Javier nyengir, menampilkan gigi putihnya, "Hehe, soalnya ya rumah Mama ke apartemen aku tuh jauh."
"Gak sampe tiga jam kok dari sana ke sini." Mama mendelik malas pada anak bungsunya. "Besok kamu ada acara di kampus?"
Javier menggeleng, "Gak ada sih. Cuma disuruh rapat sama kompin jurusan aku."
Mama mengangguk, "Ya udah kalo gitu. Istirahat, mandi, terus piringnya langsung cuci ya. Mama mau rebahan dulu sambil nunggu Papa pulang."
"Oke, Mama. Selamat istirahat ya."
"Dah, Tante!"
Javier selesai makan, lalu menyodorkan piringnya pada Lily. "Cuciin sekalian ya, dah Lily." Katanya lalu beranjak pergi ke kamar.
"Bangsat juga tuh orang." Gerutu Lily.
Javier ke lantai dua menuju kamarnya sendiri. Kamar tidur yang Javier rindukan, walau di apartemen juga nyaman sih. Tapi tetap aja, kamar di rumah rasanya beda. Banyak hal yang Javier sukai di sana. Piala olimpiade yang terpajang di lemari kaca, vinyl koleksi kesayangannya, gitar, dan banyak hal lainnya yang masih dia simpan dari sejak kecil hingga sekarang.
Javier merebahkan tubuhnya di kasur, terasa dingin sebab memang jarang ditempati. Tapi, Mama gak pernah absen untuk membersihkan kamarnya bahkan mengganti sprei kasurnya dua minggu sekali.
Karena bosan, akhirnya Javier membuka ponsel untuk membuka chat grup yang ramai. Entah apa yang dibicarakan, tapi kayaknya seru banget.
sirkel anak bangsa(t) (6)
jay:
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
sam: oh pantes diputusin giana
jay: [tdk menerima bahasan masa lalu]
hema: ternyata masih gamon lo jayyy
jay: kagak bangsat, apa sih sam jgn ngada-ngada lo
saddam:
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
jay: dam, kayaknya hubungan paling adem lo doang keknya di sini