Bagian 1

2.5K 265 101
                                    

"aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit adalah berharap pada manusia"
- Ali bin Abi Thalib

Matahari tenggelam lalu menghilang di bawah garis Cakrawala ufuk barat. Semburat warna jingga yang di kagumi hampir seluruh penghuni semesta ikut menghilang digantikan gelap bertabur bintang serta padang rembulan yang menandakan malam telah tiba. Dentingan alat makan terdengar jelas dari arah dapur, di sana terlihat sebuah keluarga yang tengah menikmati makan malamnya.

Di dapur, suara sahut menyahut terdengar begitu jelas. Di sana, terdapat Lina, Athhar, dan Shafa. Kini Athhar tengah membahas tentang ia yang telah mendaftarkan Lina ke Pondok Pesantren.

"Lina, Ayah sudah mendaftarkan mu ke salah satu pondok pesantren di Malang," ucap Athhar yang segera mendapat anggukan dari Shafa.

"Lohh, kok ayah daftarin Lina ga bilang-bilang dulu sih," kesal Lina kepada ayahnya.

"Maaf ya Lina, Ayah dan Ibu merahasiakan ini dari kamu. Ayah takut kamu susah memilih masa depanmu," jawab Athhar sedikit menurunkan nada bicaranya.

"Lina udah besar kok yah, Lina bisa milih masa depan Lina sendiri."

"Tapi kalau ini memang pilihan ayah dan ibu, Lina siap kok masuk pondok," jawab Lina dengan sedikit terpaksa.

"Alhamdulillah,"  kata Athhar dan Shafa bersamaan. mereka lega karna anaknya itu walaupun terlihat sedikit keberatan jika ia daftarkan ke Pondok Pesantren.

Setelah mereka selesai makan malam, perbincangan mereka pun usai. Kini Syafa dan Lina tengah membersihkan meja makan yang baru saja mereka gunakan. Syafa yang mencuci piring kotor serta Lina yang mengelap meja makan. Athhar sekarang berada di ruang tamu, ia nampak sedang bertelfon dengan seseorang lewat benda pipih di genggaman-nya.

Kini jam menunjukan pukul 19.40 , sebuah keluarga kecil itu kini tengah berkumpul di ruang tengah. Entah apa saja yang telah mereka bahas, namun, perkumpulan itu nampak jelas sangat harmonis. Saat-saat seperti inilah yang membuat Lina rindu saat dimasa depan.

 "Lina, kamu pergi ke Pondok Pesantren minggu depan, kamu siap?" Tanya Athhar dengan pelan.

"Insya Allah Lina siap Yah," jawab Lina ragu ragu.

"Alhamdulillah kalau begitu." Athhar bersyukur karna lagi-lagi pendapatnya mendapat persetujuan dari Lina.

"Yasudah, kamu istirahat gih. besok Ayah sama Ibu ajak kamu jalan jalan sekalian beli peralatan yang harus kamu bawa ke Pondok Pesantren," ucap Shafa lembut kepada anaknya.

"iya bu, Lina Pamit kekamar yaa. Assalamualaikum Ayah, Ibu...." Pamit Lina pada kedua orang tuanya.

"Waalaikumsalam Sayang," jawab Athhar.

Lina bangkit dari duduknya lalu bergegas  berjalan menuju kamarnya. Setelah sampai di kamarnya, ia menutup pintu lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Lina menaikkan selimutnya sebatas dada lalu berdoa. Beberapa menit kemudian, mata indah itu telah tertutup menandakan gadis itu telah tertidur dan menuju alam mimpinya.

🌷🌷🌷🌷

Samar-samar kumandang adzan subuh terdengar di telinga Lina. Ia segera membuka matanya lalu bergegas mengambil wudhu untuk segera melaksanakan kewajibannya sebagai umat Muslim. Sholat dua rakaat telah diselesaikan Lina,  ia bukan sifat orang yang setelah sholat subuh kembali tidur. Gadis itu selalu melanjutkan kegiatan subuhnya dengan mengaji dan berdzikir.

Cerita AksanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang