat itu, hujan lebat mengenai kami, guntur terasa sangat dekat, tapi kami terus berjalan menaiki gunung.

"Bertahan lah, sebentar lagi akan sampai".

Aku mengatakan itu hanya untuk menenangkan nya, tapi dari lubuk hatiku yang terdalam, aku tau kalau kami pasti akan terjatuh dan tidak akan sanggup lagi berjalan, namun...

*TENGGGG

Suara lonceng tiba-tiba terdengar, kami terkejut, dan seketika itu juga muncul sebuah gerbang kuil di depan kami, cuaca semakin memburuk, kami memutuskan untuk melewati gerbang kuil itu, tapi saat kami melewati nya, cuaca menjadi cerah, kami berada di ujung tebing dan di kelilingi oleh lautan yang tidak ada ujung nya.

" Apa ini? Apa.... Aku sedang bermimpi? ".

Setelah aku mengatakan itu, tiba-tiba pandangan ku kabur, kepala ku seperti tergoyang, tak lama setelah itu aku kembali normal lagi, namun saat itu, gadis yang sebelum nya ku rangkul sudah berada di ujung tebing dan terjatuh ke bawah, tubuhku seperti terpaku, aku ingin segera menariknya tapi tubuhku tidak bisa bergerak, kemudian dia jatuh ke lautan, tubuhku akhirnya bisa di gerakkan dan aku melihat dia menghilang ke dalam lautan, tubuhku gemetar, air mata ku juga ikut mengalir perlahan-lahan.

"AOI-SANNN!!!!"

Aku berteriak dengan penuh kesedihan, aku kemudian berdiri dan menoleh ke belakang untuk pergi mencari bantuan, namun saat aku melihat ke arah gerbang, sebuah kuil tiba-tiba muncul, aku terkejut dan kebingungan.

"Apa... Yang sebenarnya terjadi... Di sini?".

Aku berjalan perlahan ke dalam kuil, saat ku buka pintunya, ada banyak patung besar yang sedang berdoa di sebelah kanan dan kiri, patung itu terus berjejer sampai ujung, tapi saat aku melihat lurus ke depan, ada sebuah patung kecil tanpa kepala di atas mimbar kayu kecil yang di kelilingi lilin menyala di sekitar nya, aku berjalan perlahan ke arah patung kecil itu, saat sampai di depan patung itu, aku melemaskan kaki ku dan aku duduk bersimpuh, air mata ku kemudian keluar lagi secara perlahan-lahan, aku melihat ke arah patung itu.

" Dewa.... Kumohon, selamatkan lah Aoi-san, bagaimana pun caranya, bahkan jika itu harus merebut impian nya, setidaknya ku mohon agar dia bisa hidup".

*WHAUUNGGGMMM

Suara auman besar dari langit tiba-tiba terdengar, aku terkejut mendengar suara itu, aku kemudian pergi keluar dari kuil dan melihat ke atas, awan awan di langit membentuk sebuah lingkaran-lingkaran, cuaca menjadi mendung, tapi dari tengah lingkaran terpancar sebuah cahaya yang menuju ke gerbang kuil, aku kemudian melihat gerbang kuil yang perlahan bersinar terkena cahaya, tapi tiba-tiba pandangan ku menjadi buram, semuanya terasa gelap, dan aku akhirnya jatuh pingsan.

Aku membuka mataku, aku melihat sekeliling ku, aku merasa familiar dengan semua barang yang kulihat, lalu aku sadar kalau aku sudah berada di rumah, kamar ku terang karena sebuah cahaya dari gorden yang menutupi jendela menandakan kalau langit sudah cerah.

Kemudian aku mendengar suara orang-orang yang terdengar sangat gelisah dan kebingungan, aku bangun dari tempat tidurku dengan lemas, aku keluar dari rumah ku yang berada agak dekat dengan pantai, orang orang ramai berada di pagar yang membatasi pantai dengan trotoar, aku menuju ke tempat orang-orang itu.

"Apa yang terjadi? Kenapa orang-orang berkumpul disini?"

"Oh Yuki-kun kau sudah sadar? Ku dengar kau pingsan di jalanan ke puncak gunung kemarin, syukurlah kau baik-baik saja sekarang.... Lihatlah ke depan, lautnya....".

Sebelum paman tadi menyelesaikan kata-katanya, aku melihat ke depan, lalu aku sangat terkejut dengan yang ku lihat.

" Lautnya..... Lautnya... Menghilang ".


Oke jadi itu dia untuk prolog nya
Menarik gak? Kalo menarik bisa dilanjut baca nya ke Chapter 1

I Want To Go To The SeaWhere stories live. Discover now