Gibran

85 13 0
                                    

Sorry banget gue jarang up cerita ini🙏🏻 soalnya gue lagi fokus dulu di cerita 'Amora' Karena gue jarang up di cerita ini, jadi sekarang gue mau double up. Moga suka ya.


Semenjak kejadian di sekolah saat itu, Ayana jadi sedikit pendiam tidak seperti biasanya.

Ayana duduk sendirian di bawah pohon besar yang ada di belakang sekolah. Ayana tidak bisa menghentikan fikirannya yang terus saja memikirkan Rasya.

Ia ingin segera melupakan segala hal tentang Rasya. Tapi dengan tidak tau dirinya Rasya menghampiri Ayana dan berkata seolah ia memberi harapan untuk kembali padanya.

Ayana terlarut dalam fikirannya sendiri sehingga tidak menyadari bahwa disana sekarang ia tidak sendirian.

Gibran duduk tepat di sebelah Ayana. Ia melirik sekilas pada Ayana yang sepertinya masih belum menyadari keberadaannya.

"Aya," Panggil Gibran. Tapi Ayana tetap diam tak merespon.

"Ayana!" Panggil Gibran dengan nada yang sedikit meninggi.

Ayana tersentak, ia menoleh ke sisi kanannya dan ternyata ada Gibran disana.

"Gibran, ngapain disini?" Tanya Ayana.

"Yang ngapain itu lo, dari tadi gue liat lo bengong sendiri. Mau kesambet lo?" Ucap Gibran.

"Gue, gue butuh waktu sendiri aja." Ucapnya pelan.

"Mau cerita?" Tanya Gibran tiba-tiba.

"Huh?"

"Kalo ada masalah yuh cerita, jangan di pendem sendiri gak enak." Ucapnya.

Ayana menghela nafasnya pelan. Benar juga, ia sedang butuh tempat untuk cerita saat ini.

"Eumm, Gi lo pernah gak sih sayang banget sama seseorang bahkan sampe orang itu pergi pun lo tetap sayang sama dia. Pernah gak?" Tanya Ayana.

"Gamon maksud lo?" Alih-alih menjawab Gibran malah bertanya balik pada Ayana. Ayana pun menganggukkan kepalanya.

"Sejujurnya gue pernah ngerasain itu. Dan menurut gue rasanya cukup memuakkan." Ucap Gibran.

"Lo bener, hal ini cukup memuakkan. Lo pengen lanjutin hidup tanpa harus melihat masa lalu. Tapi di sisi lain hati gak bisa nerima semua itu dengan mudah. Sejujurnya gue capek Gi, gue gak mau terus-terusan di hantui oleh bayang-bayang masa lalu." Ucapnya panjang lebar.

"Lo pasti bisa Aya. Jangan terus-terusan hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Lo harus coba buka hati lo buat orang baru. Masih banyak di luar sana yang sayang sama lo."

"Termasuk gue," Lanjutnya dalam hati.

"Gue juga maunya gitu, tapi gimana gue bisa lupa sementara masa lalu yang ingin gue hindari malah terang-terangan muncul lagi di hidup gue." Ucap Ayana.

"Kalo boleh tau, siapa orang itu?" Tanya Gibran.

"Huh? Dia Rasya. Lo tau kan? Dia sekelas sama lo btw."

"Oh dia." Ayana hanya mengangguk.

"Ay," Panggil Gibran.

Moveon [On Going]Where stories live. Discover now